tag:blogger.com,1999:blog-37986613917565722102024-03-18T14:41:20.660+07:00BELAJAR EKONOMIilmu ekonomi untuk semua generasiUnknownnoreply@blogger.comBlogger216125tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-48153619043297505742020-11-13T13:40:00.000+07:002020-11-13T13:40:18.912+07:00Pokok Pikiran Adam Smith dalam The Wealth of Nations<div><i>An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations</i>, salah satu mahakarya Adam Smith yang hingga kini menjadi pondasi ilmu ekonomi modern, memuat konsep pemikiran Smith selama bertahun-tahun.
</div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjndTmCLRoPtAZwLhWd3URkl5EwZEHi2MzGFwNTnyjaWrGnd04qxsM1Ev5bVppHbjTBPBt04cQdCDqnwOun5HHbRDel7m5wN7KTaip1UkQeLG4HdMFx8Oa-Yq5eCiqCVZbZDbcgcjK_8sA_/s613/209.+Pokok+Pikiran+Adam+Smith.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Pokok Pikiran Adam Smith dalam The Wealth of Nations - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="407" data-original-width="500" height="210" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjndTmCLRoPtAZwLhWd3URkl5EwZEHi2MzGFwNTnyjaWrGnd04qxsM1Ev5bVppHbjTBPBt04cQdCDqnwOun5HHbRDel7m5wN7KTaip1UkQeLG4HdMFx8Oa-Yq5eCiqCVZbZDbcgcjK_8sA_/w320-h212/209.+Pokok+Pikiran+Adam+Smith.jpg" title="Pokok Pikiran Adam Smith dalam The Wealth of Nations - www.ajarekonomi.com" width="320" /></a></div><div>Dalam artikel ini kita akan mencatat poin-poin penting yang disajikan dalam buku tersebut.
</div><div><br /></div><div>Perlu diketahui bahwa <i>The Wealth of Nations</i> terdiri dari lima topik besar, yang dibagi lagi menjadi beberapa bab.<a name='more'></a>
</div><div><br /></div><div>Perlu diingat juga bahwa buku ini terbit pada abad ke-18, dimana perekonomian, ilmu pengetahuan, serta teknologi belum maju seperti saat ini, sehingga beberapa penjelasannya tidak relevan lagi untuk masa sekarang.
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
</div><div><br /></div><div>Smith mengemukakan banyak hal dalam buku tersebut, diantaranya <b><span style="color: #990000;">terkait faktor-faktor produksi</span></b>, yakni tenaga kerja, tanah, serta modal; dengan <b><span style="color: #990000;">penekanan pada elemen tenaga kerja</span></b>.
</div><div><br /></div><div>Ia juga menyinggung tentang <b><span style="color: #990000;">regulasi dalam aktivitas ekonomi, perpajakan, perdagangan internasional, serta kebijakan publik</span></b>.
</div><div><br /></div><div>Smith juga berbicara tentang pentingnya <b><span style="color: #990000;">kebebasan dan keadilan sebagai pondasi menuju kesejahteraan negara</span></b>.
</div><div><br /></div><div>Pertama, Smith menegaskan bahwa <b><span style="color: #990000;">efisiensi ekonomi bisa dicapai melalui pembagian divisi (tugas) untuk tenaga kerja</span></b>; dalam hal ini, spesialisasi tugas sangat menentukan tingkat efisiensi waktu dan biaya, yang pada gilirannya berpengaruh pada produk akhir.
</div><div><br /></div><div>Apabila tenaga kerja terspesialisasi menurut keahlian, mereka akan mengerjakan tugas yang sama dari waktu ke waktu, sehingga tugas tersebut akan cepat selesai. Hal ini juga lebih menjamin kualitas produk yang dikerjakan.
</div><div><br /></div><div>Disamping itu, dengan semakin efisiennya waktu yang dibutuhkan, akan dihasilkan produk dengan harga kompetitif.
</div><div><br /></div><div>Intinya, <b><span style="color: #990000;">efisiensi yang dihasilkan oleh tenaga kerja yang terspesialisasi merupakan sumber keberhasilan negara dalam mencapai kesejahteraan</span></b>.
</div><div><br /></div><div>Selanjutnya, <b><span style="color: #990000;">perdagangan antar individu</span></b> (catatan: pada masa itu perdagangan lazim dilakukan secara barter) pada dasarnya <b><span style="color: #990000;">dilakukan secara bebas, sesuai kepentingan masing-masing</span></b>.
</div><div><br /></div><div>Misalnya: petani menjual hasil panen, kemudian membeli daging ayam; disisi lain ada pedagang yang menjual daging ayam, lalu membeli beras. Dalam hal ini, semua transaksi terjadi karena kepentingan individu.
</div><div><br /></div><div>Akan tetapi harus diingat, <b><span style="color: #990000;">kepentingan individu tersebut tidak terkait dengan keserakahan atau egoisme</span></b> (ingat bahwa Smith melandaskan aktivitas ekonomi pada aspek etika dan moralitas (baca kembali artikel sebelumnya).
</div><div><br /></div><div>Namun begitu, perdagangan riil tentu tidak sesederhana contoh diatas; oleh karena itu digunakanlah metode yang lebih baik, yakni menggunakan <b><span style="color: #990000;">media transaksi yang dinamakan uang (<i>money</i>)</span></b>. Uang ini <b><span style="color: #990000;">memiliki nilai tukar (<i>value of exchange</i>)</span></b> yang disetujui masing-masing pihak.
</div><div><br /></div><div>Lalu <b><span style="color: #990000;">bagaimana cara mengukur nilai tukar dari setiap produk yang perdagangkan?</span></b> Yakni <b><span style="color: #990000;">dengan mengukur nilai (daya) yang digunakan tenaga kerja</span></b> dalam proses produksi.
</div><div><br /></div><div>Jadi bisa dikatakan bahwa <b><span style="color: #990000;">nilai tenaga kerja (<i>value of labour</i>) merupakan faktor penting dalam perekonomian</span></b>, sedangkan uang hanya sebagai alat untuk mengukur nilai tersebut.
</div><div><br /></div><div>Nilai tenaga kerja bervariasi, tergantung pada beberapa faktor, misalnya tingkat kesulitan pekerjaan, tingkat pendidikan dan keterampilan tenaga kerja, risiko pekerjaan, dan sebagainya. Nilai ini <b><span style="color: #990000;">direpresentasikan melalui upah (<i>wages</i>)</span></b>.
</div><div><br /></div><div>Dalam perkembangannya, bukan hanya tenaga kerja saja yang digunakan dalam proses produksi, ada faktor lain yang terlibat, yakni <b><span style="color: #990000;">modal (<i>capital</i>)</span></b> dan <b><span style="color: #990000;">tanah (<i>land</i>)</span></b>; sehingga nilai produksi harus dihitung dari setiap elemen yang digunakan.
</div><div><br /></div><div>Selesainya proses produksi ditandai dengan terciptanya suatu produk yang memiliki harga jual. Harga jual produk yang dihitung dari akumulasi faktor produksi disebut dengan <b><span style="color: #990000;">harga dasar (<i>natural price</i>)</span></b>.
</div><div><br /></div><div>Sementara harga riil produk di pasar disebut dengan <b><span style="color: #990000;">harga pasar (<i>market price</i>)</span></b>, yakni harga dasar plus keuntungan (<i>profit</i>) yang ditetapkan.
</div><div><br /></div><div>Semakin spesial atau istimewa suatu produk, pada umumnya membutuhkan modal yang lebih besar untuk membuatnya (tercermin pada harga produk yang lebih tinggi). <b><span style="color: #990000;">Akumulasi modal</span></b> inilah yang <b><span style="color: #990000;">mendorong pertumbuhan ekonomi</span></b>.
</div><div><br /></div><div>Gambarannya sebagai berikut: penambahan modal menciptakan produk terspesialisasi, lalu menghasilkan surplus. Surplus digunakan untuk investasi, dengan menciptakan produk terspesialisasi lainnya, kemudian menghasilkan peningkatan modal, demikian terus-menerus secara kontinyu.
</div><div><br /></div><div>Dalam hal tenaga kerja, Smith mengelompokkannya menjadi <b><span style="color: #990000;">tenaga kerja produktif dan non-produktif</span></b>; perbedaannya terletak pada produk akhir (<i>output</i>).
</div><div><br /></div><div><b><span style="color: #990000;">Tenaga kerja produktif menghasilkan <i>output</i> yang bisa dipasarkan untuk beberapa periode waktu</span></b>. Contoh tenaga kerja produktif adalah pekerja pabrik pemintalan dan pekerja pabrik makanan.
</div><div><br /></div><div>Sementara <b><span style="color: #990000;">tenaga kerja non-produktif menghasilkan <i>output</i> yang hanya dikonsumsi atau dimanfaatkan seketika</span></b>, misalnya pelayan restoran, aktor, serta penari.
</div><div><br /></div><div>Dalam kaitan dengan pendapatan nasional, semakin banyak konsumsi dari tenaga kerja non-produktif, semakin sedikit pendapatan dan modal yang terakumulasi untuk investasi, sehingga semakin kecil nilai tambah bagi pendapatan nasional.
</div><div><br /></div><div>Smith juga mengungkapkan, ketika seseorang ingin meningkatkan kapasitas produksi, biasanya ia akan meminjam modal (berhutang) pada orang lain. Peminjaman modal ini dilakukan dengan harapan memperoleh profit yang lebih besar dari hasil peningkatan kapasitas produksi.
</div><div><br /></div><div>Jadi bisa dikatakan bahwa <b><span style="color: #990000;">utang menjadi salah satu elemen penting dalam penghitungan pendapatan nasional</span></b>.
</div><div><br /></div><div>Ketika transaksi utang terjadi, pihak pemberi pinjaman dan peminjam menyepakati klausul tertentu, termasuk pembagian hasil keuntungan yang dinamakan <b><span style="color: #990000;">bunga (<i>interest</i>)</span></b>.
</div><div><br /></div><div>Jika suatu ketika didapati semakin banyak pemberi pinjaman, maka tersedia berbagai pilihan bagi peminjam. Ini mendorong pemberi pinjaman untuk menurunkan bunga pinjaman. Dengan kata lain, <b><span style="color: #990000;">semakin banyak modal pinjaman yang tersedia, semakin rendah bunga pinjaman</span></b>.
</div><div><br /></div><div><b><span style="color: #990000;">Pertumbuhan modal yang semakin tinggi</span></b>, diikuti dengan turunnya biaya, akan <b><span style="color: #990000;">mendorong peningkatan produktivitas industri</span></b>. Akibatnya, <b><span style="color: #990000;">semakin banyak tenaga kerja yang terserap</span></b>, sehingga <b><span style="color: #990000;">semakin kompetitif upah yang diterima tenaga kerja</span></b>.
</div><div><br /></div><div>Lebih jauh, Smith menegaskan jika <b><span style="color: #990000;">ilmu ekonomi berkaitan erat dengan cara menghasilkan kesejahteraan bagi masyarakat dan menyediakan pendapatan untuk negara</span></b>.
</div><div><br /></div><div>Ia mengemukakan dua sistem untuk mencapai hal tersebut, yakni <b><span style="color: #990000;">sistem merkantilis (<i>merchantile system</i>)</span></b> dan <b><span style="color: #990000;">sistem agrikultur (<i>agricultural system</i>)</span></b>.
</div><div><br /></div><div><b><span style="color: #990000;">Sistem merkantilis menyatakan bahwa kesejahteraan didapatkan melalui kepemilikan uang, emas, dan perak</span></b>. Semakin banyak elemen tersebut dimiliki, semakin sejahteralah masyarakat dan negara.
</div><div><br /></div><div>Sementara <b><span style="color: #990000;">sistem agrikultur menyebut bila produk pertanian merupakan sumber utama pendapatan dan kesejahteran negara</span></b>.
</div><div><br /></div><div>Dalam sistem agrikultur terdapat tiga kelompok sosial yang berkontribusi pada pendapatan negara, yaitu pemilik tanah, petani dan pekerja, serta pedagang dan pengusaha manufaktur.
</div><div><br /></div><div>Smith mengungkapkan lebih lanjut bahwa <b><span style="color: #990000;">tugas utama negara adalah melindungi masyarakat dari kekerasan dan bahaya</span></b>. Negara juga harus <b><span style="color: #990000;">melindungi kepentingan ekonomi</span></b> masyarakat, termasuk mengatasi masalah kesenjangan ekonomi dan sosial.
</div><div><br /></div><div>Selain itu, negara harus <b><span style="color: #990000;">memfasilitasi keperluan masyarakat melalui kebijakan publik</span></b>, misalnya pada sektor pendidikan.
</div><div><br /></div><div>Adapun salah satu caranya adalah melalui <b><span style="color: #990000;">pengenaan pajak</span></b>. Dalam hal ini, masyarakat harus berkontribusi sesuai proporsinya, dengan menyisihkan sebagian pendapatan untuk diberikan pada negara.
</div><div><br /></div><div>Uang yang terkumpul tersebut akan digunakan dalam penyelenggaraan negara, serta untuk memastikan berjalannya tata kelola bermasyarakat dengan baik.
</div><div><br /></div><div>Demikian beberapa pokok pikiran Adam Smith yang tertuang dalam <i>The Wealth of Nations</i>. Sebenarnya masih banyak lagi pandangan-pandangan Smith yang perlu digali dan dipelajari; tentunya menjadi tugas para pembelajar semua untuk menemukan hal tersebut, demi perkembangan ilmu pengetahuan. *
</div><div><br /></div><div>Referensi:
</div><div><ol style="text-align: left;"><li>Butler, Eamonn. (2012). <i>The Condensed Wealth of Nations and The Incredibly Condensed Theory of Moral Sentiments</i>, CIS Occasional Paper 126.</li><li>Smith, Adam. (1776). <i>An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations</i>, London.</li></ol></div>
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>ARTIKEL TERKAIT :</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2020/11/sejarah-pemikiran-ekonomi-adam-smith.html" target="_blank">Sejarah Pemikiran Ekonomi: Adam Smith</a>
<div><a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/01/mengenal-konsep-gig-economy-dan.html" target="_blank">Mengenal Konsep Gig Economy dan Perkembangannya di Era Digital</a> </div>
<div><a href="http://www.ajarekonomi.com/2018/05/perkembangan-revolusi-industri-40.html" target="_blank">Perkembangan Revolusi Industri 4.0 (Industrial Revolution 4.0) dan Tantangan ke Depan</a> </div>
<div><a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/03/konsep-utilitarianisme-liberalisme.html" target="_blank">Konsep Utilitarianisme, Liberalisme, Libertarianisme, dan Sosialisme dalam Penentuan Kebijakan Ekonomi</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-21467387153001749682020-11-06T20:19:00.001+07:002020-11-13T08:40:50.680+07:00Sejarah Pemikiran Ekonomi: Adam Smith<p>Salah satu tokoh pemikir utama dalam ilmu
ekonomi adalah Adam Smith (1723 - 1790). Ia merupakan peletak dasar konsep ekonomi
yang kita kenal dengan mazhab klasik (<i>classical economics</i>).</p><div style="text-align: left;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivI6W_kZaPDU67imDF2tDWYaQ8coKWuYUUtjRsz-EASu2yUqYNQ_QmdTqoByda1m4SG7K46lgHfTK66WaZALmfO4UmhmeYrGrIZkgkSDCROoMD8M7HgBqXOIj_iN3K8pMeW5bfheLsfCui/s612/208.+Sejarah+Pemikiran+Ekonomi+-+Adam+Smith.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="www.ajarekonomi.com - Sejarah Pemikiran Ekonomi: Adam Smith" border="0" data-original-height="408" data-original-width="612" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivI6W_kZaPDU67imDF2tDWYaQ8coKWuYUUtjRsz-EASu2yUqYNQ_QmdTqoByda1m4SG7K46lgHfTK66WaZALmfO4UmhmeYrGrIZkgkSDCROoMD8M7HgBqXOIj_iN3K8pMeW5bfheLsfCui/w320-h213/208.+Sejarah+Pemikiran+Ekonomi+-+Adam+Smith.jpg" title="www.ajarekonomi.com - Sejarah Pemikiran Ekonomi: Adam Smith" width="320" /></a></div><p>Dalam tulisan kali ini, kita akan melihat
kembali pemikiran-pemikiran Smith yang tertuang dalam karya-karyanya.</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Pertama-tama kita mulai dengan mengetahui latar belakang
pendidikan Adam Smith.<o:p></o:p></span></p>
<a name='more'></a><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Adam Smith lahir di Kirkcaldy, Skotlandia pada
5 Juni 1723. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Ia mengenyam pendidikan tinggi di Universitas
Glasgow, dengan konsentrasi pada studi filsafat moral (<i>moral philosophy</i>).<o:p></o:p></span></p>
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Setelahnya, Smith mengajar di Universitas
Edinburgh sejak 1748, dan memperoleh gelar profesor dari Universitas Glasgow
pada 1751.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Smith dikenal sebagai sosok yang memiliki pemikiran
mendalam pada masanya. <b><span style="color: #990000;">Salah satu karyanya tertuang dalam <i>An Inquiry into
the Nature and Causes of the Wealth of Nations</i></span></b>, atau lebih dikenal dengan <i>The
Wealth of Nations</i>, yang terbit pada 1776. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Dilatarbelakangi kehidupan abad ke-18, saat itu
dikenal istilah <i><b><span style="color: #990000;">laissez-faire</span></b></i>, yakni <b><span style="color: #990000;">filosofi ekonomi yang menekankan pada pengurangan, bahkan peniadaan intervensi pemerintah dalam ekonomi</span></b>.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Istilah ini juga bisa dimaknai sebagai ‘<i>leave
alone</i>’; dalam arti, semakin kecil intervensi pemerintah dalam aktivitas
ekonomi, semakin baguslah roda perekonomian.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Ekonomi yang berlandaskan prinsip <i>laissez-faire</i>
ini merupakan <b><span style="color: #990000;">pondasi dari konsep kapitalisme pasar (<i>free-market capitalism</i>)</span></b>,
yang menjadi bagian penting dari ilmu ekonomi yang kita kenal saat ini.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Pemikiran diataslah yang kemudian menobatkan Adam Smith sebagai pelopor ilmu ekonomi klasik.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Namun ada hal penting yang harus dicatat, <b><span style="color: #990000;">meski
menawarkan konsep ekonomi yang bersifat kapitalis, Smith juga menekankan urgensi
moralitas sosial</span></b>.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Hal ini terbukti dalam karyanya yang berjudul <i><b><span style="color: #990000;">The
Theory of Moral Sentiments</span></b></i> (1759).<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Dalam buku tersebut, Smith menggarisbawahi
pentingnya <b><span style="color: #990000;">rasa simpati (<i>sympathy</i>) sebagai elemen moral dan perilaku
manusia</span></b>.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Lebih jauh, <i>The Theory of Moral Sentiments</i>
merupakan <b><span style="color: #990000;">perpaduan antara kajian psikologi, filsafat, serta ekonomika perilaku
(<i>behavioral economics</i>)</span></b>. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Didalamnya banyak dibahas mengenai <b><span style="color: #990000;">pencapaian
kesejahteraan (<i>pursuit of wealth</i>), pencapaian kebahagiaan (<i>pursuit of
happiness</i>), serta keutamaan hidup (<i>virtue</i>)</span></b>.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Adapun beberapa poin penting dalam <i>The
Theory of Moral Sentiments,</i> antara lain:</p>
<p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 0cm 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">betapapun
egoisnya seseorang, ia tetap memiliki <b><span style="color: #990000;">kepentingan bagi kemanfaatan orang lain</span></b>,
dan bersedia memberikan kebahagiaan untuk mereka; meski tidak memperoleh apapun.
Ini juga berlaku ketika terjadi kesedihan; saat ada orang lain mengalami
kesedihan, pada suatu momen ia juga ikut merasakan kesedihan itu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 0cm 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><b><span style="color: #990000;">merasakan
yang orang lain rasakan merupakan bentuk simpati</span></b> yang timbul dari individu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 0cm 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">ada
satu <b><span style="color: #990000;">hasrat individu yang menonjol, yakni cinta</span></b>; didalamnya terdapat paduan
antara kemanusiaan, kebaikan, persahabatan, dan kepercayaan diri; yang memunculkan
rasa simpati dalam derajat yang berbeda-beda.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 0cm 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><b><span style="color: #990000;">nilai
keutamaan manusia</span></b> jauh lebih mulia daripada rasa sakit, kemiskinan, ancaman,
serta kematian.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 0cm 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><b><span style="color: #990000;">sifat
memuliakan kekayaan dan kekuasaan</span></b> di satu sisi, serta <b><span style="color: #990000;">menolak atau memaki
kemiskinan</span></b> di sisi lain, <b><span style="color: #990000;">menimbulkan kesenjangan dalam tatanan bermasyarakat</span></b>.
Ini merupakan pemicu terjadinya kejahatan korupsi. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 0cm 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">adalah
suatu keharusan bahwa, baik <b><span style="color: #990000;">yang kaya maupun yang miskin mendapatkan
penghormatan yang setara</span></b>.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 0cm 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><b><span style="color: #990000;">setiap
anggota masyarakat berada dalam posisi saling membutuhkan</span></b>, serta berbagi
penderitaan satu sama lain. Ketika saling membutuhkan tersebut dilandasi dengan
cinta dan persahabatan, terbentuklah masyarakat yang bahagia.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 0cm 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><b><span style="color: #990000;">setiap
individu terjalin dalam kesepakatan bersama</span></b>, dan berada dalam kebersamaan itu
untuk suatu kepentingan.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 0cm 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">sekalipun
kebersamaan, cinta, dan persahabatan tidak ada, bukan berarti masyarakat tidak
tercipta. <b><span style="color: #990000;">Masyarakat masih bisa eksis, sesuai dengan kepentingan individu atau kelompok
yang ada didalamnya</span></b>.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpMiddle" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 0cm 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><b><span style="color: #990000;">masyarakat
tidak akan terbentuk</span></b> apabila <b><span style="color: #990000;">setiap individu saling menyakiti</span></b> satu sama lain.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoListParagraphCxSpLast" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 21.3pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 0cm 21.3pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -21.3pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US" style="font-family: Symbol; mso-ansi-language: EN-US; mso-bidi-font-family: Symbol; mso-fareast-font-family: Symbol;"><span style="mso-list: Ignore;">·<span style="font: 7pt "Times New Roman";"> </span></span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;"><b><span style="color: #990000;">manusia
secara hakiki membutuhkan kebersamaan</span></b> dengan individu lain, baik untuk
kepentingan pribadi, maupun kepentingan bersama.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Poin-poin diatas menunjukkan bahwa, <b><span style="color: #990000;">meski dikenal melalui konsep kapitalisme ekonomi</span></b> untuk menuju kesejahteraan (<i>welfare</i>), namun <b><span style="color: #990000;">Smith
menekankan pentingnya moralitas dalam mencapainya</span></b>.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Dari perspektif ekonomi, Smith menitikberatkan gagasan pada <b><span style="color: #990000;">nilai tenaga kerja (<i>the value of labour</i>)</span></b>; yakni bahwa <b><span style="color: #990000;">produktivitas
tenaga kerja merupakan faktor kunci untuk menciptakan kesejahteraan</span></b>.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Salah satu konsep yang terkenal dalam pandangan
ekonominya adalah <i><b><span style="color: #990000;">the invisible hand</span></b></i>. <o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Menurutnya, <b><span style="color: #990000;">ketika individu memaksimalkan
kemampuannya, maka akan tercapai output yang efisien untuk seluruh masyarakat</span></b>.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Ia menegaskan bahwa upaya individu tersebut
tidak bertentangan dengan kepentingan masyarakat, mengingat upaya ini
termanisfestasi dalam perdagangan bebas antar individu.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa <b><span style="color: #990000;">pandangan
Smith tentang kapitalisme dan pasar bebas tidak serta merta berfokus pada
kepentingan pribadi</span></b> untuk memupuk kekayaan dan kesejahteraan; <b><span style="color: #990000;">melainkan
berlandaskan pada moralitas</span></b>.<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US" style="mso-ansi-language: EN-US;">Pada artikel berikutnya, kita akan membahas karya
<i>masterpiece</i> Smith yang mendunia, <i>The Wealth of Nations</i>. *<o:p></o:p></span></p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;"><span lang="EN-US">Referensi:<o:p></o:p></span></p><p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 0cm 14.2pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -14.2pt;"><!--[if !supportLists]--><span lang="EN-US">1.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><!--[endif]--><span lang="EN-US">Rae, John. (1895). <i>Life of Adam
Smith</i>, MacMillan & Co.</span></p><p class="MsoListParagraphCxSpFirst" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm; margin-left: 14.2pt; margin-right: 0cm; margin-top: 0cm; margin: 0cm 0cm 0cm 14.2pt; mso-add-space: auto; mso-list: l0 level1 lfo1; text-indent: -14.2pt;"><span lang="EN-US" style="text-indent: -14.2pt;">2.<span style="font-family: "Times New Roman"; font-size: 7pt; font-stretch: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-numeric: normal; line-height: normal;"> </span></span><span lang="EN-US" style="text-indent: -14.2pt;">Smith, Adam. (1759). <i>The Theory of
Moral Sentiments</i>, 1<sup>st</sup> Edition, London.</span></p>
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>ARTIKEL TERKAIT :</b> <div><a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/04/melihat-sejarah-lahirnya-revolusi.html" target="_blank">Melihat Sejarah Lahirnya Revolusi Industri (Industrial Revolution) di Eropa</a> </div><div><a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/01/memahami-konsep-dasar-ilmu-ekonomi.html" target="_blank">Memahami Konsep Dasar Ilmu Ekonomi</a> </div><div><a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/09/memahami-teori-pertumbuhan-populasi.html" target="_blank">Memahami Teori Pertumbuhan Populasi Thomas Robert Malthus</a> </div><div><a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/01/digital-economy-ketika-perekonomian-dan.html" target="_blank">Memahami Konsep Ekonomi Digital (Digital Economy)</a> </div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-47242500226640711952020-11-03T20:46:00.000+07:002020-11-03T20:46:39.755+07:00Perkembangan Perekonomian Dunia Menjelang Akhir 2020<p>Menjelang berakhirnya 2020, perekonomian dunia masih
dibayangi keterpurukan akibat merebaknya virus corona (covid-19) yang melanda banyak
negara. </p><p>Berbagai kebijakan ekonomi diambil untuk menanggulangi dampak virus
ini, terutama dengan menggerakkan kembali sektor riil yang selama beberapa waktu
harus dihentikan dalam upaya mencegah penularan.</p><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOk9pebr8mRsVdnh45pGi75tgfb6Pa4AivhL5CdkLiqJStbMgKzqiZBiIRIL41I65gu8MXrAXGSXRgDSjZQT0oDI2uzofIVpEC82sRn86GbPJYmLVLHCID7u6TIYY9eTPFt_e3fbbEDYBw/s1776/207.+Perkembangan+Ekonomi+Dunia+2020+dan+Proyeksi+Berikutnya.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="www.ajarekonomi.com - Perkembangan Perekonomian Dunia Menjelang Akhir 2020." border="0" data-original-height="1125" data-original-width="1776" height="202" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOk9pebr8mRsVdnh45pGi75tgfb6Pa4AivhL5CdkLiqJStbMgKzqiZBiIRIL41I65gu8MXrAXGSXRgDSjZQT0oDI2uzofIVpEC82sRn86GbPJYmLVLHCID7u6TIYY9eTPFt_e3fbbEDYBw/w320-h202/207.+Perkembangan+Ekonomi+Dunia+2020+dan+Proyeksi+Berikutnya.jpg" title="www.ajarekonomi.com - Perkembangan Perekonomian Dunia Menjelang Akhir 2020." width="320" /></a></div><p>Pada artikel ini kita akan melihat perkembangan
perekonomian global terkini, setelah lebih dari delapan bulan berada dalam pandemi
covid-19.</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Dalam laporannya, <i>John Hopkins University &
Medicine</i> menyatakan bahwa <b><span style="color: #990000;">secara global, terdapat tak kurang dari 46.87
juta kasus covid-19</span></b>. </p><p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">
</p><a name='more'></a><br />
Adapun angka kematian akibat pandemi ini mencapai lebih
dari 1.2 juta jiwa diseluruh dunia (www.coronavirus.jhu.edu, dikutip pada
Selasa, 3 Nopember 2020).<p></p>
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Sementara IMF menyebut jika <b><span style="color: #990000;">pandemi covid-19 membuat
sekitar 90 juta penduduk dunia berada pada level kemiskinan ekstrim di 2020</span></b>,
dengan pendapatan harian kurang dari US$ 1.90.</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Disamping itu IMF juga menyoroti melebarnya jurang
pendapatan, utamanya bagi pekerja di sektor informal, pekerja dengan latar
pendidikan rendah, serta pekerja perempuan.</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Lebih jauh, laporan memproyeksikan perekonomian dunia
akan mengalami <b><span style="color: #990000;">pertumbuhan negatif pada 2020, yakni dikisaran -4.4%</span></b>.</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Namun demikian, IMF optimis jika <b><span style="color: #990000;">perekonomian global
akan membaik di 2021 pada level 5.2%</span></b>, mengingat sudah mulai
bangkitnya aktivitas ekonomi dan produksi, terutama di negara-negara maju.</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Secara rata-rata, untuk negara-negara maju,
pertumbuhan ekonomi diperkirakan berada di level -5.8% di 2020, kemudian
meningkat ke level 3.9% pada 2021.</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Sementara pertumbuhan ekonomi di negara-negara
berkembang akan mencapai -3.3% tahun ini, dan melonjak hingga 6.0% di tahun
depan (International Monetary Fund. <i>World Economic Outlook: A Long and
Difficult Ascent</i>, October 2020.)</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Disisi
lain, Bank Dunia menyatakan jika resesi yang terjadi diberbagai negara pada
tahun ini merupakan yang terparah sejak delapan dekade terakhir; dan bila
pandemi covid-19 tidak segera teratasi, maka dampak resesi akan semakin buruk
mempengaruhi perekonomian global.</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Bank
Dunia memperkirakan terjadinya <b><span style="color: #990000;">penurunan tajam pada pertumbuhan ekonomi global
di 2020, yakni dikisaran -5.2%</span></b>.</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Namun
begitu, <b><span style="color: #990000;">pertumbuhan ekonomi diharapkan membaik pada 2021 di level 4.2%</span></b> (World
Bank. <i>Global Economic Prospects</i>. June 2020).</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Sementara
menurut WTO, perdagangan global diyakini
akan segera pulih, setelah turun drastis di semester pertama 2020.</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Disebutkan
bahwa <b><span style="color: #990000;">perdagangan global pada 2020 mengalami tren negatif hingga 9.2%</span></b>; tapi WTO
optimis jika pertumbuhan perdagangan global akan <b><span style="color: #990000;">mencapai 7.2% di 2021</span></b>,
meskipun tren ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan sebelum
terjadinya pandemi.</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Disisi
lain, perekonomian global akan jatuh hingga -4.8% di 2020, dan akan meningkat
hingga 4.9% pada 2021 (www.wto.org. <i>Trade shows signs of rebound from
COVID-19, recovery still uncertain</i>, dikutip pada Selasa, 3 Nopember 2020).</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Berikutnya,
<i>World Travel & Tourism Council</i> (WTTC) menegaskan <b><span style="color: #990000;">bila
pembatasan-pembatasan terkait pariwisata
masih diberlakukan</span></b>, maka berpotensi <b><span style="color: #990000;">menghilangkan sekitar 174 juta pekerjaan di
sektor pariwisata </span></b>secara global; padahal sektor ini menyumbang sekitar 10.3% GDP
global.</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Disamping
itu, pembatasan juga akan <b><span style="color: #990000;">menghilangkan potensi pendapatan hingga US$ 4.7
triliun</span></b> dari sektor ini (www.wttc.org. <i>174m Travel & Tourism jobs could
be lost due to COVID-19 and travel restrictions, says WTTC</i>, dikutip pada
Selasa, 3 Nopember 2020).</p>
<p class="MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: 0cm;">Demikian
situasi perekonomian dunia menjelang akhir 2020. Kita akan terus mencermati perkembangan berikutnya. **</p>
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>ARTIKEL TERKAIT :</b><br /><a href="https://www.ajarekonomi.com/2020/02/melihat-dampak-virus-corona-covid-19.html" target="_blank">Melihat Dampak Virus Corona (Covid-19) pada Perekonomian</a> <div><a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/01/proyeksi-perekonomian-global-di-2019.html" target="_blank">Proyeksi Perekonomian Global di 2019</a> </div><div><a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/01/peranan-sektor-pariwisata-travel-and.html" target="_blank">Peranan Sektor Pariwisata (Travel and Tourism) dalam Pembangunan Ekonomi </a> </div><div><a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/12/mencermati-situasi-perekonomian-dunia.html" target="_blank">Mencermati Situasi Perekonomian Dunia di 2018</a></div>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-30619824735669353692020-02-28T13:48:00.000+07:002020-02-28T13:48:10.238+07:00Melihat Dampak Virus Corona (Covid-19) pada PerekonomianSaat ini negara-negara di dunia memiliki satu musuh yang sangat sulit dikendalikan, bernama virus corona (covid-19). Hingga kini belum ditemukan formula ampuh untuk mengatasi persoalan tersebut. <br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYb8VC3BK3EbGmy9EEO-kmhJtMqQD9KxUJwOeRaLq7R2PhyHobDgavr0_yM3xqFfe-vMyrUObM7EHflzvU9drzTMEwFMhfT0DMQeyb-T8HpRM9lNS_Fd4ud2lqiGWXINnvT5M8NsJvJeja/s1600/206.+Dampak+Virus+Corona.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Melihat Dampak Virus Corona (Covid-19) pada Perekonomian - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="300" data-original-width="448" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYb8VC3BK3EbGmy9EEO-kmhJtMqQD9KxUJwOeRaLq7R2PhyHobDgavr0_yM3xqFfe-vMyrUObM7EHflzvU9drzTMEwFMhfT0DMQeyb-T8HpRM9lNS_Fd4ud2lqiGWXINnvT5M8NsJvJeja/s320/206.+Dampak+Virus+Corona.jpg" title="Melihat Dampak Virus Corona (Covid-19) pada Perekonomian - www.ajarekonomi.com" width="340" /></a></div>
Bukan hanya mengancam nyawa, virus ini juga membawa efek buruk ke berbagai sendi kehidupan. <br />
<br />
Pada tulisan ini, kita akan melihat dampak virus corona pada perekonomian dunia.<br />
<a name='more'></a><br />
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh virus corona pada perekonomian, kita akan merangkum laporan dari media masa maupun organisasi internasional.<br />
<br />
<b>Dampak Virus Corona pada Perekonomian China.</b><br />
<br />
Ditemukannya virus corona (covid-19) di negara ini, membuat China menjadi wilayah yang mengalami dampak paling buruk jika dibandingkan dengan negara lain.<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Selain korban meninggal mencapai ribuan jiwa, dampak lain adalah ditutupnya akses di beberapa kota, tidak beroperasinya berbagai pertokoan, kantor, sekolah, pasar, bank, dan fasilitas publik lainnya. <br />
<br />
Hal ini mengakibatkan lumpuhnya aktivitas <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/02/mencermati-perkembangan-kekuatan.html" target="_blank">perekonomian China</a>.<br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Pertumbuhan ekonomi China pada kuartal pertama 2020</b></span> diperkirakan <span style="color: #990000;"><b>merosot tajam hingga 2%</b></span> atau lebih. <br />
<br />
Sebagai catatan, IMF memproyeksikan ekonomi China akan mencapai 6% pada 2020 (www.imf.org. <i>IMF Datamapper: China</i>, dikutip pada Kamis, 27 Februari 2020).<br />
<br />
Proyeksi diatas tidak jauh berbeda dengan perkiraan WEF yang menyebutkan jika pertumbuhan ekonomi China hanya akan <span style="color: #990000;"><b>berada dikisaran 4.5%</b></span>.<br />
<br />
Beberapa survei bahkan menyatakan jika wabah ini tidak segera ditangani dengan baik, akan terdapat sekitar <span style="color: #990000;"><b>34% dari 1,000 usaha kecil-menengah</b></span> di China yang akan <span style="color: #990000;"><b>mengalami kebangkrutan</b></span> (www.theguardian.com. <i>Coronavirus ‘could cost global economy $1.1tn in lost income</i>, Wednesday, February 19, 2020, dikutip pada Kamis, 27 Februari 2020).<br />
<br />
<b>Dampak Virus Corona pada Perekonomian Jepang.</b><br />
<br />
Salah satu laporan menyebutkan jika <span style="color: #990000;"><b><a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/08/mencermati-perkembangan-perekonomian.html" target="_blank">perekonomian Jepang</a> diperkirakan turun drastis pada triwulan pertama 2020</b></span>, dan <span style="color: #990000;"><b>berpotensi mengalami resesi</b></span> seperti yang pernah terjadi pada 2015.<br />
<br />
Sementara usaha kecil-menengah terkena dampak berupa menurunnya omzet penjualan, sehingga pemerintah Jepang harus menyediakan dana tak kurang dari US$ 96 juta untuk membantu sektor ini.<br />
<br />
Di sektor pariwisata terjadi pembatalan berbagai penerbangan dengan lebih dari 400 turis mancanegara (terutama dari China) hingga Maret 2020, yang mengakibatkan jatuhnya pendapatan dari sektor tersebut. <br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Pendapatan yang hilang dari sektor pariwisata</b></span> diperkirakan mencapai <span style="color: #990000;"><b>US$ 1.29 miliar</b></span>.<br />
<br />
Disisi lain, banyak perusahaan Jepang yang berkedudukan di China terpaksa menghentikan produksinya untuk waktu yang belum bisa ditentukan (www.nytimes.com. <i>Japan’s Economy Shrank Sharply, Now Comes the Coronavirus</i>, Sunday, February 16, 2020, dikutip pada Kamis, 27 Februari 2020).<br />
<br />
Laporan lain menyatakan <span style="color: #990000;"><b>risiko batalnya <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/06/dampak-event-olahraga-pada-perekonomian.html" target="_blank">pesta olahraga multinegara</a>, Olimpiade Musim Panas Tokyo 2020</b></span>, yang sedianya akan diselenggarakan pada 24 Juli – 9 Agustus 2020.<br />
<br />
Sebagai informasi, <span style="color: #990000;"><b>biaya investasi yang dianggarkan pemerintah Jepang</b></span> untuk acara ini mencapai lebih dari <span style="color: #990000;"><b>US$ 25 miliar</b></span> (www.time.com. <i>Could the 2020 Tokyo Olympics Be a Victim of COVID-19</i>, Thursday, February 20, 2020 dikutip pada Kamis, 27 Februari 2020).<br />
<br />
<b>Dampak Virus Corona pada <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/02/perekonomian-korea-selatan-antara-data.html" target="_blank">Perekonomian Korea Selatan</a>.</b><br />
<br />
Di Korea Selatan, virus corona menyebar dengan sangat cepat. <br />
<br />
Virus ini telah menyebabkan merosotnya konsumsi domestik, karena masyarakat cenderung mengurangi aktivitas di luar ruangan.<br />
<br />
Selain itu banyak pabrik yang menghentikan sementara produksinya, sehingga menurunkan kuantitas output yang tersedia. Akibat lanjutannya adalah berkurangnya persediaan barang dagangan di pasar, serta tidak tersedianya bahan baku untuk produksi.<br />
<br />
Sementara pasar saham di negara ini secara umum mengalami penurunan signifikan, ditandai dengan <span style="color: #990000;"><b>indeks saham KOSPI yang merosot lebih dari 3%</b></span>, serta nilai tukar <i>won</i> yang jatuh terhadap US$.<br />
<br />
Disisi lain, <span style="color: #990000;"><b>angka ekspor Korea Selatan menurun hingga 6.1%</b></span> hanya pada bulan Januari 2020 saja.<br />
<br />
Sedangkan <span style="color: #990000;"><b>sektor pariwisata mengalami kerugian yang sangat besar</b></span>, mengingat kedatangan turis dari China saja mampu menghasilkan lebih dari <span style="color: #990000;"><b>US$ 11.5 miliar</b></span>. <br />
<br />
Dengan batalnya berbagai penerbangan yang mengangkut turis tersebut, maka potensi pendapatan tersebut diperkirakan akan ikut hilang (dikutip dari berbagai sumber).<br />
<br />
<b>Dampak Virus Corona pada Perekonomian Global.</b><br />
<br />
Laporan memperkirakan bahwa <span style="color: #990000;"><b>virus corona akan menjatuhkan output ekonomi global hingga US$ 1.1 triliun</b></span>, jika terus menyebar ke berbagai negara (www.theguardian.com. <i>Coronavirus ‘could cost global economy $1.1tn in lost income</i>, Wednesday, February 19, 2020, dikutip pada Kamis, 27 Februari 2020).<br />
<br />
Sementara ulasan lain menyebut jika <span style="color: #990000;"><b>penerbangan internasional akan mengalami kerugian sekitar US$ 4 – 5 miliar pada kuartal pertama 2020</b></span>, akibat penundaan dan pembatalan penerbangan.<br />
<br />
Selain itu <span style="color: #990000;"><b>permintaan minyak mentah dunia akan turun drastis</b></span>, diperkirakan mencapai <span style="color: #990000;"><b>435 ribu barrels</b></span> pada kuartal pertama tahun ini. <br />
<br />
Hal ini akan berimbas pada merosotnya harga minyak mentah, mengingat China yang merupakan konsumen minyak terbesar di dunia, menghentikan berbagai aktivitas ekonomi akibat merebaknya virus corona (www.weforum.org. <i>The economic effects of the COVID-19 coronavirus around the world</i>, Monday, February 17, 2020, dikutip pada Kamis, 27 Februari 2020).<br />
<br />
Sementara dalam uraiannya, Direktur IMF menegaskan jika perekonomian global saat ini sedang menghadapi ketidakpastian.<br />
<br />
Sebelumnya IMF memproyeksikan peningkatan pertumbuhan ekonomi global dari 2.9% di 2019 menjadi 3.3% pada 2020.<br />
<br />
Setelah perlambatan ekonomi di 2019, ekonomi global sebenarnya mendapatkan kabar positif atas meredanya ketegangan antara Amerika Serikat dengan China. <br />
<br />
Namun dengan merebaknya virus corona, dikhawatirkan stabilitas ekonomi global akan kembali terguncang (www.blogs.imf.org. <i>Finding Solid Footing for the Global Economy</i>, Wednesday, February 19, 2020, dikutip pada Kamis, 27 Februari 2020).<br />
<br />
Demikian ulasan terkait dampak virus corona (covid-19) pada perekonomian hingga saat ini. Kita akan terus memantau bagaimana kondisi perekonomian global kedepan akibat merebaknya virus ini. **<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>ARTIKEL TERKAIT :</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/04/mencermati-kondisi-lingkungan-hidup-di.html" target="_blank">Mencermati Kondisi Lingkungan Hidup di 2019 dan Tantangan Kedepan</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/08/ancaman-nyata-kejahatan-di-sektor.html" target="_blank">Ancaman Nyata Kejahatan di Sektor Pangan (Food Crime)</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/01/kesehatan-pendidikan-dan-kesetaraan.html" target="_blank">Kesehatan, Pendidikan, dan Kesetaraan Gender dalam Sustainable Development Goals</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2015/12/kesehatan-sebagai-investasi-pembangunan.html" target="_blank">Peranan Sektor Kesehatan dalam Pembangunan</a> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-89532106043593984702019-12-10T16:49:00.000+07:002019-12-11T20:54:36.126+07:00Melihat Kembali Tragedi Gas Beracun BhopalSelain faktor alam, kelalaian manusia dan tata kelola yang buruk dari sebuah sistem bisa mengakibatkan bencana yang merenggut banyak jiwa; salah satu contohnya adalah tragedi yang terjadi di Bhopal, India, lebih dari dua dasarwarsa silam.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgi1s-lAw2IU0E50L53YmSKdjgtJUrDrj3r8tq_t4NvVjCb24N08iLmYhI_Bc_xK8FpyL0LkakhiaNyCP6OdFoJsnO9dHg3JmlVvFSDiB326PVv87DknXZth5lTZbCBgpisBbPYRYYSq_nB/s1600/283.+Tragedi+Bhopal.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Melihat Kembali Tragedi Gas Beracun Bhopal - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="299" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgi1s-lAw2IU0E50L53YmSKdjgtJUrDrj3r8tq_t4NvVjCb24N08iLmYhI_Bc_xK8FpyL0LkakhiaNyCP6OdFoJsnO9dHg3JmlVvFSDiB326PVv87DknXZth5lTZbCBgpisBbPYRYYSq_nB/s320/283.+Tragedi+Bhopal.jpg" title="Melihat Kembali Tragedi Gas Beracun Bhopal - www.ajarekonomi.com" width="380" /></a></div>Pada artikel ini, kita akan melihat kembali tragedi kebocoran gas beracun dari sebuah pabrik pestisida di Bhopal, India. <br />
<br />
Tulisan ini menitikberatkan pembahasan pada dampak lingkungan dari tragedi tersebut.<br />
<a name='more'></a><br />
Jauh sebelum peristiwa itu terjadi, <span style="color: #990000;"><b>sektor pertanian India mengalami kemerosotan selama beberapa dekade</b></span>, akibat kekeringan dan banyaknya hama yang merusak tanaman pangan. Hal ini mengakibatkan menurunnya produksi pangan.<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Untuk menanggulanginya, <span style="color: #990000;"><b>pemerintah India menerapkan strategi</b></span> yang dikenal dengan istilah <span style="color: #990000;"><b><i>The Green Revolution</i></b></span>, dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian melalui irigasi (<i>irrigation</i>), pemupupan (<i>fertilizers</i>), serta pemberantasan hama (<i>pesticide</i>).<br />
<br />
Salah satu langkah diwujudkan melalui <span style="color: #990000;"><b>dikembangkannya pabrik pestisida</b></span>, <i>Union Carbide India Limited</i> (UCIL), di kota Bhopal, India.<br />
<br />
UCIL sendiri sebenarnya merupakan anak perusahaan dari <i>Union Carbide</i> (UCC), sebuah perusahaan berbasis Amerika Serikat yang memproduksi baterai, lampu hias jalan, serta pelindung lampu mobil. Perusahaan ini memiliki 130 anak perusahaan di 40 negara.<br />
<br />
Di India, <span style="color: #990000;"><b>UCIL memproduksi material kimiawi untuk keperluan industri</b></span>, seperti nitrogen, oksigen, metana, serta propana, yang digunakan sebagai bahan bakar. UCIL juga memproduksi bahan kimia yang digunakan untuk membuat pupuk tanaman, seperti amonia dan urea.<br />
<br />
Salah satu materi kimia yang digunakan untuk membuat produk pemberantas hama tanaman disebut <span style="color: #990000;"><b><i>methyl isocyanate</i></b></span> (MIC). Dalam ilmu kimia, zat ini merupakan salah satu substansi yang sangat berbahaya dan beracun.<br />
<br />
Oleh karena itu, materi tersebut disimpan dalam ruang dengan suhu mendekati not derajat.<br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Tragedi Bhopal sendiri terjadi menjelang tengah malam pada 2 Desember 1984</b></span>, saat gas beracun menyembur dari pabrik UCIL dan menyebar ke penjuru kota yang saat itu dihuni lebih dari 900 ribu jiwa.<br />
<br />
Laporan menyebutkan setidaknya terdapat <span style="color: #990000;"><b>10 ribu orang meninggal dunia</b></span> dan lebih dari <span style="color: #990000;"><b>50 ribu lainnya mengalami gangguan kesehatan parah</b></span> (ICFAI. <i>The Bhopal Gas Tragedy</i>, 2002).<br />
<br />
Banyaknya korban yang berjatuhan antara lain dipicu <span style="color: #990000;"><b>tidak adanya peringatan darurat</b></span> dari pabrik ketika terjadi kebocoran gas.<br />
<br />
Hal ini diperparah dengan <span style="color: #990000;"><b>lokasi pabrik yang terletak tak jauh dari pemukiman penduduk</b></span>.<br />
<br />
Belakangan diketahui bahwa jauh sebelum tragedi tersebut, sudah pernah ada kecelakaan di pabrik yang memakan korban jiwa dari beberapa pekerja.<br />
<br />
Diketahui pula bahwa pada saat itu, <span style="color: #990000;"><b>perusahaan sedang melakukan efisiensi</b></span> biaya karena produksi yang tidak memenuhi target.<br />
<br />
Efisiensi dilakukan melalui <span style="color: #990000;"><b>pengurangan tenaga kerja profesional dan tenaga ahli</b></span>, seperti pemangkasan jumlah personel penanggungjawab perawatan pabrik, serta <span style="color: #990000;"><b>pengurangan masa pelatihan keamanan</b></span> bagi tenaga kerja, yang sebelumnya 6 bulan menjadi 15 hari.<br />
<br />
Penelitian lain menyatakan jika <span style="color: #990000;"><b>pabrik tersebut tidak layak operasi karena melanggar aturan keselamatan</b></span>. <br />
<br />
Disebutkan bahwa pabrik itu memiliki tiga tangki yang masing-masing berkapasitas 15 ribu galon. <br />
<br />
Jika pada umumnya, harus ada satu tangki yang dibiarkan kosong untuk berjaga-jaga jika ada kondisi darurat, namun pabrik tersebut mengisi semua tangki dengan MIC.<br />
<br />
Selain itu, seharusnya bahan kimia MIC tidak boleh diisi lebih dari setengah kapasitas yang ada, namun pada kenyataannya pabrik mengisi hingga lebih dari 80% kapasitas tangki.<br />
<br />
MIC juga tidak boleh disimpan terlalu lama dalam jumlah besar, karena zat ini tergolong tidak stabil dan sangat berbahaya. Aturan ini diyakini juga diabaikan oleh pabrik.<br />
<br />
Disamping itu, <span style="color: #990000;"><b>pada saat kejadian sistem keamanan darurat sedang tidak berfungsi</b></span>, sementara <span style="color: #990000;"><b>perawatan rutin tidak dilakukan secara profesional</b></span>. Studi mencatat jika beberapa tenaga kerja dibidang perawatan hanya lulusan sekolah menengah.<br />
<br />
Hal ini diperparah dengan sirine gawat-darurat yang baru menyala dua jama setelah kejadian. Akibatnya, penduduk kota yang sebagian besar masih tertidur tidak menyadari bahwa mereka telah menghisap gas beracun.<br />
<br />
Tidak adanya informasi darurat ini menimbulkan kepanikan warga kota yang bergegas meninggalkan rumah untuk mencari tempat aman. Akan tetapi justru kepanikan itulah yang memperbesar jumlah korban jiwa, karena banyaknya gas beracun yang terhirup.<br />
<br />
Diperkirakan sekitar <span style="color: #990000;"><b>3 ribu orang kehilangan nyawa tak lama setelah kejadian</b></span>, kemudian disusul <span style="color: #990000;"><b>4 ribu orang yang meninggal beberapa hari berikutnya</b></span>, dan sekitar <span style="color: #990000;"><b>15 ribu jiwa lagi di bulan-bulan berikutnya</b></span>.<br />
<br />
Selain itu terdapat lebih dari <span style="color: #990000;"><b>150 ribu orang terkena dampak langsung</b></span> gas beracun tersebut, terutama pada bagian penglihatan, sistem syaraf, serta pernapasan.<br />
<br />
Disamping korban manusia, <span style="color: #990000;"><b>gas beracun juga membunuh ribuan ternak</b></span>, seperti sapi, kambing, dan kerbau.<br />
<br />
Sementara sumber air tanah di wilayah tersebut juga terkontaminasi zat beracun, sehingga sangat berbahaya untuk dikonsumsi (Varma, Roli, and Varma, Daya R. <i>The Bhopal Disaster of 1984</i>, Bulletin of Science, Technoloy & Science, February, 2005).<br />
<br />
Banyak studi lintas ilmu dilakukan untuk mempelajari setiap aspek dari tragedi gas beracun yang terjadi di Bhopal, India; namun satu hal yang pasti, kelalaian dan kesalahan dalam mengelola sebuah sistem bisa mengakibatkan bencana yang fatal bagi lingkungan hidup. **<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>ARTIKEL TERKAIT :</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/12/warisan-sampah-plastik-dunia.html" target="_blank">Warisan Sampah Plastik Dunia</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/02/perekonomian-india-dari-demonetisasi.html" target="_blank">Perekonomian India, dari demonetisasi hingga partisipasi perempuan dalam dunia kerja</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/03/mengenang-tragedi-minamata-ketika.html" target="_blank">Mengenang Tragedi Minamata, ketika aktivitas perekonomian mengabaikan faktor lingkungan</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/03/saat-pencemaran-udara-mempengaruhi.html" target="_blank">Saat Pencemaran Udara Mempengaruhi Kehidupan Manusia</a> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-85235279650420313152019-12-03T15:44:00.000+07:002019-12-04T16:35:11.958+07:00Warisan Sampah Plastik DuniaSalah satu masalah lingkungan terbesar yang terjadi saat ini adalah semakin menumpuknya sampah plastik yang memenuhi planet Bumi, baik di daratan maupun lautan. Sedemikian seriusnya, sehingga banyak negara maupun organisasi internasional yang menaruh perhatian khusus pada persoalan ini. Dalam tulisan ini kita akan melihat sejauh mana problem sampah plastik di dunia.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibiKbAMATnOHco4n9uyv0DrZR5i2XcUuTzLzn9r42ip-kw0klOmpL8jTTBSRzpXZ-r3SD8i3zDqPo0wC9OBlHsYSwKNFFciyNVuuVl_WnaTSoTkYpAK_iZxvr1qiVftrJr50Awmq9PHHjQ/s1600/282.+Sampah+Plastik.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Warisan Sampah Plastik Dunia - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="299" data-original-width="448" height="250" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibiKbAMATnOHco4n9uyv0DrZR5i2XcUuTzLzn9r42ip-kw0klOmpL8jTTBSRzpXZ-r3SD8i3zDqPo0wC9OBlHsYSwKNFFciyNVuuVl_WnaTSoTkYpAK_iZxvr1qiVftrJr50Awmq9PHHjQ/s1600/282.+Sampah+Plastik.jpg" title="Warisan Sampah Plastik Dunia - www.ajarekonomi.com" width="360" /></a></div>Studi menyatakan jika sampah rumahtangga (<i>municipal solid waste</i>) dari 194 negara yang menjadi objek penelitian, bisa mencapai 2.1 ton setiap tahunnya.<br />
<br />
Dari angka tersebut, hanya sekitar 16% atau 323 juta ton yang mengalami proses daur ulang, sementara lebih dari 45% atau sekitar 950 juta ton sampah tidak terkelola dengan baik.<br />
<a name='more'></a><br />
Adapun lima <span style="color: #990000;"><b>negara dengan penghasil sampah rumahtangga terbesar di dunia</b></span> adalah China (lebih dari 15%), Amerika Serikat (11%), India (12%), Brazil (4%), dan Indonesia (3%) (Verisk Maplecroft. <i>Waste Generation and Recycling Indices 2019: Overview and findings</i>, June 2019).<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Sementara penelitian lain menyebutkan jika <span style="color: #990000;"><b>secara global terdapat sekitar 8-12 juta ton sampah plastik yang memenuhi lautan setiap tahunnya</b></span>. <br />
<br />
Ironisnya, <span style="color: #990000;"><b>sekitar 50-70% sampah tersebut berasal dari sampah plastik rumahtangga</b></span> yang berasal dari negara-negara berkembang. Sampah plastik ini terakumulasi diberbagai wilayah perairan dunia dan mencemari kehidupan biota laut.<br />
<br />
Pencemaran sampah plastik juga berdampak besar pada perubahan iklim bumi. Catatan menunjukkan jika <span style="color: #990000;"><b>produksi plastik secara global mengeluarkan tak kurang dari 400 juta ton gas buang setiap tahunnya</b></span>.<br />
<br />
Disamping itu, apabila pertumbuhan produksi plastik terus meningkat, diperkirakan pada 2050 nanti industri plastik akan menghabiskan sekitar 20% konsumsi minyak bumi.<br />
<br />
Selain pencemaran dari gas buang, produk plastik sendiri akan menjadi sampah padat yang tidak bisa terurai dalam lingkungan, yang memicu munculnya gas karbondioksida (CO<span style="font-size: x-small;">2</span>). <br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Pada 2016</b></span> misalnya, <span style="color: #990000;"><b>gas CO<span style="font-size: x-small;">2</span> yang timbul akibat sampah produk plastik mencapai 1.6 miliar ton</b></span>, dan akan terus meningkat hingga 2.6 miliar ton di 2050 (Tearfund, Fauna & Flora International, and WasteAid and The Institute of Development Studies. <i>No Time To Waste: Tackling the plastic pollution crisis before it’s too late</i>, 2019).<br />
<br />
Di kawasan Mediterania saja, produksi plastik mencapai lebih dari 37 juta ton pada 2016. Angka ini setara dengan pemakaian 76 kg produk plastik per individu, atau 23 kg diatas rata-rata pemakaian individu secara global.<br />
<br />
Dari angka diatas, terdapat sekitar 24 juta ton yang pada akhirnya menjadi sampah plastik.<br />
<br />
Sementara produksi plastik di kawasan tersebut menghasilkan tak kurang dari 194 juta ton gas CO<span style="font-size: x-small;">2</span> per tahunnya.<br />
<br />
Terdapat tiga negara yang memiliki sampah plastik tertinggi di kawasan itu, yakni Mesir, Italia, dan Turki. Di ketiga negara tersebut, total sampah plastik mencapai lebih dari 65% dari seluruh kawasan.<br />
<br />
Yang lebih memprihatikan adalah, dari total sampah plastik tersebut, ada sekitar 0.57 juta ton yang mencemari lautan setiap tahunnya. Angka ini setara dengan 33 ribu botol plastik yang dibuang ke laut setiap menit.<br />
<br />
Sampah plastik ini sangat membahayakan kehidupan laut, termasuk seluruh ekosistem didalamnya.<br />
<br />
Data menyebut jika pencemaran sampah plastik di laut Mediterania mengakibatkan kerugian di sektor kelautan hingga € 641 juta setiap tahun. Kerugian tersebut berasal dari sektor perikanan (€ 138 juta), industri maritim dan angkutan kapal (€ 235 juta), serta sektor pariwisata berbasis samudera (€ 268 juta).<br />
<br />
Untuk itu, berbagai <span style="color: #990000;"><b>tindakan</b></span> diambil <span style="color: #990000;"><b>untuk mengatasi problem sampah plastik</b></span>, diantaranya: <br />
<br />
yang menjadi <span style="color: #990000;"><b>tanggung-jawab pemerintah</b></span>:<br />
<ul><li><span style="color: #990000;"><b>melarang pembuangan sampah plastik</b></span> di lingkungan.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>melarang penggunaan plastik sekali pakai</b></span>.</li>
<li>berinvestasi pada <span style="color: #990000;"><b>sistem pengelolaan sampah yang efektif dan ramah lingkungan</b></span>.</li>
<li>mendukung inovasi <span style="color: #990000;"><b>penemuan alternatif produk plastik</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>mendorong kesadaran masyarakat</b></span> sebagai konsumen dalam memanfaatkan plastik.</li>
</ul><br />
yang menjadi <span style="color: #990000;"><b>tanggung-jawab sektor industri</b></span>:<br />
<ul><li><span style="color: #990000;"><b>bertanggung-jawab penuh dalam proses daur ulang sampah plastik</b></span>, bukan sekedar membayar kompensasi kerugian akibat sampah plastik.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>mendesain produk yang meminimalisir pemakaian plastik</b></span>, serta memanfaatkan bahan plastik yang bisa didaur ulang dan dipakai kembali.</li>
</ul><br />
yang menjadi <span style="color: #990000;"><b>tanggung-jawab masyarakat</b></span>:<br />
<ul><li><span style="color: #990000;"><b>menghindari pemakaian plastik sekali pakai</b></span> serta menggunakan produk yang ramah lingkungan.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>tidak membuang sampah sembarangan</b></span>.</li>
</ul>(Dalberg Advisors and WWF Mediterranean Marine Initiatitive. <i>Stop the Flood of Plastic: How Mediteeranean countries can save their sea</i>, WWF Report 2019, June 2019).<br />
<br />
Penelitian berikut menyoroti problem sampah plastik yang ada di China. Disebutkan bahwa China telah mengimpor lebih dari 100 juta ton sampah plastik, yang ditempatkan di lebih dari 20 kota yang menjadi area untuk memprosus sampah plastik tersebut. <br />
<br />
Hal ini memunculkan problem kesehatan bagi penduduk sekitar, terutama para pekerja pengumpul sampah beserta keluarga mereka.<br />
<br />
Tercatat <span style="color: #990000;"><b>pada 2016</b></span>, <span style="color: #990000;"><b>China mengimpor lebih dari 65% sampah global</b></span>, atau sekitar 10.22 juta ton (www.nationalgeographic.com. <i>Plastic Recycling Is Broken. Here’s How to Fix It</i>, June 20, 2018, dikutip pada Senin, 02 Desember 2019).<br />
<br />
Alhasil, munculnya berbagai problem lingkungan ini membuat pemerintah China mengambil tindakan tegas. <br />
<br />
Pada pertengahan 2017, pemerintah China mengeluarkan pengumuman bahwa negara tersebut tidak akan lagi menerima sampah dari negara lain. <br />
<br />
Kebijakan ini (dikenal dengan istilah <i>National Sword</i>), menyatakan pelarangan impor 24 jenis sampah, termasuk sampah plastik, diberlakukan secara efektif pada awal 2018.<br />
<br />
Kebijakan tersebut diambil berdasarkan pertimbangan bahwa <span style="color: #990000;"><b>proses daur ulang sampah sebenarnya bukanlah solusi atas permasalahan sampah</b></span>.<br />
<br />
Faktor lain adalah data yang menyatakan jika <span style="color: #990000;"><b>hanya ada sekitar 9% sampah plastik yang bisa didaur ulang sejak 1950</b></span>, itupun dibarengi dengan munculnya dampak negatif pada lingkungan, baik berupa pencemaran udara, air, maupun tanah (GAIA. <i>Discarded: Communities on the Frontlines of the Global Plastic Crisis</i>, April 2019).<br />
<br />
Demikian berbagai persoalan terkait sampah plastik. Pada akhirnya, jika permasalahan sampah plastik tidak segera diatasi, bisa jadi hal itulah yang menjadi warisan terbesar untuk generasi mendatang. **<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>ARTIKEL TERKAIT :</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/05/melihat-kembali-tragedi-chernobyl.html" target="_blank">Melihat Kembali Tragedi Chernobyl: ketika lingkungan terkena dampak radiasi nuklir</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/04/mencermati-kondisi-lingkungan-hidup-di.html" target="_blank">Mencermati Kondisi Lingkungan Hidup di 2019 dan Tantangan Kedepan</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/03/mengenang-tragedi-minamata-ketika.html" target="_blank">Mengenang Tragedi Minamata, ketika aktivitas perekonomian mengabaikan faktor lingkungan</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/04/bilamana-bumi-meleleh-hakikat-dan.html" target="_blank">Memahami Arti dan Dampak Pemanasan Global (Global Warming)</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-66275537446139574102019-10-22T15:55:00.000+07:002019-10-23T17:00:16.119+07:00Perkembangan Perekonomian Dunia di 2019Tak lama lagi 2019 segera berlalu, begitu banyak peristiwa yang mempengaruhi situasi perekonomian dunia pada tahun ini. Melalui tulisan ini, kita akan melihat sejauh mana perkembangan perekonomian global di 2019.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvxdGwugX9vfPOA_XWZTxsUYKSVfol-Kk1wDfNyV2fJ6I29i3KdkfTbBFVF5Uy54XmLGaU1bzdFISzzcX_fMKeqbpIbb8GStZbEA02kP9CFCFTRLj_53u-Q9jv77GmVsV63R8B-QRE7iBD/s1600/202.+Perekonomian+Global+2019.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Perkembangan Perekonomian Dunia di 2019 - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="297" data-original-width="448" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvxdGwugX9vfPOA_XWZTxsUYKSVfol-Kk1wDfNyV2fJ6I29i3KdkfTbBFVF5Uy54XmLGaU1bzdFISzzcX_fMKeqbpIbb8GStZbEA02kP9CFCFTRLj_53u-Q9jv77GmVsV63R8B-QRE7iBD/s16000/202.+Perekonomian+Global+2019.jpg" title="Perkembangan Perekonomian Dunia di 2019 - www.ajarekonomi.com" width="360" /></a></div>
Dalam laporannya, <span style="color: #990000;"><b><a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/04/the-international-monetary-fund-misi.html" target="_blank">IMF</a> memproyeksikan pertumbuhan perekonomian dunia di 2019 diangka 3.0%</b></span>. Ini menjadi angka perkiraan terendah sejak 2008-2009. <br />
<br />
Dari proyeksi tersebut, pertumbuhan ekonomi untuk negara-negara maju, seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Euro Area berada dikisaran 1.7%, sementara pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang mencapai 3.9%.<br />
<a name='more'></a><br />
Disisi lain, <span style="color: #990000;"><b>pertumbuhan GDP (<i>current prices</i>)</b></span> global untuk 2019 mencapai <span style="color: #990000;"><b>US$ 86.6 triliun</b></span>, meningkat dari capaian tahun sebelumnya yang berada di level US$ 84.93 triliun. <br />
<br />
Dengan total populasi penduduk sebanyak 7.55 miliar jiwa, maka <span style="color: #990000;"><b>GDP per kapita</b></span> pada 2019 mencapai <span style="color: #990000;"><b>US$ 11.46 ribu</b></span>, sedikit meningkat dari capaian 2018, US$ 11.37 ribu (total penduduk 2018 sebanyak 7.47 miliar jiwa).<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Sedangkan <span style="color: #990000;"><b>angka <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/12/mengenal-konsep-inflasi-dalam.html" target="_blank">inflasi</a></b></span> untuk tahun ini diperkirakan mencapai <span style="color: #990000;"><b>4.7%</b></span>, turun 0.1% dari inflasi 2018.<br />
<br />
Beberapa faktor yang diyakini menjadi <span style="color: #990000;"><b>penyebab rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi</b></span> tahun ini antara lain:<br />
<ul>
<li>meningkatnya <span style="color: #990000;"><b>hambatan perdagangan internasional</b></span> (<i>trade barriers</i>), terutama sebagai akibat eskalasi hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dengan China yang mempengaruhi volume perdagangan internasional negara-negara lain.</li>
<li>kondisi <span style="color: #990000;"><b>geopolitik yang tidak stabil</b></span> di berbagai negara, akibat konflik internal maupun eksternal.</li>
<li>banyaknya negara yang menitikberatkan pembangunan pada <span style="color: #990000;"><b>pertumbuhan ekonomi domestik</b></span>, sehingga mengurangi lalu-lintas perdagangan global.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>rendahnya volume penjualan produk-produk di sektor industri maupun manufaktur</b></span>, misalnya penurunan volume penjualan mobil, sebagai akibat dari pengetatan aturan emisi gas karbondioksida.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>meningkatnya laju penuaan tenaga kerja</b></span>, terutama di negara-negara maju, sehingga berdampak negatif terhadap produktivitas dan volume perdagangan.</li>
</ul>
<br />
Sementara untuk 2020, IMF memperkirakan perekonomian global bergerak sedikit membaik hingga 3.4%.<br />
<br />
Namun demikian, pertumbuhan tersebut tidak terjadi secara merata, dimana untuk negara-negara maju justru akan mengalami perlambatan hingga 1.0%. <br />
<br />
Sedangkan negara-negara berkembang akan menikmati pertumbuhan ekonomi dikisaran 4.6% (International Monetary Fund. <i>World Economic Outlook: Global Manufacturing Downturn, Rising Trade Barriers</i>, October 2019). <br />
<br />
Dilain pihak <span style="color: #990000;"><b>PBB mengungkapkan hal senada</b></span> dengan laporan IMF, dengan menyatakan bahwa <span style="color: #990000;"><b>pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019</b></span> diperkirakan hanya mencapai <span style="color: #990000;"><b>3.0%</b></span>, sebagai akibat dari perdebatan terkait kesepakatan perdagangan antar negara yang berdampak buruk pada investasi, penurunan produksi di sektor industri, serta tingginya harga produk ditingkat konsumen.<br />
<br />
Berbagai persoalan diatas memperburuk kondisi pasar keuangan, yang ditandai dengan fluktuasi nilai tukar mata uang secara global, serta naiknya tingkat suku bunga kredit akibat ketidakpastian pasar.<br />
<br />
Sementara untuk faktor non-ekonomi, perubahan iklim global turut membawa dampak negatif pada perekonomian. Terjadinya bencana alam, kebakaran hutan dan lahan, serta cuaca ekstrim diberbagai wilayah dunia, menjadi alasan turunnya ketersediaan hasil pangan, memburuknya kualitas udara, serta tercemarnya persediaan air bersih.<br />
<br />
PBB juga menyebutkan adanya <span style="color: #990000;"><b>peningkatan angka tenaga kerja</b></span> di 2019, namun <span style="color: #990000;"><b>tidak disertai dengan peningkatan kualitas pekerjaan</b></span>. Hal ini terutama terjadi di wilayah Amerika Latin dan Afrika Selatan. <br />
<br />
Jika dilihat secara keseluruhan, saat ini masih terdapat tak kurang dari 190 juta penduduk yang menganggur. Disamping itu ada lebih dari 300 juta tenaga kerja yang masih hidup dalam kemiskinan. <br />
<br />
Mayoritas tenaga kerja ini berada di sektor informal atau bekerja pada pekerjaan yang berisiko tinggi. Hal ini tentunya menjadi tantangan berat dalam upaya mewujudkan agenda <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/01/sustainable-development-goals.html" target="_blank">SDGs (<i>the Sustainable Development Goals</i>)</a> (United Nations. <i>World Economic Situation and Prospects 2019</i>, 2019).<br />
<br />
Sementara <span style="color: #990000;"><b><a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/04/seputar-terbentuknya-bank-dunia-world.html" target="_blank">Bank Dunia</a> memperkirakan pertumbuhan ekonomi global pada 2019</b></span> berada dikisaran <span style="color: #990000;"><b>2.6%</b></span>, dan akan sedikit meningkat menjadi 2.7% di tahun depan. <br />
<br />
Dari angka tersebut, perekonomian di negara-negara maju hanya mencapai 1.7%, dan masih akan melambat menjadi 1.5% pada 2020. <br />
<br />
Sedangkan negara-negara berkembang akan menikmati pertumbuhan rata-rata hingga 4.0% pada 2019, dan meningkat menjadi 4.6% di 2020.<br />
<br />
Selain menyoroti <span style="color: #990000;"><b>problem hambatan perdagangan</b></span>, Bank Dunia menyatakan jika <span style="color: #990000;"><b>peningkatan utang pemerintah</b></span> dan perlambatan ekonomi di negara maju tercatat <span style="color: #990000;"><b>lebih buruk daripada perkiraan sebelumnya</b></span>.<br />
<br />
Disisi lain, <span style="color: #990000;"><b>perlambatan ekonomi di negara-negara berkembang</b></span> terutama <span style="color: #990000;"><b>diakibatkan oleh adanya penurunan investasi</b></span>, <span style="color: #990000;"><b>lemahnya pengawasan terhadap pasar barang dan pasar tenaga kerja</b></span>, <span style="color: #990000;"><b>lingkungan usaha yang tidak memiliki daya saing</b></span>, serta <span style="color: #990000;"><b>buruknya tata kelola pemerintahan</b></span> (World Bank. <i>Global Economic Prospects: Heightened Tensions, Subdued Investment</i>, June 2019).<br />
<br />
Demikian kondisi terkini perekonomian dunia di 2019. Kita akan terus mencermati perkembangannya kedepan**<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>ARTIKEL TERKAIT :</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/04/mencermati-kondisi-lingkungan-hidup-di.html" target="_blank">Mencermati Kondisi Lingkungan Hidup di 2019 dan Tantangan Kedepan</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/01/proyeksi-perekonomian-global-di-2019.html" target="_blank">Proyeksi Perekonomian Global di 2019</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/12/melihat-progress-pelaksanaan-agenda.html" target="_blank">Melihat Progress Pelaksanaan SDGs (the Sustainable Development Goals)</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/12/mencermati-situasi-perekonomian-dunia.html" target="_blank">Mencermati Situasi Perekonomian Dunia di 2018</a> <br />
<br />
<br />
<br />Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-57743584650297010632019-05-21T19:54:00.000+07:002019-05-21T19:54:57.280+07:00Melihat Kembali Tragedi Chernobyl: ketika lingkungan terkena dampak radiasi nuklirKerusakan lingkungan bisa terjadi karena faktor kesengajaan atau kelalaian. Apapun pemicunya, dampak yang timbul dari kerusakan itu harus dibayar mahal. <br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUYwdkX3v21hWj1Gg-nMK7m0ShrzEMwiYkUogE-FNbMU2X2Zt-u9-7B0TlVC5tqPpkgfvUzKK03aJvCa9f9xGRC_rXiiKtVe4_UwDyl68NHdgi3571uUfV43Y7MYFcZkXvH47O67FKdfWW/s1600/Tragedi+Chernobyl.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Melihat Kembali Tragedi Chernobyl: ketika lingkungan terkena dampak radiasi" border="0" data-original-height="298" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiUYwdkX3v21hWj1Gg-nMK7m0ShrzEMwiYkUogE-FNbMU2X2Zt-u9-7B0TlVC5tqPpkgfvUzKK03aJvCa9f9xGRC_rXiiKtVe4_UwDyl68NHdgi3571uUfV43Y7MYFcZkXvH47O67FKdfWW/s1600/Tragedi+Chernobyl.jpg" title="Melihat Kembali Tragedi Chernobyl: ketika lingkungan terkena dampak radiasi" width="360" /></a></div>Salah satu tragedi lingkungan terjadi dalam insiden reaktor nuklir Chernobyl. <br />
<br />
Pada artikel ini kita akan melihat dampak peristiwa Chernobyl pada lingkungan disekitar tempat kejadian.<br />
<a name='more'></a><br />
Reaktor nuklir Chernobyl (<i>The Chernobyl Power Complex</i>) terletak kurang-lebih 130 km utara Kiev (ibukota Ukraina), di kawasan Eropa Timur; dan sekitar 20 km sebelah selatan perbatasan Belarusia. Saat itu, baik Ukraina maupun Belarusia merupakan negara bagian Uni Soviet.<br />
<br />
Reaktor yang dibangun Uni Soviet ini terdiri dari empat bangunan reaktor, dimana reaktor 1 dan 2 didirikan pada periode 1970-1977, sementara konstruksi reaktor 3 dan 4 diselesaikan pada 1983.<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>1. AWAL TRAGEDI CHERNOBYL.</b><br />
<br />
Studi menyebutkan jika <span style="color: #990000;"><b>kecelakaan reaktor Chernobyl yang terjadi pada 26 April 1986, disebabkan adanya kesalahan operasional saat perawatan rutin</b></span> di reaktor 4.<br />
<br />
Beberapa <span style="color: #990000;"><b>faktor dianggap sebagai pemicu</b></span> peristiwa tersebut, diantaranya karena <span style="color: #990000;"><b>desain reaktor yang tidak dirancang dengan matang</b></span>, <span style="color: #990000;"><b>tidak memadainya peraturan keselamatan</b></span> bagi pekerja, serta <span style="color: #990000;"><b>tidak adanya dokumen teknis dan operasional</b></span> pada reaktor tersebut.<br />
<br />
Akibatnya, <span style="color: #990000;"><b>terjadi ledakan</b></span> pada reaktor 4 yang <span style="color: #990000;"><b>disertai dengan kebakaran</b></span> yang berlangsung hingga sepekan. <br />
<br />
Ledakan dan kebakaran tersebut <span style="color: #990000;"><b>memicu lepasnya berbagai bahan radioaktif</b></span> ke udara hingga mencapai atmosfer. <br />
<br />
Penelitian menyebutkan setidaknya terdapat <span style="color: #990000;"><b>190 metrik ton uranium dioksida (bahan bakar nuklir)</b></span>, keluar dari reaktor 4; dimana <span style="color: #990000;"><b>13 – 30% diantaranya lepas ke lingkungan sekitar dan menimbulkan radiasi</b></span> (Nuclear Energy Institute. <i>Chernobyl Accident and Its Consequences</i>, Fact Sheet, November 2008).<br />
<br />
<b>2. DAMPAK RADIASI NUKLIR CHERNOBYL.</b><br />
<br />
Dalam studinya, WHO menyatakan jika <span style="color: #990000;"><b>ledakan pada reaktor Chernobyl</b></span> telah memicu lepasnya partikel radioaktif ke udara dan <span style="color: #990000;"><b>mengkontaminasi sebagian besar kawasan Eropa Timur</b></span>, terutama <span style="color: #990000;"><b>Belarusia, Ukraina, dan Rusia</b></span>.<br />
<br />
Kontaminasi tersebut <span style="color: #990000;"><b>meliputi seluruh ekosistem lingkungan</b></span>, baik air, tanah, serta udara, sehingga menimbulkan dampak langsung maupun tak langsung pada makhluk hidup yang tinggal di area terdampak.<br />
<br />
Peristiwa tersebut juga mengakibatkan sedikitnya <span style="color: #990000;"><b>30 korban jiwa</b></span>, terdiri dari tenaga kerja reaktor serta petugas pemadam kebakaran, yang terjadi saat melakukan upaya pemadaman atau akibat kontaminasi zat beracun.<br />
<br />
Hal ini diperparah dengan fakta bahwa para relawan dan tenaga pemadam kebakaran (dikenal dengan istilah ‘<i>the liquidators</i>’) tidak dilengkapi dengan peralatan keselamatan yang memadai, sehingga berpotensi terkena dampak langsung dari radiasi nuklir. <br />
<br />
WHO juga menemukan <span style="color: #990000;"><b>peningkatan wabah kanker tiroid</b></span>, terutama menyerang anak-anak di kawasan terdampak. Laporan menyebutkan setidaknya terdapat 4,000 kasus kanker tiroid di Belarusia, Rusia, serta Ukraina pada periode 1990-2002.<br />
<br />
Akibat lain radiasi adalah merebaknya <span style="color: #990000;"><b>penyakit leukimia</b></span> (kanker darah), serta berbagai <span style="color: #990000;"><b>penyakit yang berkaitan dengan tulang, pencernaan, sistem syaraf, dan sirkulasi tubuh</b></span>.<br />
<br />
Disamping itu, <span style="color: #990000;"><b>penduduk yang berada di lokasi pengungsian</b></span> banyak yang <span style="color: #990000;"><b>menderita katarak, penyakit kardiovaskular, penurunan sistem imunitas</b></span>, serta <span style="color: #990000;"><b>kelainan fisik dan mental yang diturunkan</b></span> pada bayi yang lahir pasca tragedi.<br />
<br />
Radiasi juga menyebabkan <span style="color: #990000;"><b>penurunan angka kelahiran di Ukraina</b></span>, dari sekitar 800 ribu jiwa di 1976 menjadi 500 ribu jiwa pada awal 2000’an. Bayi yang dilahirkan pun kebanyakan menderita cacat, baik fisik maupun mental (<i>down syndrome</i>).<br />
<br />
Sementara lebih dari <span style="color: #990000;"><b>600 ribu penduduk yang tinggal di daerah terdampak</b></span>, <span style="color: #990000;"><b>mengalami masalah mental</b></span>, seperti depresi, kecemasan, dan stres.<br />
<br />
Selain itu sampai dengan beberapa dekade kemudian, terjadi <span style="color: #990000;"><b>penurunan usia harapan hidup</b></span> di kawasan terdampak radiasi. Sebelum peristiwa, usia harapan hidup penduduk Rusia mencapai 70 tahun, sementara penduduk Ukraina 67 tahun.<br />
<br />
Dampak radiasi nuklir mengakibatkan usia harapan hidup mereka turun menjadi sekitar 61 tahun, padahal rata-rata usia harapan hidup orang Eropa kala itu mencapai 75 tahun (WHO. <i>Health Effects of the Chernobyl Accident and Special Health Care Programmes</i>, Report of the UN Chernobyl Forum Expert Group “Health”, 2006).<br />
<br />
<b>3. BEBAN EKONOMI DAN NON-EKONOMI AKIBAT RADIASI CHERNOBYL.</b><br />
<br />
Dalam laporannya, <span style="color: #990000;"><b>pemerintah Belarusia mengungkapkan poin-poin penting terkait beban ekonomi dan non-ekonomi</b></span> akibat tragedi Chernobyl. Beberapa diantaranya adalah: <br />
<ul><li><span style="color: #990000;"><b>kerugian finansial</b></span> akibat peristiwa Chernobyl diperkirakan mencapai <span style="color: #990000;"><b>US$ 235 miliar</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>kerusakan lingkungan</b></span> terjadi secara masif dan dibutuhkan waktu lama untuk mengembalikannya ke kondisi semula.</li>
<li>lebih dari <span style="color: #990000;"><b>20% tanah pertanian di Belarusia mengalami kerusakan total</b></span>, padahal sektor ini menyumbang hingga US$ 700 juta setiap tahunnya. </li>
<li>sekitar <span style="color: #990000;"><b>25% hutan di Belarusia terdampak langsung</b></span> oleh radiasi dan ratusan <span style="color: #990000;"><b>sumber mineral tidak bisa lagi dimanfaatkan</b></span>.</li>
<li>terdapat lebih dari <span style="color: #990000;"><b>350 usaha di sektor industri</b></span> yang <span style="color: #990000;"><b>mengalami kerugian</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>wilayah Belarusia</b></span> merupakan kawasan <span style="color: #990000;"><b>terdampak paling parah</b></span>, dimana terdapat 23% area yang terkontaminasi, dibandingkan dengan Rusia (1.5%), dan Ukraina (7%).</li>
<li>kawasan yang terdampak radiasi membutuhkan <span style="color: #990000;"><b>penanganan dan <i>recovery</i> dengan segera</b></span>, agar bisa kembali normal. Akan tetapi, hal ini <span style="color: #990000;"><b>membutuhkan biaya investasi yang sangat besar</b></span>.</li>
<li>tak kurang dari <span style="color: #990000;"><b>2 juta penduduk hidup dalam ancaman radiasi</b></span>, dimana sekitar 1.3 juta diantaranya masih tinggal di daerah terkontaminasi.</li>
<li>para <span style="color: #990000;"><b>pengungsi</b></span>, terutama anak-anak <span style="color: #990000;"><b>membutuhkan perhatian lebih secara fisik dan mental</b></span>, apalagi bagi mereka yang diungsikan ke luar negeri. </li>
<li>pemerintah Belarusia menyiapkan <span style="color: #990000;"><b>US$ 1 juta setiap hari untuk menanggulangi dampak tragedi</b></span>. Namun karena banyaknya faktor yang menyulitkan penyaluran bantuan, dibutuhkan kerjasama internasional secara komprehensif.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>setiap tahun dianggarkan sekitar 5% dari total GDP Belarusia</b></span> untuk menangani bencana Chernobyl. Sampai dengan dirilisnya laporan, pemerintah Belarusia telah mengeluarkan sekitar US$ 18 miliar dalam upaya rehabilitasi pasca tragedi. </li>
</ul>(Belarus Foreign Ministry. <i>Chernobyl disaster, Why are the consequences still observed? And why is the international assistance still critical?</i>, April 2009).<br />
<br />
Sebagai catatan akhir, kerusakan lingkungan, baik yang terjadi karena kesengajaan maupun kelalaian, akan selalu menimbulkan dampak buruk yang bisa berlangsung dari generasi ke generasi. Diharapkan pengalaman tersebut memberi nilai penting bagi semua pihak untuk terus menjaga dan melindungi lingkungan. **<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>ARTIKEL TERKAIT :</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/03/mengenang-tragedi-minamata-ketika.html" target="_blank">Mengenang Tragedi Minamata, ketika aktivitas perekonomian mengabaikan faktor lingkungan</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/08/menyorot-aktivitas-illegal-logging.html" target="_blank">Mencermati Aktivitas Pembalakan Liar (Illegal Logging), Kejahatan Lingkungan sekaligus Kejahatan Kemanusiaan</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/06/ketersediaan-sumber-air-bersih-fresh.html" target="_blank">Masalah Ketersediaan Sumber Air Bersih (Fresh-Water Resources) sebagai Penopang Kehidupan</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/05/mengenal-disaster-management-melihat.html" target="_blank">Mengenal Disaster Management, Melihat Cara Jepang Menangani Bencana Alam</a><br />
<br />
<br />
Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-63865888628885096672019-04-30T11:28:00.000+07:002019-04-30T11:28:03.576+07:00Memahami Konsep Green EconomySeperti kita ketahui, kondisi lingkungan telah banyak mengalami degradasi, baik karena faktor alam maupun akibat eksploitasi berlebihan yang dilakukan manusia. <br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7zJ2QXZM87XvwOZBl08yuSrbFZKrE7vtTe3ms0T6en9L-jFkJAwNZbikEN8aUk2JDH8_YSfk16p3aUDUiMHwmxJQ5Snb0MLBgOPFLt8JbZKh61H1YU4-irE1JnI_gZjq3D-xxRS_OfqT3/s1600/200.+Green+Economy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Memahami Konsep Green Economy" border="0" data-original-height="255" data-original-width="448" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7zJ2QXZM87XvwOZBl08yuSrbFZKrE7vtTe3ms0T6en9L-jFkJAwNZbikEN8aUk2JDH8_YSfk16p3aUDUiMHwmxJQ5Snb0MLBgOPFLt8JbZKh61H1YU4-irE1JnI_gZjq3D-xxRS_OfqT3/s1600/200.+Green+Economy.jpg" title="Memahami Konsep Green Economy" width="380" /></a></div>
Oleh karena itu diperlukan tindakan ekstra untuk mencegah dan menanggulangi persoalan tersebut; salah satu upaya yang mengemuka adalah melalui <i>green economy</i>. <br />
<br />
Dalam artikel ini kita akan mempelajari konsep <i>green economy</i> dan latar-belakang munculnya konsep tersebut.<br />
<a name='more'></a><br />
<b>1. PENGERTIAN GREEN ECONOMY.</b><br />
<br />
Dari beberapa sumber literatur dapat diketahui pengertian <i>green economy</i> sebagai berikut:<br />
<br />
<b>1.1. United Nations Environment Programme (UNEP).</b><br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
UNEP menyatakan bahwa <i>green economy</i> merupakan <span style="color: #990000;"><b>sistem yang memuat semua aktivitas perekonomian</b></span> (produksi, distribusi, dan konsumsi), yang <span style="color: #990000;"><b>menghasilkan peningkatan kualitas hidup</b></span> manusia untuk jangka panjang, <span style="color: #990000;"><b>tanpa mengorbankan kepentingan generasi mendatang</b></span> akibat munculnya <span style="color: #990000;"><b>risiko terkait dampak lingkungan dan keterbatasan ekologis</b></span>.<br />
<br />
Adapun hal-hal yang terkait dengan lingkungan dan ekologi antara lain meliputi perlindungan terhadap sumberdaya alam, persoalan pencemaran lingkungan, perubahan iklim, keanekaragaman hayati, pengelolaan sampah, serta pemanfaatan sumberdaya energi (UNEP. <i>Green Economy Report: A Preview</i>, 2010).<br />
<br />
<b>1.2. Green Economy Coalition.</b><br />
<br />
<i>Green Economy Coalition</i> menegaskan jika <i>green economy</i> merupakan <span style="color: #990000;"><b>aktivitas ekonomi</b></span> yang <span style="color: #990000;"><b>menghasilkan kesejahteraan untuk semua pihak</b></span>, dalam keterbatasan sumberdaya yang ada di bumi.<br />
<br />
Dalam pengertian tersebut terkandung beberapa poin penting, yakni:<br />
<ul>
<li><i>green economy</i> melibatkan <span style="color: #990000;"><b>penilaian terhadap sumberdaya alam</b></span>, baik dalam laporan statistik maupun laporan keuangan, serta memastikan bahwa pengambil kebijakan mengindahkan upaya pemeliharaan planet bumi.</li>
<li><i>green economy</i> menjadi <span style="color: #990000;"><b>upaya penanganan ketimpangan sosial</b></span>, sehingga perekonomian menjadi semakin berkeadilan.</li>
<li><i>green economy</i> <span style="color: #990000;"><b>mencakup produk dan aktivitas ekonomi</b></span> yang terjamin keberlangsungannya untuk jangka panjang.</li>
<li><i>green economy</i> memerlukan adanya <span style="color: #990000;"><b>reformasi sektor keuangan</b></span>, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan jangka panjang.</li>
<li><i>green economy</i> memberi <span style="color: #990000;"><b>arahan dan penilaian secara komprehensif</b></span>, dengan tujuan yang jelas dan terukur.</li>
</ul>
(www.greeneconomycoalition.org. <i>The Green Economy: A Primer</i>, September 7th, 2017, dikutip pada Senin, 29 April 2019).<br />
<br />
<b>1.3. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).</b><br />
<br />
OECD memperkenalkan konsep yang serupa dengan <i>green economy</i>, yakni <span style="color: #990000;"><b><i>green growth</i></b></span>. Dalam studinya, OECD menyebutkan jika konsep <i>green growth</i> berkaitan dengan <span style="color: #990000;"><b>peningkatan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi</b></span>, dan pada saat yang sama <span style="color: #990000;"><b>memastikan bahwa kekayaan alam</b></span> yang terkandung di bumi bisa <span style="color: #990000;"><b>memberi manfaat untuk kesejahteraan manusia</b></span>.<br />
<br />
Konsep <i>green growth</i> diimplementasikan melalui <span style="color: #990000;"><b>penerapan strategi nasional yang mendukung perilaku ramah lingkungan</b></span> (oleh konsumen maupun produsen), peningkatan <span style="color: #990000;"><b>realokasi faktor tenaga kerja, modal, dan teknologi</b></span> yang ramah lingkungan, serta model <span style="color: #990000;"><b>pembangunan yang bersifat <i>eco-innovation</i></b></span> (pengembangan proses dan output produksi yang berdampak positif untuk pembangunan jangka panjang).<br />
<br />
OECD menandaskan jika kebijakan ekonomi yang ramah lingkungan tidak akan mereduksi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, namun justru menghasilkan manfaat untuk jangka panjang (OECD. <i>Toward Green Growth</i>, 2011).<br />
<br />
Secara garis besar terdapat <span style="color: #990000;"><b>tiga faktor utama</b></span> yang terdapat dalam kajian <i>green economy</i>, yakni:<br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Faktor ekonomi</b></span>, diantaranya:<br />
<ul>
<li>identifikasi modal sumberdaya alam serta nilai yang melekat didalamnya.</li>
<li>peningkatan efisiensi sumberdaya alam dan energi.</li>
<li>penciptaan lapangan kerja yang mendukung terpeliharanya lingkungan.</li>
</ul>
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Faktor lingkungan</b></span>, antara lain:<br />
<ul>
<li>perlindungan keanekaragaman hayati dan ekosistem kehidupan.</li>
<li>investasi pada sumberdaya alam untuk jangka panjang.</li>
<li>implementasi agenda pemeliharaan lingkungan secara berkesinambungan.</li>
</ul>
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Faktor sosial</b></span>, diantaranya:<br />
<ul>
<li>upaya pengentasan kemiskinan, peningkatan kualitas hidup, serta perlindungan sosial dan layanan dasar.</li>
<li>pelaksanaan prinsip keterbukaan, demokratis, dan partisipatif.</li>
<li>penerapan prinsip-prinsip keadilan, baik didalam dan antar generasi, maupun didalam dan antar negara.</li>
</ul>
<br />
Adapun <span style="color: #990000;"><b>langkah strategis</b></span> yang diterapkan sebagai implementasi konsep tersebut antara lain berupa:<br />
<ul>
<li><span style="color: #990000;"><b>penilaian dan <i>assesment</i></b></span> terhadap modal <span style="color: #990000;"><b>sumberdaya alam</b></span>.</li>
<li>penerapan <span style="color: #990000;"><b>kebijakan ekonomi yang selaras dengan pemeliharaan lingkungan</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>penegakan hukum yang tepat</b></span> terkait perlindungan terhadap lingkungan.</li>
<li>pelaksanaan <span style="color: #990000;"><b>pemerataan pendapatan yang berkeadilan</b></span>, serta <span style="color: #990000;"><b>standar bermasyarakat yang menjunjung kesetaraan</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>investasi pada pendidikan dan pelatihan</b></span> tentang lingkungan.</li>
</ul>
<br />
<b>2. LATAR-BELAKANG MUNCULNYA KONSEP GREEN ECONOMY.</b><br />
<br />
Kajian tentang <i>green economy</i> sebenarnya sudah mengemuka sejak beberapa dekade silam. Berikut catatannya: <br />
<br />
Pada 1989, ahli ekonomi lingkungan (<i>environmental economists</i>) yang tergabung dalam <i>t<span style="color: #990000;"><b>he London Environmental Economics Centre</b></span></i> (LEEC) membuat <span style="color: #990000;"><b>laporan kepada pemerintah Inggris</b></span> terkait pembangunan berkelanjutan dan implikasi pembangunan, sebagai alat ukur kinerja ekonomi dan penentuan kebijakan publik, dalam sebuah laporan yang bertajuk <span style="color: #990000;"><b><i>Blueprint for a Green Economy</i></b></span>.<br />
<br />
Hal tersebut kemudian diikuti dengan laporan ke-2, <i>Blueprint 2: Greening the world economy</i> pada 1991, dan laporan ke-3, <i>Blueprint 3: Measuring Sustainable Development</i> di 1994.<br />
<br />
Gagasan mengenai <i>green economy</i> juga menjadi <span style="color: #990000;"><b>agenda pembicaraan</b></span> dalam <span style="color: #990000;"><b>Konferensi PBB untuk Lingkungan dan Pembangunan (<i>United Nations Conference on Environment and Development</i>)</b></span> atau dikenal dengan istilah KTT Bumi (<i>Earth Summit</i>), pada 3 – 14 Juni 1992, di Rio de Janeiro, Brazil; yang menghasilkan Deklarasi Rio (<i>Rio Declaration</i>), antara lain mensyaratkan penghitungan komponen biaya atas dampak lingkungan, serta pembatasan konsumsi dan produksi sumberdaya ekonomi.<br />
<br />
Sementara <span style="color: #990000;"><b>UNEP mempromosikan inisiatif <i>green economy</i> (<i>Green Economy Initiative</i>)</b></span> sebagai strategi alternatif untuk menghadapi krisis ekonomi global pada 2008.<br />
<br />
Isu tentang <i>green economy</i> juga menjadi <span style="color: #990000;"><b>salah satu agenda utama</b></span> dalam <span style="color: #990000;"><b>Konferensi PBB untuk Pembangunan Berkelanjutan (<i>United Nations Conference on Sustainable Development</i>)</b></span>, atau dikenal dengan istilah Rio+20, pada 20 – 22 Juni 2012, di Rio de Janeiro, Brazil (UNDESA, Division for Sustainable Development. <i>A Guidebook to the Green Economy</i>, 2012).<br />
<br />
Lebih lanjut, OECD menyebutkan jika pada <span style="color: #990000;"><b>25 Juni 2009</b></span>, sebanyak <span style="color: #990000;"><b>34 negara dan Komisi Eropa</b></span> menghasilkan deklarasi yang bertajuk <span style="color: #990000;"><b><i>Declaration on Green Growth</i></b></span>, yang memuat upaya untuk mempekuat strategi pertumbuhan sebagai respon terhadap krisis ekonomi, serta memastikan bahwa pelestarian lingkungan berjalan selaras dengan pertumbuhan ekonomi.<br />
<br />
Dengan kata lain, strategi tersebut bersifat multidimensi dan multidisiplin ilmu, mulai dari ekonomi, lingkungan, sosial, teknologi, serta aspek pembangunan, yang membentuk sebuah kerangka kerja yang utuh (OECD. <i>Towards Green Growth: A summary for policy makers</i>, 2011).<br />
<br />
Namun demikian, pada awalnya masih terdapat <span style="color: #990000;"><b>kesulitan</b></span> mengenai bagaimana <span style="color: #990000;"><b>mengukur kebijakan yang ramah lingkungan</b></span> dan bagaimana mengintegrasikan kebijakan tersebut agar selaras dengan tujuan pembangunan ekonomi.<br />
<br />
Masalah juga muncul terkait dengan <span style="color: #990000;"><b>analisa biaya-manfaat</b></span> dari penerapan kebijakan <i>green economy</i>.<br />
<br />
Untuk menjawab persoalan tersebut, alternatif yang ditempuh adalah dengan <span style="color: #990000;"><b>memasukkan komponen biaya ekonomi akibat pencemaran lingkungan, deplesi sumberdaya alam, penurunan kemampuan ekosistem, serta potensi hilangnya modal sumberdaya alam untuk kaum miskin, kedalam indikator GDP</b></span>.<br />
<br />
Dengan demikian pada GDP yang telah disesuaikan (<i>adjusted GDP</i>) tersebut, terdapat <i>outcome</i> atas upaya pelestarian lingkungan yang bisa dinilai dengan satuan moneter.<br />
<br />
Gambaran mudahnya demikian<span style="color: #cc0000;">:</span> misalnya untuk upaya penyelamatan terumbu karang dan ekosistem laut dengan biaya sebesar X, akan menghasilkan pendapatan dari peningkatan kuantitas ikan dan biota laut untuk konsumsi sebesar 3X, serta keuntungan dari pariwisata sebesar 2X.<br />
<br />
Intinya, <span style="color: #990000;"><b>kebijakan publik terkait pertumbuhan dan pembangunan ekonomi harus bisa menciptakan kesejahteraan bagi setiap pihak</b></span>, sekaligus <span style="color: #990000;"><b>memastikan terpeliharanya kelestarian lingkungan hidup untuk kepentingan jangka panjang</b></span>.<br />
<br />
Demikian ulasan terkait konsep <i>green economy</i> dan latar-belakang munculnya konsep tersebut. Patut kita tunggu bagaimana penerapan konsep <i>green economy</i> berdampak nyata bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. **<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>ARTIKEL TERKAIT :</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/04/mencermati-kondisi-lingkungan-hidup-di.html" target="_blank">Mencermati Kondisi Lingkungan Hidup di 2019 dan Tantangan Kedepan</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/03/menakar-kebutuhan-sumberdaya-energi-di.html" target="_blank">Menakar Kebutuhan Sumberdaya Energi di Masa Depan</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/01/sdgs-isu-perubahan-iklim-sumberdaya.html" target="_blank">SDGs: isu perubahan iklim, sumberdaya kelautan, dan ekosistem bumi</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2015/11/faktor-lingkungan-dalam-perekonomian.html" target="_blank">Faktor Lingkungan Dalam Perekonomian</a> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-26040274044180766322019-04-23T20:02:00.000+07:002019-04-30T11:43:11.770+07:00Mencermati Kondisi Lingkungan Hidup di 2019 dan Tantangan Kedepan22 April diperingati sebagai Hari Bumi (<i>Earth Day</i>). Tahun ini merupakan peringatan ke-49, terhitung sejak pertama kali Hari Bumi diperingati pada 22 April 1970, dimana jutaan masyarakat turun ke jalan untuk memprotes dampak negatif industrialisasi.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxL10Au7d5MJnBvrYtSvlY79ljp9OgPheeKVJfR_sFzPh9hFVcWY1OS7Ps6O41LqUy08AwAPTrqSrXXR8Z158z-qZTKK_Nc_LXcQnMMP9mIv7l_b-4E2eTh8qtiSIJ32tTFFm3Ela59zeR/s1600/199.+Kondisi+Lingkungan+2019.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Mencermati Kondisi Lingkungan Hidup di 2019 dan Tantangan Kedepan" border="0" data-original-height="299" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxL10Au7d5MJnBvrYtSvlY79ljp9OgPheeKVJfR_sFzPh9hFVcWY1OS7Ps6O41LqUy08AwAPTrqSrXXR8Z158z-qZTKK_Nc_LXcQnMMP9mIv7l_b-4E2eTh8qtiSIJ32tTFFm3Ela59zeR/s1600/199.+Kondisi+Lingkungan+2019.jpg" title="Mencermati Kondisi Lingkungan Hidup di 2019 dan Tantangan Kedepan" width="380" /></a></div>
Jika pada 2018, Hari Bumi mengambil tema “<i>End Plastic Pollution</i>” (Memberantas Pencemaran Plastik), maka Hari Bumi 2019 bertema “<i>Protect Our Species</i>” (Melindungi Species Kita) (www.earthday.org. <i>What is Earth Day, and what is it meant to accomplish?</i>, dikutip pada Senin, 22 April 2019).<br />
<a name='more'></a><br />
Dalam rangka peringatan Hari Bumi ke-49, artikel ini akan merangkum perkembangan kondisi lingkungan hidup di 2019 menurut studi UNEP (<i>United Nations Environment Programme</i>) beserta tantangan-tantangan yang harus dihadapi.<br />
<br />
<b>1. KONDISI LINGKUNGAN DAN PENGARUHNYA PADA KEHIDUPAN.</b><br />
<br />
Dalam penelitiannya, UNEP menekankan <span style="color: #990000;"><b>pentingnya planet bumi yang sehat</b></span>, karena hal tersebut <span style="color: #990000;"><b>berdampak positif bagi kesehatan dan kehidupan manusia</b></span> yang tinggal didalamnya.<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
UNEP juga menyatakan jika tantangan utamanya adalah bagaimana <span style="color: #990000;"><b>menghasilkan kehidupan yang layak dan sehat untuk 10 miliar penduduk di 2050, tanpa mengorbankan faktor ekologi dan kelestarian planet</b></span>.<br />
<br />
Berikut laporan terkait dengan kondisi lingkungan dan pengaruhnya pada kehidupan:<br />
<br />
Bencana alam yang terjadi diberbagai wilayah secara langsung maupun tak langsung telah mempengaruhi kehidupan masyarakat secara global, baik dari kualitas hidup maupun ekonomi. <br />
<br />
Menurut catatan, pada <span style="color: #990000;"><b>periode 2005-2014</b></span>, lebih dari <span style="color: #990000;"><b>1.7 miliar jiwa terdampak bencana alam</b></span>, dengan <span style="color: #990000;"><b>korban meninggal tak kurang dari 700 ribu jiwa</b></span>. Dari korban meninggal tersebut, sekitar 65% merupakan korban gempa bumi dan tsunami. Selain itu tak kurang dari <span style="color: #990000;"><b>150 juta penduduk terkena dampak <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/05/lebih-dekat-dengan-bencana-banjir.html" target="_blank">bencana banjir</a></b></span>.<br />
<br />
Sementara <span style="color: #990000;"><b>kerugian materi akibat bencana alam</b></span> tercatat lebih dari <span style="color: #990000;"><b>US$ 1.4 triliun</b></span>, diantaranya sebesar US$ 250 miliar sebagai akibat gempa bumi dan tsunami di kawasan Asia.<br />
<br />
Disisi lain, <span style="color: #990000;"><b>laut</b></span> yang memainkan peranan penting dalam menjaga stabilitas iklim sekaligus tempat hidup berbagai ekosistem, <span style="color: #990000;"><b>mengalami kerusakan masif dari waktu ke waktu</b></span>.<br />
<br />
Pencemaran air laut oleh bahan kimia berbahaya serta sampah plastik mengakibatkan berkurangnya kemampuan laut untuk menyeimbangkan ekosistem dan habitat kehidupan didalamnya.<br />
<br />
Rusaknya habitat laut dan terumbu karang <span style="color: #990000;"><b>berdampak negatif terhadap jumlah dan kualitas tangkapan ikan untuk konsumsi</b></span>. Hal ini menjadi masalah serius, mengingat ikan laut merupakan sumber protein yang dikonsumsi oleh lebih dari 3.1 miliar penduduk. <br />
<br />
Bukan itu saja, kerusakan laut juga mengakibatkan <span style="color: #990000;"><b>turunnya pendapatan dari sektor pariwisata</b></span>.<br />
<br />
Lebih lanjut, <span style="color: #990000;"><b>konsentrasi gas karbondioksida (CO<span style="font-size: x-small;">2</span>)</b></span> yang <span style="color: #990000;"><b>melampaui ambang batas</b></span> telah memicu perubahan iklim, merusak lapisan <i>ozone</i>, serta meningkatkan suhu permukaan bumi.<br />
<br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/03/saat-pencemaran-udara-mempengaruhi.html" target="_blank">Pencemaran udara</a> <span style="color: #990000;"><b>berkontribusi terhadap berbagai penyakit</b></span> yang <span style="color: #990000;"><b>mengakibatkan kematian sekitar 6 - 7 juta jiwa pada 2016</b></span>, baik yang berkaitan dengan saluran pernapasan, jantung, hati, hingga pembuluh darah.<br />
<br />
Disamping itu, penggunaan <span style="color: #990000;"><b>bahan bakar tak ramah lingkungan</b></span> seperti kayu dan minyak tanah mengakibatkan <span style="color: #990000;"><b>peningkatan pencemaran udara dalam ruangan (<i>indoor air pollution</i>)</b></span>, dan <span style="color: #990000;"><b>berkontribusi atas kematian sekitar 3.2 - 3.5 juta penduduk</b></span> yang terkena paparan polusi.<br />
<br />
Adapun <span style="color: #990000;"><b>kerugian materi akibat pencemaran udara pada 2013</b></span> saja mencapai <span style="color: #990000;"><b>US$ 5.1 triliun</b></span> atau setara 6.6% output global.<br />
<br />
Berikutnya, <span style="color: #990000;"><b>ketersediaan tanah</b></span> sebagai tempat tumbuhnya tanaman produk pangan semakin hari <span style="color: #990000;"><b>semakin menyusut</b></span>. <br />
<br />
Saat ini banyak sekali lahan pertanian yang <span style="color: #990000;"><b>beralih fungsi menjadi perumahan atau lokasi industri</b></span>.<br />
<br />
Sementara <span style="color: #990000;"><b>pada sebagian lahan pertanian</b></span> yang masih ada, kondisi <span style="color: #990000;"><b>tanahnya kurang nutrisi (tidak subur)</b></span>, sehingga berdampak pada <span style="color: #990000;"><b>penurunan hasil panen hingga 30%</b></span>.<br />
<br />
Yang tak kalah penting adalah <span style="color: #990000;"><b>ketersediaan air bersih</b></span> sebagai sumber utama kehidupan. Menurut laporan, terdapat setidaknya <span style="color: #990000;"><b>1.4 juta orang meninggal setiap tahun</b></span>, <span style="color: #990000;"><b>karena penyakit yang berhubungan dengan pencemaran air dan sanitasi yang tidak sehat</b></span>. <br />
<br />
Terlebih lagi, kelangkaan <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/06/ketersediaan-sumber-air-bersih-fresh.html" target="_blank">sumber air bersih</a> tersebut terjadi secara masif diberbagai wilayah, diantaranya kawasan Timur Tengah, Asia Barat, Pasifik, sebagian besar Afrika, dan Amerika Latin.<br />
<br />
Disamping itu, pada <span style="color: #990000;"><b>periode 2000-2015</b></span> hanya sekitar <span style="color: #990000;"><b>1.5 miliar penduduk</b></span> dunia yang telah <span style="color: #990000;"><b>memperoleh akses air bersih layak minum</b></span>.<br />
<br />
Situasi yang memprihatinkan juga menimpa <span style="color: #990000;"><b>keanekaragaman hayati (<i>biodiversity</i>)</b></span>, sebagai elemen penting dalam keseimbangan alam. <br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Perusakan dan pembakaran hutan mengakibatkan hilangnya keseimbangan alam</b></span>, yang pada gilirannya berdampak negatif pada kualitas kehidupan manusia.<br />
<br />
Sementara <span style="color: #990000;"><b>kehidupan sosial</b></span> terutama <span style="color: #990000;"><b>di sektor perkotaan</b></span>, saat ini <span style="color: #990000;"><b>menghadapi berbagai persoalan kompleks</b></span>, mulai dari hubungan antar individu-antar masyarakat, problem kebutuhan dasar, ketersediaan ruang publik ramah lingkungan, serta sarana transportasi. <br />
<br />
Laporan menyebutkan jika masih terdapat sekitar <span style="color: #990000;"><b>1.2 miliar penduduk yang belum mendapatkan akses listrik</b></span>, serta <span style="color: #990000;"><b>2.7 miliar</b></span> lainnya yang masih <span style="color: #990000;"><b>menggunakan bahan bakar tradisional</b></span> untuk memasak dan alat penerangan (hal yang memicu timbulnya pencemaran udara dalam ruangan).<br />
<br />
Disamping itu <span style="color: #990000;"><b>sampai dengan 2015</b></span>, <span style="color: #990000;"><b>konsumsi <a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/03/menakar-kebutuhan-sumberdaya-energi-di.html" target="_blank">sumberdaya energi</a></b></span> secara global mencapai <span style="color: #990000;"><b>13.5 miliar ton</b></span> (diukur setara dengan minyak mentah) dan akan <span style="color: #990000;"><b>meningkat menjadi 19 miliar ton</b></span> pada <span style="color: #990000;"><b>2040</b></span>. <br />
<br />
Untuk <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/06/problem-ketahanan-pangan-global-global.html" target="_blank"><span style="color: #990000;"><b>ketersediaan pangan</b></span></a>, masalah terletak pada <span style="color: #990000;"><b>distribusi yang tidak merata</b></span>. Tercatat lebih dari <span style="color: #990000;"><b>800 juta penduduk</b></span> masih mengalami <span style="color: #990000;"><b>kekurangan pangan</b></span>, dan lebih dari <span style="color: #990000;"><b>2 miliar</b></span> lainnya <span style="color: #990000;"><b>menderita malnutrisi</b></span> yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan fisik.<br />
<br />
Ironisnya, terdapat sekitar <span style="color: #990000;"><b>2.3 miliar penduduk</b></span> (satu diantara tiga orang) yang dilaporkan <span style="color: #990000;"><b>menderita obesitas</b></span> atau kelebihan berat badan. Hal ini mengkhawatirkan, sebab berpotensi memicu berbagai penyakit, seperti diabetes, kanker, serta kardiovaskular.<br />
<br />
<b>2. MENJAWAB TANTANGAN KEDEPAN.</b><br />
<br />
UNEP menegaskan berbagai <span style="color: #990000;"><b>faktor</b></span> yang mesti dilakukan <span style="color: #990000;"><b>untuk menjawab tantangan</b></span> atas kondisi lingkungan, demi kehidupan yang lebih baik dimasa depan, diantaranya:<br />
<ul>
<li>meningkatkan kemampuan dalam <span style="color: #990000;"><b>mendayagunakan energi yang bersih dan ramah lingkungan</b></span>, <span style="color: #990000;"><b>menerapkan <a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/04/memahami-konsep-green-economy.html" target="_blank"><i>green economy</i></a></b></span>, serta <span style="color: #990000;"><b>beradaptasi terhadap perubahan iklim</b></span>; sehingga mampu menghasilkan lingkungan hidup yang sehat dan layak huni, serta ketersediaan bahan pangan yang memadai untuk jangka panjang.</li>
<li>meningkatkan <span style="color: #990000;"><b>perlindungan dan pemeliharaan elemen dasar kehidupan</b></span>, yakni udara, air, tanah, laut, serta <i>biodiversity</i>; dengan demikian bisa menjamin planet bumi menjadi bersih dan sehat untuk ditinggali. </li>
<li>memelihara <span style="color: #990000;"><b>harmoni kehidupan antara manusia, alam semesta, dan sumber energi</b></span> didalamnya, sehingga mampu menghasilkan kehidupan yang berkesinambungan. Hal ini sekaligus untuk mendukung terwujudnya agenda <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/01/sustainable-development-goals.html" target="_blank">SDGs (<i>the Sustainable Development Goals</i>)</a>.</li>
<li>menanamkan <span style="color: #990000;"><b>kesadaran lingkungan melalui pendidikan</b></span>, sehingga kesadaran itu muncul sedari dini. </li>
<li><span style="color: #990000;"><b>memberdayakan perempuan</b></span> dalam merawat lingkungan, sebab mereka berkontribusi besar terhadap keberlangsungan hidup itu sendiri.</li>
<li>mengupayakan <span style="color: #990000;"><b>pengelolaan limbah dan pencetus pencemaran lingkungan</b></span> sebagai prioritas penting untuk menjaga kelestarian lingkungan.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>mengubah paradigma tentang kesejahteraan</b></span>, dimana sejahtera bukan hanya ditentukan oleh kekayaan materi, namun juga pada kualitas hidup dan kesehatan, serta harmoni dengan lingkungan.</li>
</ul>
(UN Environment. <i>Global Environment Outlook – GEO-6: Healthy Planet, Healthy People</i>, 2019).<br />
<br />
Demikian berbagai hal terkait perkembangan kondisi lingkungan hidup di 2019 beserta upaya-upaya untuk menjawab tantangan kedepan. **<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>ARTIKEL TERKAIT :</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/03/mengenang-tragedi-minamata-ketika.html" target="_blank">Mengenang Tragedi Minamata, ketika aktivitas perekonomian mengabaikan faktor lingkungan</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/03/belajar-dari-pengelolaan-sampah-di.html" target="_blank">Belajar dari Pengelolaan Sampah di Jepang</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/11/perkembangan-produksi-beras-dunia-pada.html" target="_blank">Perkembangan Produksi Beras Dunia</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/07/upaya-memelihara-kelestarian-tanah-land.html" target="_blank">Upaya Memelihara Kelestarian Tanah (Land Conservation)</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-23895182196490281522019-04-16T20:37:00.000+07:002019-04-16T20:37:45.695+07:00Mengenal Konsep Society 5.0Perkembangan teknologi telah mengubah pola hidup individu dan relasi sosial. Keunggulan-keunggulan yang ditawarkan oleh temuan teknologi banyak membawa dampak positif diberbagai aspek kehidupan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBeDMWbjUtJk-CxgVhzNyAcf190iZysXKZ0GrfJiALQEs2ysuGjTwW4fTL6A-Z03sWUk2qbBo90lZe-91kgaGT1yt5YGpZMxpfZsSy9O_KBDZFxhvVV2rJcfYTQHyrgx9-t0Rh2zC_lLYd/s1600/198.+Konsep+Society+5.0..jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Mengenal Konsep Society 5.0 - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="251" data-original-width="448" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBeDMWbjUtJk-CxgVhzNyAcf190iZysXKZ0GrfJiALQEs2ysuGjTwW4fTL6A-Z03sWUk2qbBo90lZe-91kgaGT1yt5YGpZMxpfZsSy9O_KBDZFxhvVV2rJcfYTQHyrgx9-t0Rh2zC_lLYd/s1600/198.+Konsep+Society+5.0..jpg" title="Mengenal Konsep Society 5.0 - www.ajarekonomi.com" width="340" /></a></div>Salah satu gagasan yang muncul akibat kemajuan teknologi adalah konsep society 5.0. Oleh karenanya, pada materi ini kita akan membahas berbagai hal yang terkait dengan konsep society 5.0.<br />
<a name='more'></a><br />
<b>1. PENGERTIAN SOCIETY 5.O.</b><br />
<br />
Pada prinsipnya, <span style="color: #990000;"><b>society 5.0 merupakan tatanan kehidupan bermasyarakat</b></span>, dimana <span style="color: #990000;"><b>setiap tantangan</b></span> yang terdapat didalamnya <span style="color: #990000;"><b>bisa diselesaikan melalui perpaduan inovasi dari berbagai unsur yang terdapat pada <a href="http://www.ajarekonomi.com/2018/05/perkembangan-revolusi-industri-40.html" target="_blank">revolusi industri 4.0</a></b></span>, misalnya penerapan <i>artificial intelligence</i> (AI), teknologi robotik, <i>big data analysis</i>, serta <i>sharing economy</i>.<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Perpaduan tersebut dipercaya mampu berperan aktif dalam meningkatkan kualitas kehidupan sosial, sehingga setiap upaya yang tercermin dalam produk dan layanan masyarakat bisa diberikan secara kontinyu, <span style="color: #990000;"><b>dengan tujuan akhir</b></span> berupa <span style="color: #990000;"><b>terciptanya tatanan kehidupan sosial yang konstruktif dan berkesinambungan (dikenal dengan istilah <i>super-smart society</i>)</b></span>.<br />
<br />
Society 5.0 merupakan strategi pemerintah Jepang, tertuang dalam <i>Investments for the Future Strategy 2017</i>, yang <span style="color: #990000;"><b>berfokus pada peningkatan produktivitas dan kualitas masyarakat</b></span>, melalui reformasi gaya hidup dan pendayagunaan sumberdaya manusia.<br />
<br />
Disamping itu, pelaksanaan <span style="color: #990000;"><b>program society 5.0</b></span> diyakini akan <span style="color: #990000;"><b>mendukung terwujudnya agenda <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/01/sustainable-development-goals.html" target="_blank"><i>the Sustainable Development Goals</i> (SDGs)</a></b></span>.<br />
<br />
Society 5.0 juga merupakan salah satu agenda utama yang akan dikemukakan dalam KTT G20 Osaka, Jepang, pada 28-29 Juni 2019.<br />
<br />
<b>2. PERIODISASI TATA KEHIDUPAN SOSIAL.</b><br />
<br />
Secara konseptual, <span style="color: #990000;"><b>periodisasi tata kehidupan masyarakat sebelum munculnya society 5.0</b></span> adalah sebagai berikut:<br />
<ol><li><span style="color: #990000;"><b>Society 1.0 atau periode kehidupan berburu</b></span>, merupakan kondisi dimana masyarakat masih <span style="color: #990000;"><b>mengandalkan kerjasama untuk mencari dan menemukan makanan pokok</b></span> sebagai penunjang kehidupan. Periode ini <span style="color: #990000;"><b>dimulai sejak awal kehidupan manusia</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>Society 2.0 atau periode kehidupan bercocok-tanam</b></span>, merupakan kondisi saat masyarakat semata-mata <span style="color: #990000;"><b>mengandalkan hasil tanaman yang dibudidayakan</b></span> (sawah dan ladang) sebagai sumber pemenuhan kebutuhan pokok. Periode ini <span style="color: #990000;"><b>berlangsung hingga awal abad ke-17 atau pra revolusi industri</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>Society 3.0 atau masyarakat industri</b></span>, adalah periode dimana masyarakat <span style="color: #990000;"><b>mengandalkan sektor industri untuk mengembangkan produktivitas dan tata kelola masyarakat</b></span>. Disini mulai dikenal pembangunan infrastruktur dan produksi massal (melalui pendirian pabrik-pabrik). Periode ini <span style="color: #990000;"><b>berlangsung pada pertengahan abad ke-17 hingga awal abad ke-20</b></span>, dan <span style="color: #990000;"><b> terkait erat dengan perkembangan revolusi industri gelombang ke-1 hingga ke-3</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>Society 4.0 atau periode informasi</b></span>, dimana <span style="color: #990000;"><b>informasi menjadi sumber kekuatan, baik secara ekonomi maupun sosial</b></span>, berkat temuan teknologi komputer, telepon pintar, serta jaringan internet. Periode ini <span style="color: #990000;"><b>dimulai pada akhir abad ke-20 dan masih berlangsung hingga kini</b></span>. Periode ini <span style="color: #990000;"><b>terkait erat dengan munculnya revolusi industri gelombang ke-4</b></span>.</li>
</ol><br />
<b>3. PENERAPAN SOCIETY 5.O DALAM PENYELESAIAN MASALAH SOSIAL.</b><br />
<br />
Pemerintah Jepang meyakini jika penerapan society 5.0 akan mampu mengatasi berbagai persoalan sosial. Berikut beberapa contohnya:<br />
<br />
<b>Terkait kesehatan, kebutuhan medis, obat-obatan, dan jaminan sosial.</b><br />
Melalui konsep society 5.0, <span style="color: #990000;"><b>setiap individu terkoneksi pada sumber data berbasis komputer</b></span>, sehingga informasi terkait riwayat kesehatan setiap orang bisa diakses dan pertolongan yang dibutuhkan bisa segera dilakukan.<br />
<br />
Selain itu, disetiap rumah sakit, panti jompo, dan tempat perawatan pasien, disediakan <span style="color: #990000;"><b>teknologi robot dan AI yang mampu membantu pasien setiap saat</b></span>, sehingga tidak perlu bergantung pada orang lain.<br />
<br />
<b>Terkait masalah transportasi.</b><br />
Masalah utama dalam transportasi adalah ketebatasan daya jangkau, terutama untuk daerah perdesaan.<br />
<br />
Untuk itu, <span style="color: #990000;"><b>melalui teknologi modern akan disediakan angkutan pribadi (taksi) tanpa sopir dengan mengandalkan GPS (<i>global positioning system</i>)</b></span>. Sementara <span style="color: #990000;"><b>angkutan umum massal akan ditingkatkan efisiensi dan ketepatan waktunya</b></span>, serta saling terintegrasi satu sama lain.<br />
<br />
Selain itu dikembangkan pula <span style="color: #990000;"><b>pesawat tanpa awak (<i>drone</i>) untuk menjangkau daerah-daerah terpencil</b></span>.<br />
<br />
Penggunaan <i>drone</i> ini bisa <span style="color: #990000;"><b>dimanfaatkan untuk pengiriman barang-barang logistik</b></span>, baik yang bersifat pribadi (surat dan dokumen), maupun dalam rangka <span style="color: #990000;"><b>membantu masyarakat saat mengalami kondisi darurat </b></span>(terkena bencana alam, kecelakaan, dan sebagainya).<br />
<br />
<b>Terkait masalah infrastruktur.</b><br />
Terkait <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/08/konsep-dan-masalah-pembangunan.html" target="_blank">infrastruktur</a>, <span style="color: #990000;"><b>pemanfaatan sensor, AI dan robot diterapkan untuk meneliti dan memonitor kerusakan pada setiap infrastruktur fisik</b></span> (jalan, bendungan, jembatan, dan lain-lain), sehingga bisa segera dilakukan perbaikan. <br />
<br />
<b>Terkait industri financial technology (fintech).</b><br />
Untuk <a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/01/peran-dan-tantangan-industri-fintech.html" target="_blank">industri fintech</a>, teknologi yang diterapkan adalah <span style="color: #990000;"><b>melalui sistem <i>blockchain</i></b></span>, terutama dalam hal transfer uang. Hal ini <span style="color: #990000;"><b>berfungsi untuk meningkatkan keamanan dan kecepatan transfer</b></span>, tanpa harus melalui lembaga perbankan.<br />
(Keidanren. <i>Society 5.0: Co-creating the future</i>. Keidanren Policy & Action).<br />
<br />
Secara garis-besar, <span style="color: #990000;"><b>dalam society 5.0 terdapat tatanan kehidupan sosial dimana</b></span>:<br />
<ul><li><span style="color: #990000;"><b>masyarakat tidak perlu khawatir atas persoalan <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/02/belajar-dari-penurunan-populasi-di.html" target="_blank">penurunan populasi</a></b></span> (<i>freedom from population constraints</i>), sehingga <span style="color: #990000;"><b>berdampak positif pada banyak hal</b></span>, termasuk pada usia harapan hidup, tingkat kesehatan dan pendidikan, serta kesejahteraan ekonomi.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>setiap individu secara aktif berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat</b></span>, termasuk perempuan dan lanjut usia (<i>freedom from age/gender constraints</i>), <span style="color: #990000;"><b>sehingga bisa memaksimalkan potensi individu sepenuhnya</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>masyarakat hidup dengan aman dan nyaman</b></span>, baik di dunia nyata maupun dunia digital (<i>freedom from anxiety</i>), dengan demikian <span style="color: #990000;"><b>mampu menekan angka kejahatan</b></span> (baik yang bersifat fisik maupun siber (<i>cyber crime</i>)) <span style="color: #990000;"><b>serta keterjadian bencana</b></span>, termasuk dampak-dampaknya.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>setiap wilayah terhubung satu sama lain dan bisa berinteraksi secara bebas</b></span> (<i>freedom from spatial constraints</i>), dengan demikian meminimalisir kesenjangan antar wilayah.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>masyarakat memiliki kemampuan dalam memelihara keseimbangan antara faktor ekonomi dengan lingkungan hidup</b></span> (<i>overcoming environment/energy constraints</i>), sehingga mampu memelihara kelestarian lingkungan dalam jangka panjang.</li>
</ul>(Japan Business Federation. <i>Revitalizing Japan by Realizing Society 5.0: Action Plan for Creating the Society of the Future: Overview</i>, February 14, 2017). <br />
<br />
Demikian ulasan terkait konsep society 5.0. Kita akan terus melihat bagaimana perkembangannya ke depan. ** <br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>ARTIKEL TERKAIT :</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/01/mengenal-konsep-gig-economy-dan.html" target="_blank">Mengenal Konsep Gig Economy dan Perkembangannya di Era Digital</a><br />
<a href="http://www.ajarekonomi.com/2018/05/perkembangan-revolusi-industri-40.html" target="_blank">Perkembangan Revolusi Industri 4.0 (Industrial Revolution 4.0) dan Tantangan ke Depan</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/04/melihat-sejarah-lahirnya-revolusi.html" target="_blank">Melihat Sejarah Lahirnya Revolusi Industri (Industrial Revolution) di Eropa</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/01/digital-economy-ketika-perekonomian-dan.html" target="_blank">Memahami Konsep Ekonomi Digital (Digital Economy)</a>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-81213777793870407852019-03-22T08:22:00.000+07:002019-03-22T08:22:36.347+07:00Menderivasi Kurva Permintaan Agregat melalui Model IS-LMSejauh ini kita telah mempelajari model ekonomi jangka pendek (<i>economy in the short-run</i>), yang mengasumsikan harga (P) sebagai faktor konstan.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtCbw7dS0w-uiLqrT_tsi2cqLVCGySJMiH4_iUbs_tnNKCaKMRaHKukk3LQskm1m742FfojP40FGQT4jtEWrqHSyTMOGAgUQOYahnfOQcUvj05k8oQcD4fL7zmEsp22AyqlZ6emGD0odsl/s1600/033.+Menderivasi+Kurva+Agregate+Demand+-+Pict.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Menderivasi Kurva Agregate Demand melalui Model IS-LM" border="0" data-original-height="314" data-original-width="448" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjtCbw7dS0w-uiLqrT_tsi2cqLVCGySJMiH4_iUbs_tnNKCaKMRaHKukk3LQskm1m742FfojP40FGQT4jtEWrqHSyTMOGAgUQOYahnfOQcUvj05k8oQcD4fL7zmEsp22AyqlZ6emGD0odsl/s1600/033.+Menderivasi+Kurva+Agregate+Demand+-+Pict.jpg" title="Menderivasi Kurva Agregate Demand melalui Model IS-LM" width="340" /></a></div>
Sementara untuk model ekonomi jangka panjang (<i>economy in the long-run</i>), harga merupakan variabel yang bisa berubah, sehingga mempengaruhi besaran output.<br />
<br />
Pada materi ini kita akan memahami penerapan model IS-LM untuk menderivasi kurva permintaan agregat (<i>agregate demand</i>). <br />
<a name='more'></a><br />
Dengan kata lain, kita menggunakan instrumen IS-LM untuk menerangkan model perekonomian jangka panjang.<br />
<br />
<b>1. DARI MODEL IS-LM MENUJU KURVA PERMINTAAN AGREGAT.</b><br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Pada materi-materi terdahulu, kita telah membahas konsep IS dan LM, beserta terbentuknya kurva IS-LM.<br />
<br />
Dari pelajaran tersebut kita bisa merangkum beberapa hal, yakni:<br />
<ul>
<li><span style="color: #990000;"><b>peningkatan harga (P)</b></span> akan <span style="color: #990000;"><b>mengurangi level <i>income</i>/output (Y)</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>semakin tinggi harga</b></span> akan semakin <span style="color: #990000;"><b>mengurangi besaran <i>supply of real money balances</i> (M/P)</b></span>. </li>
<li><span style="color: #990000;"><b>berkurangnya M/P</b></span> akan <span style="color: #990000;"><b>menggeser kurva LM kekiri secara sejajar</b></span>, diikuti dengan kenaikan ekuilibrium tingkat suku bunga dan penurunan ekuilibrium <i>income</i>.</li>
</ul>
<br />
Untuk memudahkan pemahaman, kita bisa melihatnya melalui Gambar 1. dan Gambar 2. dibawah ini.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiM1_xXmLEc-LDJa-LJflm8CX-S7T5BI2hlkhEd39RiXjCiN0J0cXod26okWV9fWhr3ZrNtiyALXJz6fLbrZj9gv_Qbx3kLUnRqIHTGAo62JzA_AhgnQlf2e84W89kg5n8U_Gzt0q7A_m6X/s1600/033.1.+Kurva+IS-LM+-+Peningkatan+Level+Harga.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva IS-LM - Peningkatan Level Harga (P) - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiM1_xXmLEc-LDJa-LJflm8CX-S7T5BI2hlkhEd39RiXjCiN0J0cXod26okWV9fWhr3ZrNtiyALXJz6fLbrZj9gv_Qbx3kLUnRqIHTGAo62JzA_AhgnQlf2e84W89kg5n8U_Gzt0q7A_m6X/s1600/033.1.+Kurva+IS-LM+-+Peningkatan+Level+Harga.jpg" title="Kurva IS-LM - Peningkatan Level Harga (P) - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJjQ4Y06Z-BxVSTCpe9Wnr45CluqYQ7bH6aseG3zbz4iOU6q4j33NxLlq8x-MSs0xdvsXH4Lq4B_XyrAiK4NsGLfzC4zMcTX5CKQZsoQCPDo94hJES1O4IRsX5FlrmLT9holt2rMFWfS11/s1600/033.2.+Kurva+AD+-+Peningkatan+Level+Harga.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Agregate Demand - Peningkatan Level Harga (P) - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJjQ4Y06Z-BxVSTCpe9Wnr45CluqYQ7bH6aseG3zbz4iOU6q4j33NxLlq8x-MSs0xdvsXH4Lq4B_XyrAiK4NsGLfzC4zMcTX5CKQZsoQCPDo94hJES1O4IRsX5FlrmLT9holt2rMFWfS11/s1600/033.2.+Kurva+AD+-+Peningkatan+Level+Harga.jpg" title="Kurva Agregate Demand - Peningkatan Level Harga (P) - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li>Gambar 1. menunjukkan kenaikan level harga (dari P<span style="font-size: x-small;">1</span> ke P<span style="font-size: x-small;">2</span>) akan menurunkan <i>real money balances</i> (dari Y<span style="font-size: x-small;">1</span> ke Y<span style="font-size: x-small;">2</span>) sekaligus menggeser kurva LM kekiri secara sejajar (dari LM ke LM').</li>
<li>Gambar 2. menunjukkan kurva permintaan agregat yang terbentuk sebagai hasil dari relasi antara level harga (P) dengan <i>income</i> (Y), dimana semakin tinggi level harga mengakibatkan penurunan level <i>income</i>.</li>
</ul>
<br />
Kesimpulannya: <span style="color: #990000;"><b>Perubahan level <i>income</i> pada kurva IS-LM</b></span> yang <span style="color: #990000;"><b>berasal dari perubahan harga</b></span>, akan <span style="color: #990000;"><b>direpresentasikan melalui perubahan ekuilibrium pada kurva <i>agregate demand</i></b></span>.<br />
<br />
<b>2. PERUBAHAN KEBIJAKAN EKONOMI PADA LEVEL HARGA TERTENTU.</b><br />
<br />
Sekarang kita akan melihat perubahan pada kurva AD apabila terjadi perubahan kebijakan fiskal atau moneter, pada level harga tertentu.<br />
<br />
<b>2.1. Expansionary Fiscal Policy.</b><br />
<br />
Kita umpamakan terjadi <span style="color: #990000;"><b>peningkatan belanja pemerintah atau pengurangan pajak</b></span>. Hal ini akan <span style="color: #990000;"><b>mendorong kenaikan <i>income</i> dan bergesernya kurva IS kekanan secara sejajar</b></span>. <br />
<br />
Selanjutnya diikuti dengan <span style="color: #990000;"><b>pergeseran kurva AD ke kanan secara sejajar</b></span>.<br />
<br />
Kita bisa melihatnya melalui Gambar 3. dan Gambar 4. berikut ini.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWJy46DFJxa4NL-Lulr1OY200l5-IOYFyr8MPQD6IqGYxDdZwCve4UsIJ8hxfCv8bdQxtiOCrJoxKIpwm6p34iNiDGgacptSS9zGJI-dC-qiWCPp0XCiyu84iDFb5HMHRx-0mOiO-NmtZx/s1600/033.3.+Kurva+IS-LM+-+Expansionary+Fiscal+Policy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva IS-LM - Expansionary Fiscal Policy - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWJy46DFJxa4NL-Lulr1OY200l5-IOYFyr8MPQD6IqGYxDdZwCve4UsIJ8hxfCv8bdQxtiOCrJoxKIpwm6p34iNiDGgacptSS9zGJI-dC-qiWCPp0XCiyu84iDFb5HMHRx-0mOiO-NmtZx/s1600/033.3.+Kurva+IS-LM+-+Expansionary+Fiscal+Policy.jpg" title="Kurva IS-LM - Expansionary Fiscal Policy - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimOlI6d7MEAML0EJ_8wPyEo4krJ9DI65p2jYPxc1Uk8NXvsZGI52hUfYW3IS0O8Pq56BRshrGL4LkbCC_QSdciU48yg006Ud7ZiCtLHtrmzAl8v8Gl3nU3XuMz3B1JMKFf7cMUhDsj4D8T/s1600/033.4.+Kurva+AD+-+Expansionary+Fiscal+Policy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Agregate Demand - Expansionary Fiscal Policy - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEimOlI6d7MEAML0EJ_8wPyEo4krJ9DI65p2jYPxc1Uk8NXvsZGI52hUfYW3IS0O8Pq56BRshrGL4LkbCC_QSdciU48yg006Ud7ZiCtLHtrmzAl8v8Gl3nU3XuMz3B1JMKFf7cMUhDsj4D8T/s1600/033.4.+Kurva+AD+-+Expansionary+Fiscal+Policy.jpg" title="Kurva Agregate Demand - Expansionary Fiscal Policy - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li>Gambar 3. menjelaskan bahwa pada tingkat harga tertentu (P<span style="font-size: x-small;">1</span>), <i>expansionary fiscal policy</i> akan meningkatkan level <i>income</i> (dari Y<span style="font-size: x-small;">1</span> ke Y<span style="font-size: x-small;">3</span>), sekaligus mendorong pergeseran kurva IS kekanan secara sejajar (dari IS ke IS*).</li>
<li>hal tersebut pada gilirannya tercermin pada pergeseran kurva AD secara sejajar (dari AD ke AD*), seperti terlihat pada Gambar 4.</li>
</ul>
<br />
<b>2.2. Expansionary Monetary Policy.</b><br />
<br />
Berikutnya, kita misalkan terjadi <i>expansionary monetary policy</i>. <br />
<br />
Kita bisa melihatnya pada Gambar 5. dan Gambar 6. dibawah ini.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyG1E76tHbHT_0a2pHOaqbsjXBhebr3ANJdgrSSu1XI2YjarHMdIm_cy2l3NLmGXoNIVsHrKRU1x-Xt8BM2aQMCY1kYqF9Nc-buEjkf7lLcePfBrg2POk_HqHwZaF9w-e0WQAD6rQTUL7f/s1600/033.5.+Kurva+IS-LM+-+Expansionary+Monetary+Policy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva IS-LM - Expansionary Monetary Policy - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyG1E76tHbHT_0a2pHOaqbsjXBhebr3ANJdgrSSu1XI2YjarHMdIm_cy2l3NLmGXoNIVsHrKRU1x-Xt8BM2aQMCY1kYqF9Nc-buEjkf7lLcePfBrg2POk_HqHwZaF9w-e0WQAD6rQTUL7f/s1600/033.5.+Kurva+IS-LM+-+Expansionary+Monetary+Policy.jpg" title="Kurva IS-LM - Expansionary Monetary Policy - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibejvHSV-qLKTqN0zAP8i7SQeBvSFu-GbtFXQCRRGnxh7ZdGqdt3uUNk-DEbd1cMTKyVJIgm9pjxU5e4ZJXJmG7XZSdygLrtV8Y0If0zIa4KrH5Q49k_vZPvCvKRFt8KsnaadJWsSnCKnm/s1600/033.6.+Kurva+AD+-+Expansionary+Monetary+Policy.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Agregate Demand - Expansionary Monetary Policy - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibejvHSV-qLKTqN0zAP8i7SQeBvSFu-GbtFXQCRRGnxh7ZdGqdt3uUNk-DEbd1cMTKyVJIgm9pjxU5e4ZJXJmG7XZSdygLrtV8Y0If0zIa4KrH5Q49k_vZPvCvKRFt8KsnaadJWsSnCKnm/s1600/033.6.+Kurva+AD+-+Expansionary+Monetary+Policy.jpg" title="Kurva Agregate Demand - Expansionary Monetary Policy - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li>pada level harga tertentu (P<span style="font-size: x-small;">1</span>), <i>expansionary monetary policy</i> akan mendorong peningkatan <i>real money balances</i>, sehingga meningkatkan level <i>income</i> (dari Y<span style="font-size: x-small;">1</span> ke Y<span style="font-size: x-small;">4</span>), sekaligus menggeser kurva LM kekanan secara sejajar (dari LM ke LM''). </li>
<li>hal ini akan tercermin pada pergeseran kurva permintaan agregat, dari AD ke AD''.</li>
</ul>
<br />
Kesimpulannya: <span style="color: #990000;"><b>Perubahan level <i>income</i> di kurva IS-LM pada tingkat harga tertentu</b></span>, <span style="color: #990000;"><b>direpresentasikan melalui pergeseran pada kurva AD secara sejajar</b></span>.<br />
<br />
Dari pemahaman diatas dapat disimpulkan jika model IS-LM bisa digunakan untuk menjelaskan model ekonomi jangka pendek maupun jangka panjang. <br />
<br />
Demikian penjelasan terkait penerapan model IS-LM untuk menerangkan terbentuknya kurva <i>agregate demand</i>. *<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Referensi:<br />
<ol>
<li>Blanchard, Olivier, and David R. Johnson. (2013). <i>Macroeconomics</i>, 6th Edition. Pearson Education, Inc.</li>
<li>Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz. (2011). <i>Macroeconomics</i>, 11th Edition, McGraw-Hill.</li>
<li>Mankiw, N. Gregory. (2010). <i>Macroeconomics</i>, 7th Edition, Worth Publishing.</li>
</ol>
<b>Materi sebelumnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/03/kurva-is-lm-ekuilibrium-di-pasar-barang.html" target="_blank">Kurva IS-LM, Ekuilibrium di Pasar Barang dan Pasar Uang</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/02/terbentuknya-kurva-lm-dan-pergeseran.html" target="_blank">Terbentuknya Kurva LM dan Pergeseran pada Kurva LM</a>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-8582572665283689392019-03-01T07:55:00.000+07:002019-03-22T08:27:35.937+07:00Kurva IS-LM, Ekuilibrium di Pasar Barang dan Pasar UangSeperti telah kita pelajari sebelumnya bahwa kurva IS menggambarkan ekuilibrium di pasar barang (<i>goods market</i>), sementara kurva LM merepresentasikan ekuilibrium di pasar uang (<i>money market</i>).<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ8PqO7Mup8fP1jwXKIblwwj0FXHqHsa0gvgUYrC097TNvZx9UX9tbPgam_kYRKKNkquAS8ujWy1VnJcu_SOcd5HlKOdAZYPuwLZagw-KJ6j8J1UUZkOdSJ9LkSIbC6xoSU9yXlHsRGafu/s1600/032.+Kurva+IS-LM+-+Pict.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva IS-LM, Ekuilibrium Perekonomian Agregat Jangka Pendek" border="0" data-original-height="269" data-original-width="448" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjZ8PqO7Mup8fP1jwXKIblwwj0FXHqHsa0gvgUYrC097TNvZx9UX9tbPgam_kYRKKNkquAS8ujWy1VnJcu_SOcd5HlKOdAZYPuwLZagw-KJ6j8J1UUZkOdSJ9LkSIbC6xoSU9yXlHsRGafu/s320/032.+Kurva+IS-LM+-+Pict.jpg" title="Kurva IS-LM, Ekuilibrium Perekonomian Agregat Jangka Pendek" width="360" /></a></div>
Untuk materi ini, kita akan mempelajari interaksi antara kedua kurva tersebut, yang menggambarkan ekuilibirium di pasar barang maupun pasar uang.<br />
<br />
<b>1. KURVA IS-LM.</b><br />
<a name='more'></a><br />
Kurva IS-LM merupakan <span style="color: #990000;"><b>gabungan kurva IS dan LM</b></span>, yang <span style="color: #990000;"><b>menunjukkan relasi antara tingkat suku bunga (r) dengan <i>income</i> (Y)</b></span>, dan <span style="color: #990000;"><b>merepresentasikan berbagai kombinasi ekuilibrium di pasar barang dan pasar uang</b></span>.<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Dari materi terkait kurva IS dan LM yang tersaji sebelumnya, kita bisa merangkum persamaan model IS dan LM sebagai berikut:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQA9sjR0whKOD8XDnXwCzHnGBXy2teNwvsiCbaY70fCdk77BX-WbNIfdQnyq3g_7GjbpQ5PbFA7HGL76HT2QcJlEaHeqk4SD-pwbCtCnW2E6NzAlzmL26EBhmUsbLmII7EAI0bXDWa0Jvz/s1600/032.A.+Persamaan+IS-LM.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Persamaan IS dan LM - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="142" data-original-width="448" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQA9sjR0whKOD8XDnXwCzHnGBXy2teNwvsiCbaY70fCdk77BX-WbNIfdQnyq3g_7GjbpQ5PbFA7HGL76HT2QcJlEaHeqk4SD-pwbCtCnW2E6NzAlzmL26EBhmUsbLmII7EAI0bXDWa0Jvz/s1600/032.A.+Persamaan+IS-LM.jpg" title="Persamaan IS dan LM - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div>
<br />
Pada persamaan diatas tercermin <span style="color: #990000;"><b>dua pendekatan kebijakan ekonomi</b></span>, yakni: <br />
<ul>
<li><span style="color: #990000;"><b>kebijakan fiskal</b></span> melalui komponen G dan T. </li>
<li><span style="color: #990000;"><b>kebijakan moneter</b></span> melalui instrumen M.</li>
</ul>
<br />
Melalui kurva IS-LM kita bisa mengetahui implikasi perubahan kebijakan fiskal atau moneter pada perekonomian agregat. <br />
<br />
Dengan kata lain, <span style="color: #990000;"><b>model IS-LM</b></span> merupakan <span style="color: #990000;"><b>pondasi untuk mempelajari fluktuasi perekonomian dalam jangka pendek</b></span> (<i>short-run economic fluctuations</i>).<br />
<br />
Adapun kurva IS-LM terlihat pada Gambar 1. berikut.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia_RXNEgnzzGjZ8UjtfPeX_XGkBuQBko6alXXkQOKpPVFxju0dfrMMBFsbnHeF-Tyfvy7x1PrxyA8JPFUVffKOyjavGJ6tKrR6Q_A_OBqprtzRYlHv4AgUJcrT7P-o2j2oOtIZLSHRXKP3/s1600/032.1.+Kurva+IS-LM.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva IS-LM - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEia_RXNEgnzzGjZ8UjtfPeX_XGkBuQBko6alXXkQOKpPVFxju0dfrMMBFsbnHeF-Tyfvy7x1PrxyA8JPFUVffKOyjavGJ6tKrR6Q_A_OBqprtzRYlHv4AgUJcrT7P-o2j2oOtIZLSHRXKP3/s1600/032.1.+Kurva+IS-LM.jpg" title="Kurva IS-LM - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li>titik E* merupakan ekuilibrium di pasar barang dan pasar uang, yakni saat <i>actual expenditure</i> setara dengan <i>planned expenditure</i>, dan <i>demand for real money balances</i> setara dengan <i>money supply</i>.</li>
</ul>
<br />
<b>2. PERGESERAN PADA KURVA IS-LM.</b><br />
<br />
Seperti telah dipaparkan diatas, fluktuasi perekonomian agregat muncul saat terjadi perubahan kebijakan ekonomi yang mempengaruhi ekuilibrium kurva IS-LM.<br />
<br />
Kita akan melihat dampak perubahan kebijakan fiskal maupun moneter pada kurva IS-LM melalui beberapa contoh sederhana.<br />
<br />
Untuk saat ini, kita asumsikan <span style="color: #990000;"><b>hanya satu jenis kebijakan yang mengalami perubahan</b></span> (fiskal saja atau moneter saja), sementara P merupakan variabel konstan.<br />
<br />
<b>2.1. Peningkatan Belanja Pemerintah.</b><br />
<br />
Misalkan terjadi <span style="color: #990000;"><b>peningkatan <i>government spending</i> sebesar ∆G</b></span>. Hal ini akan <span style="color: #990000;"><b>mendorong kenaikan <i>income</i> (Y)</b></span> (ingat lagi materi <i>Keynesian Cross</i>).<br />
<br />
Berdasarkan konsep <i>Keynesian Multiplier</i>, peningkatan diatas <span style="color: #990000;"><b>berdampak pada pergeseran kurva IS sebesar ∆G/(1 – MPC)</b></span>.<br />
<br />
Gambar 2. menunjukkan pergeseran ekuilibrium akibat peningkatan <i>government spending</i>.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNbf74-8xOsrdmkMdjjYeGY29k98eBvdiFaGnxayI60pMuwBm11tyR3WjHBjH2PK2tpsJjPMzpfF_li1nHcOI3LzveFj9_Nu6PJLTNQNmzLuuDeDmyz_g-r5-kbHoD0k31sNquBtzuIhwj/s1600/032.2.+Pergeseran+Kurva+IS-LM+-+Peningkatan+GS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Pergeseran pada Kurva IS-LM - Peningkatan Government Spending - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNbf74-8xOsrdmkMdjjYeGY29k98eBvdiFaGnxayI60pMuwBm11tyR3WjHBjH2PK2tpsJjPMzpfF_li1nHcOI3LzveFj9_Nu6PJLTNQNmzLuuDeDmyz_g-r5-kbHoD0k31sNquBtzuIhwj/s1600/032.2.+Pergeseran+Kurva+IS-LM+-+Peningkatan+GS.jpg" title="Pergeseran pada Kurva IS-LM - Peningkatan Government Spending - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li>peningkatan <i>government spending</i> sebesar ∆G akan mendorong kenaikan <i>income</i> (dari Y1 ke Y2).</li>
<li>hal tersebut secara simultan menggeser kurva IS kekanan secara sejajar sebesar ∆G/(1 – MPC) menjadi IS', diikuti dengan kenaikan tingkat suku bunga dari r<span style="font-size: x-small;">1</span> menjadi r<span style="font-size: x-small;">2</span>.</li>
<li>akibatnya, ekuilibrium kurva IS-LM bergeser dari E ke E'.</li>
</ul>
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Pergeseran yang serupa</b></span> dengan contoh diatas juga terjadi <span style="color: #990000;"><b>apabila pemerintah mengambil kebijakan pengurangan pajak (T)</b></span>, hanya saja mekanisme perubahan terjadi pada instrumen konsumsi (C) (ingat! penurunan pajak akan mendorong peningkatan konsumsi).<br />
<br />
Adapun pergeseran pada kurva IS adalah sebesar ∆T x (MPC/(1 – MPC)).<br />
<br />
<b>2.2. Penurunan Belanja Pemerintah.</b><br />
<br />
Jika peningkatan belanja pemerintah mengakibatkan pergeseran kurva IS kekanan, maka <span style="color: #990000;"><b>penurunan <i>government spending</i> sebesar ∆G akan menggeser kurva IS secara sejajar kekiri sebesar ∆G/(1 – MPC)</b></span>.<br />
<br />
Kita bisa melihatnya melalui Gambar 3. dibawah ini.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPHLUoXS7LqCwYZn9aMziXB-I7h1wpVgW4aDeGdyU3pcdQOPPGW4RMwFzrjzruA57d7lqbLkU3LotML64qtw_8nTTJ-5E4Bq3SgGcXDlQ_3eMXlC1W-_mInCG_9ehkT7Bpj_CGJKoBRyO6/s1600/032.3.+Pergeseran+Kurva+IS-LM+-+Penurunan+GS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Pergeseran pada Kurva IS-LM - Penurunan Government Spending - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhPHLUoXS7LqCwYZn9aMziXB-I7h1wpVgW4aDeGdyU3pcdQOPPGW4RMwFzrjzruA57d7lqbLkU3LotML64qtw_8nTTJ-5E4Bq3SgGcXDlQ_3eMXlC1W-_mInCG_9ehkT7Bpj_CGJKoBRyO6/s1600/032.3.+Pergeseran+Kurva+IS-LM+-+Penurunan+GS.jpg" title="Pergeseran pada Kurva IS-LM - Penurunan Government Spending - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li>penurunan belanja pemerintah sebesar ∆G akan mengurangi level <i>income</i> (dari Y1 menjadi Y3), menggeser kurva IS kekiri secara sejajar sebesar ∆G/(1 – MPC) menjadi IS'', sekaligus menurunkan tingkat suku bunga dari r<span style="font-size: x-small;">1</span> menjadi r<span style="font-size: x-small;">3</span>.</li>
<li>akibatnya, ekuilibrium kurva IS-LM bergeser dari E ke E''.</li>
</ul>
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Prinsip serupa juga terjadi jika pemerintah mengambil kebijakan kenaikan pajak</b></span>, dengan pergeseran kurva IS sebesar ∆T x (MPC/(1 – MPC)).<br />
<br />
<b>2.3. Peningkatan Jumlah Uang Beredar.</b><br />
<br />
Kebijakan <a href="https://www.ajarekonomi.com/2015/12/bank-sentral-dan-kebijakan-moneter.html" target="_blank">bank sentral</a> berupa <span style="color: #990000;"><b>peningkatan jumlah uang beredar mengakibatkan pergeseran pada kurva LM</b></span>. <br />
<br />
Kita bisa melihatnya melalui Gambar 4. berikut.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6TBK5FMGvk1BdVpH9R0gQu5ufWmyFS1Axq6tYGb6ZQsPdWJLPMPQJwIOprSizPlDq_0_HSCig1iw1DAY0fy7SLk_U5SY_5dEg0lJu4QnwtfOGGa6nKIQZOR2q3nQDp4yA8IhdsFMZqZFl/s1600/032.4.+Pergeseran+Kurva+IS-LM+-+Peningkatan+MS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Pergeseran pada Kurva IS-LM - Peningkatan Money Supply - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6TBK5FMGvk1BdVpH9R0gQu5ufWmyFS1Axq6tYGb6ZQsPdWJLPMPQJwIOprSizPlDq_0_HSCig1iw1DAY0fy7SLk_U5SY_5dEg0lJu4QnwtfOGGa6nKIQZOR2q3nQDp4yA8IhdsFMZqZFl/s1600/032.4.+Pergeseran+Kurva+IS-LM+-+Peningkatan+MS.jpg" title="Pergeseran pada Kurva IS-LM - Peningkatan Money Supply - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li>peningkatan <i>money supply</i> dari Y1 menjadi Y4 akan menurunkan tingkat suku bunga dari r<span style="font-size: x-small;">1</span> menjadi r<span style="font-size: x-small;">4</span>.</li>
<li>hal tersebut sekaligus menggeser kurva LM kekanan secara sejajar menjadi LM', dan mengubah ekuilibrium kurva IS-LM dari E menjadi Em.</li>
</ul>
<br />
<b>2.4. Penurunan Jumlah Uang Beredar.</b><br />
<br />
Ketika bank sentral memutuskan untuk <span style="color: #990000;"><b>mengurangi jumlah uang beredar</b></span>, hal ini akan <span style="color: #990000;"><b>menggeser kurva LM kekiri secara sejajar</b></span>. <br />
<br />
Penjelasannya bisa kita lihat pada Gambar 5. dibawah ini.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsR6ccB1t-64B6aq15nPj1VEv8QflOm-0T7W_CTsvlAP7250Z5-AsGMmTtGerYIAabGWhnMy4yUZ3hU2u-2FocSiyLEKBlEE3ar7c7Px2uImOZ7dbhxyingv7JRAldbs2uXxqH2KAHGhUx/s1600/032.5.+Pergeseran+Kurva+IS-LM+-+Penurunan+MS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Pergeseran pada Kurva IS-LM - Penurunan Money Supply - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjsR6ccB1t-64B6aq15nPj1VEv8QflOm-0T7W_CTsvlAP7250Z5-AsGMmTtGerYIAabGWhnMy4yUZ3hU2u-2FocSiyLEKBlEE3ar7c7Px2uImOZ7dbhxyingv7JRAldbs2uXxqH2KAHGhUx/s1600/032.5.+Pergeseran+Kurva+IS-LM+-+Penurunan+MS.jpg" title="Pergeseran pada Kurva IS-LM - Penurunan Money Supply - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li>penurunan jumlah uang beredar dari Y1 menjadi Y5 berakibat pada kenaikan tingkat suku bunga dari r<span style="font-size: x-small;">1</span> menjadi r<span style="font-size: x-small;">5</span>.</li>
<li>hal ini akan diikuti dengan pergeseran kurva LM kekiri secara sejajar menjadi LM'', sekaligus mengubah ekuilibrium kurva IS-LM dari E menjadi En.</li>
</ul>
<br />
<b>3. KEBIJAKAN EKONOMI SECARA SIMULTAN.</b><br />
<br />
Lantas <span style="color: #990000;"><b>bagaimana pergeseran pada kurva IS-LM</b></span> terjadi, <span style="color: #990000;"><b>jika kebijakan ekonomi dilakukan secara simultan</b></span>, baik fiskal maupun moneter? <br />
<br />
Pemberlakuan kebijakan ekonomi secara simultan (<i>fiscal-monetary policy mix</i>) sebenarnya lebih mendekati realita.<br />
<br />
Namun demikian, ada <span style="color: #990000;"><b>dua faktor penting</b></span> yang harus diperhatikan:<br />
<ul>
<li><span style="color: #990000;"><b>setiap kebijakan ekonomi membutuhkan waktu</b></span> untuk bisa menghasilkan dampak nyata.</li>
<li>output kebijakan ekonomi <span style="color: #990000;"><b>tidak selalu sesuai dengan target</b></span> yang sudah ditentukan, mengingat <span style="color: #990000;"><b>kondisi perekonomian bersifat dinamis</b></span> (catatan: <i>policy mix</i> ini banyak dipelajari dalam <span style="color: #990000;"><b>kajian ekonomi dinamis (<i>dynamic economic-model</i>)</b></span>).</li>
</ul>
<br />
Dengan demikian, jawaban pertanyaan diatas hanya <span style="color: #990000;"><b>bisa diketahui dengan mempelajari peristiwa ekonomi yang sudah terjadi</b></span> (melalui data historis), misalnya saat terjadi <i>great depression</i> di Amerika Serikat pada 1930'an, <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/04/mengenang-kembali-krisis-ekonomi-asia.html" target="_blank">krisis ekonomi Asia pada 1997-1998</a>, atau <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/05/mencermati-krisis-ekonomi-yunani.html" target="_blank">krisis ekonomi Yunani</a> di era 2000’an; sehingga bisa dijadikan dasar untuk menjelaskan dampak kebijakan ekonomi pada peristiwa tertentu.<br />
<br />
Demikian materi terkait kurva IS-LM, ekuilibrium kurva IS-LM, serta pergeseran ekuilibrium akibat perubahan pada kebijakan fiskal atau moneter. *<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Referensi:<br />
<ol>
<li>Blanchard, Olivier, and David R. Johnson. (2013). <i>Macroeconomics</i>, 6th Edition. Pearson Education, Inc.</li>
<li>Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz. (2011). <i>Macroeconomics</i>, 11th Edition, McGraw-Hill.</li>
<li>Mankiw, N. Gregory. (2010). <i>Macroeconomics</i>, 7th Edition, Worth Publishing.</li>
</ol>
<b>Materi sebelumnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/02/terbentuknya-kurva-lm-dan-pergeseran.html" target="_blank">Terbentuknya Kurva LM dan Pergeseran pada Kurva LM</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/02/memahami-teori-preferensi-likuiditas.html" target="_blank">Memahami Teori Preferensi Likuiditas (Liquidity Preference Theory)</a><br />
<br />
<b>Materi selanjutnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/03/menderivasi-kurva-permintaan-agregat.html" target="_blank">Menderivasi Kurva Permintaan Agregat melalui Model IS-LM</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-71533427397307222992019-02-22T08:13:00.000+07:002019-03-22T08:26:57.974+07:00Terbentuknya Kurva LM dan Pergeseran pada Kurva LMPada materi terdahulu, kita telah mempelajari teori preferensi likuiditas yang menjadi pondasi untuk memahami pasar uang dan kurva LM. Untuk materi kali ini, kita akan melihat terbentuknya kurva LM dan pergeseran pada kurva LM akibat perubahan kebijakan moneter.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnp3_J8IVAy2lbFas2teYloE7CSB5vt-UxN6FfBSShWqeDeXrr-kXR_Fe56qRI8IljZzkJjcGbaka10tGSLyhIn22bQ3YIjWB9tAkhRTEBR5OxOjrKKiQ_LJ0O3RfvZ1pNfT-4dpA3XGM_/s1600/031.+Kuva+LM+-+Pict.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Terbentuknya Kurva LM dan Pergeseran pada Kurva LM" border="0" data-original-height="252" data-original-width="448" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhnp3_J8IVAy2lbFas2teYloE7CSB5vt-UxN6FfBSShWqeDeXrr-kXR_Fe56qRI8IljZzkJjcGbaka10tGSLyhIn22bQ3YIjWB9tAkhRTEBR5OxOjrKKiQ_LJ0O3RfvZ1pNfT-4dpA3XGM_/s320/031.+Kuva+LM+-+Pict.jpg" title="Terbentuknya Kurva LM dan Pergeseran pada Kurva LM" width="340" /></a></div>
<b>1. KURVA LM.</b><br />
<br />
Apabila IS menggambarkan <i>investment</i> (I) <i>equals saving</i> (S), maka LM merepresentasikan <i>money demand</i> (L) <i>equals money supply</i> (M).<br />
<br />
Pada prinsipnya, <span style="color: #990000;"><b>kurva LM</b></span> merupakan <span style="color: #990000;"><b>kombinasi dari berbagai tingkat suku bunga (r) dengan <i>income</i> (Y), yang menunjukkan ekuilibrium di pasar uang</b></span>.<br />
<a name='more'></a><br />
Perlu diingat kembali bahwa konsumsi (C) dipengaruhi oleh <i>income</i> (Y); dimana semakin besar <i>income</i>, semakin besar pula level konsumsi.<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Semakin besar konsumsi, artinya semakin besar pula <i>demand for active balances</i> (pelajari lagi materi motif memegang uang).<br />
<br />
Selanjutnya, semakin besar <i>demand for active balances</i>, semakin besar juga <i>demand for real money balances</i>.<br />
<br />
Dengan demikian, semakin besar <i>income</i>, semakin besar <i>demand for real money balances</i>.<br />
<br />
Disisi lain, semakin tinggi tingkat suku bunga (r) akan mengurangi <i>demand for idle balances</i>. <br />
<br />
Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat suku bunga akan menurunkan <i>demand for real money balances</i>.<br />
<br />
Kesimpulannya: <span style="color: #990000;"><b>tingkat suku bunga (r) berkorelasi negatif dengan <i>demand for real money balances</i></b></span>, sebaliknya <span style="color: #990000;"><b><i>income</i> (Y) berkorelasi positif dengan <i>demand for real money balances</i></b></span>. Inilah mengapa <span style="color: #990000;"><b>kurva preferensi likuiditas ber-<i>slope</i> negatif</b></span>.<br />
<br />
Untuk membuat kurva LM, kita asumsikan kurva penawaran uang tidak mengalami perubahan, sementara terjadi peningkatan <i>income</i> dari Y1 menjadi Y2. <br />
<br />
Untuk mempermudah pemahaman, kita bisa melihatnya melalui Gambar 1. dan Gambar 2. berikut ini.<br />
<br />
Gambar 1. menunjukkan efek kenaikan <i>income</i> terhadap kurva permintaan uang (<i>demand for real money balances</i>).<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwSAn7bFb_q3E-yqnblCqnQt7sJA_3xwKFcp2rHiS5jYCgPmA_vKT7F2LbQnQVwyHgsPZjepk3LDpPS_5tOG0XjljK_juOVp-M3lGkv53Ox1HIaa8WQEEzE98_LJAl884IFOCDBhLo_Nl2/s1600/031.1.+Kurva+Efek+Kenaikan+Y+pada+Md.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Efek Kenaikan Income pada Demand for Real Money Balances - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiwSAn7bFb_q3E-yqnblCqnQt7sJA_3xwKFcp2rHiS5jYCgPmA_vKT7F2LbQnQVwyHgsPZjepk3LDpPS_5tOG0XjljK_juOVp-M3lGkv53Ox1HIaa8WQEEzE98_LJAl884IFOCDBhLo_Nl2/s1600/031.1.+Kurva+Efek+Kenaikan+Y+pada+Md.jpg" title="Kurva Efek Kenaikan Income pada Demand for Real Money Balances - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li><span style="color: #990000;"><b>kurva penawaran uang tidak mengalami perubahan</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>kenaikan <i>income</i></b></span> dari Y1 ke Y2 akan <span style="color: #990000;"><b>menggeser kurva permintaan uang keatas secara sejajar</b></span>.</li>
<li>kenaikan kurva permintaan uang pada gilirannya <span style="color: #990000;"><b>menggeser ekuilibrium</b></span> (dari e ke e'), sekaligus <span style="color: #990000;"><b>mengubah tingkat suku bunga</b></span>, dari r<span style="font-size: x-small;">1</span> ke r<span style="font-size: x-small;">2</span>.</li>
</ul>
<br />
Relasi antara perubahan <i>income</i> dengan tingkat suku bunga inilah yang membentuk kurva LM, seperti terlihat pada Gambar 2.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3Ky5flkRPDsjEYNpBTMYTLlCSrPX9eTlQTlP-SSAZbC3SSB3DvUezAPRc90CnLDKVGkk22z8h1dDabGaecgaZ_I4ELBx_dVd6xb1zKZ4pehbm19M9wjPkL5Xifis0WtObhmMbO5y9yCH-/s1600/031.2.+Kurva+LM.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva LM - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj3Ky5flkRPDsjEYNpBTMYTLlCSrPX9eTlQTlP-SSAZbC3SSB3DvUezAPRc90CnLDKVGkk22z8h1dDabGaecgaZ_I4ELBx_dVd6xb1zKZ4pehbm19M9wjPkL5Xifis0WtObhmMbO5y9yCH-/s1600/031.2.+Kurva+LM.jpg" title="Kurva LM - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li>interaksi antara tingkat suku bunga (r<span style="font-size: x-small;">1</span> dan r<span style="font-size: x-small;">2</span>) dengan <i>income</i> (Y1 dan Y2) yang dijelaskan pada Gambar 1. membentuk kurva LM.</li>
</ul>
<br />
<b>2. PERGESERAN PADA KURVA LM.</b><br />
<br />
Selanjutnya kita akan melihat pergeseran pada kurva LM akibat perubahan <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/03/kebijakan-moneter-tinjauan-dasar.html" target="_blank">kebijakan moneter</a>, dalam hal ini peningkatan jumlah uang beredar (<i>easy money policy</i> atau <i>expansionary monetary policy</i>) dan penurunan jumlah uang beredar (<i>tight money policy</i> atau <i>contractionary monetary policy</i>).<br />
<br />
<b>2.1. Easy Money Policy.</b><br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Peningkatan <i>money supply</i></b></span> akan <span style="color: #990000;"><b>berdampak pada peningkatan <i>demand for real money balances</i></b></span>.<br />
<br />
Ingat bahwa semakin banyak uang beredar, semakin turun nilai uang tersebut; artinya, semakin rendah pula tingkat suku bunga. <br />
<br />
Semakin rendah tingkat suku bunga, semakin tinggi <i>demand for idle balances</i>.<br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Peningkatan pada <i>demand for real money balances</i></b></span> ini akan <span style="color: #990000;"><b>mengakibatkan pergeseran ekuilibrium di kurva <i>liquidity preference</i></b></span>.<br />
<br />
Pergeseran ekuilibrium tersebut pada gilirannya akan <span style="color: #990000;"><b>tercermin pada pergeseran kurva LM</b></span>.<br />
<br />
Untuk lebih jelasnya, kita bisa melihat melalui Gambar 3. dibawah ini.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6v503XWXJumHD5tF5DsVXzU5T3JRrmm5lx_yamlag8GOz8dt6cFVCZpHx_zMCfhUElV39CwYvTm8pbpHFKuUAOtKaO6BMVV2xLGtvbbbocxxzogRTAhs8rpfFUPwqsb3u3rpDkQvBegJp/s1600/031.3.+Pergeseran+pada+Kurva+LM+-+Peningkatan+MS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Pergeseran pada Kurva LM - peningkatan Money Supply - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj6v503XWXJumHD5tF5DsVXzU5T3JRrmm5lx_yamlag8GOz8dt6cFVCZpHx_zMCfhUElV39CwYvTm8pbpHFKuUAOtKaO6BMVV2xLGtvbbbocxxzogRTAhs8rpfFUPwqsb3u3rpDkQvBegJp/s1600/031.3.+Pergeseran+pada+Kurva+LM+-+Peningkatan+MS.jpg" title="Pergeseran pada Kurva LM - peningkatan Money Supply - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li>pada kurva sebelah kiri: <span style="color: #990000;"><b>peningkatan <i>money supply</i></b></span> dari (Ms/P) ke (Ms/P)' akan <span style="color: #990000;"><b>menggeser ekuilibrium permintaan-penawaran uang</b></span> (dari e ke e'). </li>
<li>pergeseran ekuilibrium <span style="color: #990000;"><b>diikuti dengan penurunan tingkat suku bunga</b></span> dari r menjadi r'.</li>
<li>perubahan tersebut <span style="color: #990000;"><b>tercermin pada pergeseran kurva LM secara sejajar</b></span>, dari LM ke LM' (kurva sebelah kanan).</li>
</ul>
<br />
<b>2.2. Tight Money Policy.</b><br />
<br />
Lantas bagaimana jika <a href="https://www.ajarekonomi.com/2015/12/bank-sentral-dan-kebijakan-moneter.html" target="_blank">bank sentral</a> memutuskan untuk mengurangi jumlah uang beredar? <br />
<br />
Penjelasannya terlihat di Gambar 4. berikut.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkyp-fzVI0c48NA_WL7B41BVmmEuQ83AgiHc3BES9YQqLdKgdJmOtExVdSgS74jGD0-lYE-aa7abeKCaUMg6DmyuW4bvOFemcWAYifPgX6pdUD14-xFW7Bhfgh3LKTpQp-HJ5WAv0nCWYT/s1600/031.4.+Pergeseran+pada+Kurva+LM+-+Penurunan+MS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Pergeseran pada Kurva LM - penurunan money supply - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjkyp-fzVI0c48NA_WL7B41BVmmEuQ83AgiHc3BES9YQqLdKgdJmOtExVdSgS74jGD0-lYE-aa7abeKCaUMg6DmyuW4bvOFemcWAYifPgX6pdUD14-xFW7Bhfgh3LKTpQp-HJ5WAv0nCWYT/s1600/031.4.+Pergeseran+pada+Kurva+LM+-+Penurunan+MS.jpg" title="Pergeseran pada Kurva LM - penurunan money supply - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li>kebijakan <span style="color: #990000;"><b>pengurangan <i>money supply</i></b></span> akan <span style="color: #990000;"><b>menggeser kurva penawaran uang kekiri</b></span>, dari (Ms/P) ke (Ms/P)''.</li>
<li>perubahan ini <span style="color: #990000;"><b>menyebabkan bergesernya ekuilibrium permintaan-penawaran uang</b></span> (dari e ke e''), sekaligus <span style="color: #990000;"><b>menaikkan tingkat suku bunga</b></span>, dari r ke r''.</li>
<li>akibatnya, <span style="color: #990000;"><b>kurva LM bergeser keatas secara sejajar</b></span> menjadi LM'' (kurva sebelah kanan).</li>
</ul>
<br />
Demikian pemaparan tentang terbentuknya kurva LM serta pergeseran pada Kurva LM akibat perubahan kebijakan moneter. *<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Referensi:<br />
<ol>
<li>Blanchard, Olivier, and David R. Johnson. (2013). <i>Macroeconomics</i>, 6th Edition. Pearson Education, Inc.</li>
<li>Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz. (2011). <i>Macroeconomics</i>, 11th Edition, McGraw-Hill.</li>
<li>Mankiw, N. Gregory. (2010). <i>Macroeconomics</i>, 7th Edition, Worth Publishing.</li>
</ol>
<b>Materi sebelumnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/02/memahami-teori-preferensi-likuiditas.html" target="_blank">Memahami Teori Preferensi Likuiditas (Liquidity Preference Theory)</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/02/pergeseran-kurva-is-akibat-perubahan.html" target="_blank">Pergeseran Kurva IS akibat Perubahan Kebijakan Fiskal</a> <br />
<br />
<b>Materi selanjutnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/03/kurva-is-lm-ekuilibrium-di-pasar-barang.html" target="_blank">Kurva IS-LM, Ekuilibrium di Pasar Barang dan Pasar Uang</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/03/menderivasi-kurva-permintaan-agregat.html" target="_blank">Menderivasi Kurva Permintaan Agregat melalui Model IS-LM</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-41927016834860024982019-02-15T07:53:00.000+07:002019-03-01T07:57:49.667+07:00Memahami Teori Preferensi Likuiditas (Liquidity Preference Theory)Pada materi terdahulu, kita telah mempelajari terbentuknya kurva IS yang merepresentasikan kombinasi ekuilibrium di pasar barang (<i>goods market</i>).<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijYtH-97XOGi1B9-1JM7HCH7KyMUnwPNZtPiiiP4cqbWXe_vy5gQbULpamr2n5wq3knZUbri1f1ucKDNw_TTWjEw5H2JSezQYLsI6C-fxst3RiXXz_zSTBC6dFLU4R3swa0wqcxcuGCQll/s1600/030.+Teori+Preferensi+Likuiditas+-+Pict.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Memahami Teori Preferensi Likuiditas (Liquidity Preference Theory)" border="0" data-original-height="287" data-original-width="448" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijYtH-97XOGi1B9-1JM7HCH7KyMUnwPNZtPiiiP4cqbWXe_vy5gQbULpamr2n5wq3knZUbri1f1ucKDNw_TTWjEw5H2JSezQYLsI6C-fxst3RiXXz_zSTBC6dFLU4R3swa0wqcxcuGCQll/s320/030.+Teori+Preferensi+Likuiditas+-+Pict.jpg" title="Memahami Teori Preferensi Likuiditas (Liquidity Preference Theory)" width="350" /></a></div>Sekarang kita akan mempelajari teori preferensi likuiditas (<i>liquidity preference theory</i>). <br />
<br />
Teori ini dikembangkan oleh John Maynard Keynes, sebagai pondasi untuk memahami pasar uang (<i>money market</i>) dan terbentuknya kurva LM.<br />
<a name='more'></a><br />
<b>1. PERMINTAAN UANG (LIQUIDITY DEMAND).</b><br />
<br />
Untuk memahami teori preferensi likuiditas, pertama-tama kita harus mengetahui motif pelaku ekonomi saat memegang uang.<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>1.1. Motif Memegang Uang.</b><br />
<br />
Pada prinsipnya, terdapat tiga <span style="color: #990000;"><b>motif pelaku ekonomi saat memegang uang</b></span>, yakni:<br />
<ul><li><span style="color: #990000;"><b>motif transaksi</b></span> (<i>transaction motive</i>).</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>motif berjaga-jaga</b></span> (<i>precaution motive</i>).</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>motif spekulasi</b></span> (<i>speculation motive</i>) (catatan: beberapa literatur menggunakan istilah <i>asset motive</i>, didasari fakta bahwa motif sesungguhnya bukan hanya untuk berspekulasi, tapi juga memupuk aset/portofolio).</li>
</ul><br />
Adapun penjabaran ketiga motif tersebut terangkum dibawah ini.<br />
<br />
<b>1.1.1. Motif Transaksi.</b><br />
<br />
Motif ini didasari oleh perilaku <span style="color: #990000;"><b>untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari atau yang bersifat rutinitas</b></span>, misalnya konsumsi makanan-minuman, proses jual-beli produk, dan sebagainya.<br />
<br />
Terdapat beberapa <span style="color: #990000;"><b>faktor yang mempengaruhi perilaku pelaku ekonomi</b></span> saat memegang uang untuk tujuan transaksi, antara lain:<br />
<ul><li><span style="color: #990000;"><b>jumlah pendapatan</b></span> (<i>income amount</i>). Semakin besar <i>income</i>, semakin besar pula kemungkinan meningkatnya transaksi.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>rentang waktu</b></span> (<i>time gap</i>) dalam tiap penerimaan likuiditas. Semakin sering likuiditas diterima, semakin besar keinginan untuk melakukan transaksi.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>kebiasaan berbelanja</b></span> (<i>spending habit</i>). Semakin tinggi kebiasaan berbelanja, semakin besar keinginan untuk melakukan transaksi.</li>
</ul><br />
Karena motif transaksi didasari oleh pemenuhan kebutuhan rutin, maka <span style="color: #990000;"><b>kurva permintaan uang untuk motif transaksi bersifat in-elastis terhadap tingkat suku bunga</b></span>. <br />
<br />
Dengan kata lain, berapapun tingkat suku bunga, permintaan uang untuk motif transaksi tidak mengalami perubahan.<br />
<br />
Kurva permintaan uang untuk motif transaksi terlihat pada Gambar 1. berikut.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5T3fxImheGc1Hxi9N3v5CMoU17-5eX_PDajuzh5APncSdkySf_SruwQHm9ATIJhecWSOjkzQkakh_AlUJQHum8Bk86i4tI0L6U1WWhrSC6w7P4O7NdiM2RVqqoi5PKUQKC9EfPZYNvF4U/s1600/030.1.+Kurva+LP+-+Motif+Transaksi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Permintaan Uang - Motif Transaksi - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5T3fxImheGc1Hxi9N3v5CMoU17-5eX_PDajuzh5APncSdkySf_SruwQHm9ATIJhecWSOjkzQkakh_AlUJQHum8Bk86i4tI0L6U1WWhrSC6w7P4O7NdiM2RVqqoi5PKUQKC9EfPZYNvF4U/s1600/030.1.+Kurva+LP+-+Motif+Transaksi.jpg" title="Kurva Permintaan Uang - Motif Transaksi - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>berapapun tingkat suku bunga, besarnya permintaan uang untuk motif transaksi tidak mengalami perubahan.</li>
</ul><br />
<b>1.1.2. Motif Berjaga-jaga.</b><br />
<br />
Pada dasarnya, setiap pelaku ekonomi memiliki <span style="color: #990000;"><b>keinginan untuk menyimpan sebagian <i>income</i>, supaya dapat digunakan jika sewaktu-waktu dibutuhkan</b></span>. Alasan inilah yang mendasari motif memegang uang untuk berjaga-jaga.<br />
<br />
Adapun <span style="color: #990000;"><b>faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang untuk berjaga-jaga</b></span> antara lain:<br />
<ul><li><span style="color: #990000;"><b>jumlah pendapatan</b></span> (<i>income amount</i>). Semakin besar <i>income</i>, semakin besar pula keinginan menyimpan lebih banyak uang untuk berjaga-jaga.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>tipe kepribadian</b></span> (<i>personality type</i>). Individu yang meyakini pentingnya masa depan akan cenderung mengantisipasinya dengan menyimpan lebih banyak uang.</li>
</ul><br />
<span style="color: #990000;"><b>Kurva permintaan uang untuk motif berjaga-jaga</b></span> serupa dengan kurva permintaan uang untuk motif transaksi, yakni <span style="color: #990000;"><b>in-elastis sempurna terhadap tingkat suku bunga</b></span>.<br />
<br />
Gambar 2. menunjukkan kurva permintaan uang untuk motif berjaga-jaga.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUdXxzrHI2OyYeN5WpqafJSTSw9dcbzKs_P7RW4fqiUAGg_NCJAc6DzHM_3S1BUW_XefK6NAxdTDhBaWjmWyhJA1idI-XeguyjM2QGaaGiX9y0gHl0SbW6lp7Tbo0LISDp49_TEAs-r7QS/s1600/030.2.+Kurva+Permintaan+Uang+-+Motif+Berjaga-jaga.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Permintaan Uang - Motif Berjaga-jaga - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUdXxzrHI2OyYeN5WpqafJSTSw9dcbzKs_P7RW4fqiUAGg_NCJAc6DzHM_3S1BUW_XefK6NAxdTDhBaWjmWyhJA1idI-XeguyjM2QGaaGiX9y0gHl0SbW6lp7Tbo0LISDp49_TEAs-r7QS/s1600/030.2.+Kurva+Permintaan+Uang+-+Motif+Berjaga-jaga.jpg" title="Kurva Permintaan Uang - Motif Berjaga-jaga - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>permintaan uang untuk motif berjaga-jaga tidak berubah pada tingkat suku bunga berapapun.</li>
</ul><br />
<b>1.1.3. Motif Spekulasi.</b><br />
<br />
Keinginan memegang uang untuk berspekulasi didasari pada <span style="color: #990000;"><b>perilaku pelaku ekonomi yang ingin mendapatkan manfaat atau keuntungan</b></span>, dari meningkatnya nilai portofolio di masa mendatang; misalnya melalui pembelian saham atau obligasi.<br />
<br />
Dengan demikian, <span style="color: #990000;"><b>besar-kecilnya tingkat suku bunga akan mempengaruhi pengambilan keputusan pelaku ekonomi</b></span>, dimana semakin rendah tingkat suku bunga (dari nilai uang yang dipegang), akan mendorong pelaku ekonomi meningkatkan spekulasi (membeli lebih banyak saham atau obligasi); demikian pula sebaliknya.<br />
<br />
Gambar 3. menunjukkan kurva permintaan uang untuk motif spekulasi.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHtQHfUoT79Kvixgy0YBAj3xBpPiRowa36tVYIY7pWdzshY69r6HvgNibjmZxvIaxWEzVeA_GZOZWrAdB2dXM-6tutyqrnUliqbYX6T4lABwM6P_JqcpY-JlFw2SA7i3NQnxoPEa18O9sX/s1600/030.3.+Kurva+Permintaan+Uang+-+Motif+Spekulasi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Permintaan Uang - Motif Spekulasi - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHtQHfUoT79Kvixgy0YBAj3xBpPiRowa36tVYIY7pWdzshY69r6HvgNibjmZxvIaxWEzVeA_GZOZWrAdB2dXM-6tutyqrnUliqbYX6T4lABwM6P_JqcpY-JlFw2SA7i3NQnxoPEa18O9sX/s1600/030.3.+Kurva+Permintaan+Uang+-+Motif+Spekulasi.jpg" title="Kurva Permintaan Uang - Motif Spekulasi - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>besarnya permintaan uang untuk spekulasi bergantung pada tingkat suku bunga.</li>
<li>saat tingkat suku bunga sebesar r<span style="font-size: x-small;">1</span>, permintaan uang untuk spekulasi sebesar Md', namun ketika tingkat suku bunga naik ke r<span style="font-size: x-small;">2</span>, permintaan uang untuk spekulasi akan turun menjadi Md''.</li>
<li>logikanya, permintaan uang untuk berspekulasi akan meningkat jika instrumen spekulasi memberikan imbal hasil yang lebih tinggi.</li>
</ul><br />
<b>1.2. Kurva Permintaan Uang.</b><br />
<br />
Pada bagian sebelumnya, kita sudah mempelajari tiga motif pelaku ekonomi memegang uang. <br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Motif memegang uang untuk transaksi dan berjaga-jaga</b></span> dikenal dengan istilah <span style="color: #990000;"><b><i>demand for active balances</i></b></span>.<br />
<br />
Sementara <span style="color: #990000;"><b>permintaan uang untuk berspekulasi</b></span> disebut dengan <span style="color: #990000;"><b><i>demand for idle balances</i></b></span>.<br />
<br />
Sedangkan <span style="color: #990000;"><b>permintaan uang secara keseluruhan merupakan jumlah riil permintaan uang</b></span> atau <span style="color: #990000;"><b><i>demand for real money balances</i></b></span>, yakni <span style="color: #990000;"><b>gabungan antara <i>demand for active balances</i> dan <i>demand for idle balances</i></b></span>.<br />
<br />
Dalam kajian ekonomi, <span style="color: #990000;"><b><i>demand for real money balances</i> dilambangkan dengan Md/P</b></span>, dimana Md adalah <i>money demand</i> dan P adalah level harga (Ingat! dalam jangka pendek, P merupakan faktor konstan).<br />
<br />
Ingat kembali bahwa tingkat suku bunga dan jumlah <i>income</i> mempengaruhi perilaku pelaku ekonomi dalam memegang uang; artinya, <span style="color: #990000;"><b>Md/P dipengaruhi oleh r dan Y</b></span>, atau secara matematis ditulis dengan fungsi L(r, Y)<br />
<br />
Sehingga persamaannya terlihat seperti berikut:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvQ1Ff0fqVSU6YxiBLyzykQTD2HFPokzNtS7mdeXleVwrA8ehPrdo3UoVcmCu7f2iXwQKsz_S129odPY41fx2rFOY_zhYhYJHjdU-AATyLrGkx485YkipGf_YY_N9Kx84F178wBofSeq_h/s1600/030.A.+Persamaan+Fungsi+Demand+for+Real+Money+Balances.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Persamaan Fungsi Demand for Real Money Balances - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="80" data-original-width="448" height="100" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvQ1Ff0fqVSU6YxiBLyzykQTD2HFPokzNtS7mdeXleVwrA8ehPrdo3UoVcmCu7f2iXwQKsz_S129odPY41fx2rFOY_zhYhYJHjdU-AATyLrGkx485YkipGf_YY_N9Kx84F178wBofSeq_h/s1600/030.A.+Persamaan+Fungsi+Demand+for+Real+Money+Balances.jpg" title="Persamaan Fungsi Demand for Real Money Balances - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div><br />
Sedangkan kurva <i>demand for real money balances</i> terlihat pada Gambar 4. dibawah ini.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXRa4RqyjX_J59OmW7KM7InfPzfgUer3VTr9X46QhMNIySlwH5pPT0A-6Z-NZW8qjBYwftAPPUb5GnCYtw1Xd3Mibcle3CfoKaTqnMf5vgDCo_z0D6FlD3CYSzGyurO7pdY3eUJfbams6H/s1600/030.4.+Kurva+Permintaan+Uang+-+Demand+for+Real+Money+Balances.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Permintaan Uang - Demand for Real Money Balances - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXRa4RqyjX_J59OmW7KM7InfPzfgUer3VTr9X46QhMNIySlwH5pPT0A-6Z-NZW8qjBYwftAPPUb5GnCYtw1Xd3Mibcle3CfoKaTqnMf5vgDCo_z0D6FlD3CYSzGyurO7pdY3eUJfbams6H/s1600/030.4.+Kurva+Permintaan+Uang+-+Demand+for+Real+Money+Balances.jpg" title="Kurva Permintaan Uang - Demand for Real Money Balances - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>kurva permintaan uang (<i>demand for real money balances</i>) merupakan kombinasi permintaan uang untuk motif transaksi, berjaga-jaga, dan spekulasi.</li>
</ul><br />
<b>2. PENAWARAN UANG (MONEY SUPPLY).</b><br />
<br />
Persediaan uang di kelola dan diatur oleh pengambil <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/03/kebijakan-moneter-tinjauan-dasar.html" target="_blank">kebijakan moneter</a>, dalam hal ini bank sentral. Oleh karena itu, semua hal terkait persediaan dan peredaran uang di pasar, ditentukan melalui kebijakan yang diambil otoritas tersebut.<br />
<br />
Dengan demikian, <span style="color: #990000;"><b>penawaran uang tidak dipengaruhi oleh tingkat suku bunga</b></span>, atau bersifat in-elastis terhadap tingkat suku bunga.<br />
<br />
Secara konseptual, <span style="color: #990000;"><b>penawaran uang direpresentasikan dengan jumlah riil penawaran uang atau <i>supply for real money balances</i></b></span>, dilambangkan dengan <span style="color: #990000;"><b>Ms/P</b></span>, dimana Ms adalah <i>money supply</i> dan P adalah level harga.<br />
<br />
Persamaannya sebagai berikut:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHeIU47Nf_Qpq46HVmp-3npPYJbhBIkLJmlirtjIAVl0Vk6rrbftdWXodMQ2J5Vq1H0WkcZyrzuwumH6ZiXeRjcWHtvNnZju2AiKRUsEWz8qPxTooNhq6T337CNqk4LWRUiVrwZfPQiR_w/s1600/030.B.+Persamaan+Fungsi+Supply+for+Real+Money+Balances.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Persamaan Fungsi Supply for Real Money Balances - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="78" data-original-width="448" height="100" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhHeIU47Nf_Qpq46HVmp-3npPYJbhBIkLJmlirtjIAVl0Vk6rrbftdWXodMQ2J5Vq1H0WkcZyrzuwumH6ZiXeRjcWHtvNnZju2AiKRUsEWz8qPxTooNhq6T337CNqk4LWRUiVrwZfPQiR_w/s1600/030.B.+Persamaan+Fungsi+Supply+for+Real+Money+Balances.jpg" title="Persamaan Fungsi Supply for Real Money Balances - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div><br />
Sedangkan kurva penawaran uang terlihat pada Gambar 5.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi46nrtLqxcvVZq-N3bSj9gC94BVYkVoJGdlVmAAxYRP_YGiZyBZjjqWtlCaM7vAKoM3Ow8_IbTr1iytfZOw_-_O6j8mlLNKWPEGRK3EGgsY08m4rb2-Mg7TK-pFTkaLb0pG2-I3lMGi6zW/s1600/030.5.+Kurva+Penawaran+Uang.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Penawaran Uang - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi46nrtLqxcvVZq-N3bSj9gC94BVYkVoJGdlVmAAxYRP_YGiZyBZjjqWtlCaM7vAKoM3Ow8_IbTr1iytfZOw_-_O6j8mlLNKWPEGRK3EGgsY08m4rb2-Mg7TK-pFTkaLb0pG2-I3lMGi6zW/s1600/030.5.+Kurva+Penawaran+Uang.jpg" title="Kurva Penawaran Uang - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>kurva penawaran uang tidak mengalami perubahan (in-elastis) pada setiap tingkat suku bunga.</li>
</ul><br />
<b>3. KURVA LIQUIDITY PREFERENCE.</b><br />
<br />
Kurva preferensi likuiditas merupakan <span style="color: #990000;"><b>interaksi antara kurva permintaan dan penawaran uang</b></span>, yang berpengaruh pada tingkat suku bunga.<br />
<br />
Kurva preferensi likuiditas terlihat pada Gambar 6. berikut ini.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj53JYURP5CjJkhiKLGXALKvZHIBGCrTRseUoJB3DPHyR2avLZmUxK6CYfkgmAavKbEvYwkTA0SqddydcH1m4nEpSDLsmPU1o1Lf69QfY5wKVyspnEKxabPSNyGtuKrthyxrKnNWwTVrFsV/s1600/030.6.+Kurva+Liquidity+Preference.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Liquidity Preference - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj53JYURP5CjJkhiKLGXALKvZHIBGCrTRseUoJB3DPHyR2avLZmUxK6CYfkgmAavKbEvYwkTA0SqddydcH1m4nEpSDLsmPU1o1Lf69QfY5wKVyspnEKxabPSNyGtuKrthyxrKnNWwTVrFsV/s1600/030.6.+Kurva+Liquidity+Preference.jpg" title="Kurva Liquidity Preference - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>kurva preferensi likuiditas merupakan interaksi antara kurva permintaan uang (Md/P) dan kurva penawaran uang (Ms/P).</li>
<li>titik persinggungan antara Md/P dan Ms/P (titik e) merupakan ekuilibrium yang menentukan besarnya tingkat suku bunga.</li>
</ul><br />
<b>4. LIQUIDITY TRAP.</b><br />
<br />
Jebakan likuiditas (<i>liquidity trap</i>) menggambarkan <span style="color: #990000;"><b>kondisi dimana perubahan pada penawaran uang tidak berpengaruh pada tingkat suku bunga</b></span>.<br />
<br />
Jadi ketika tingkat suku bunga mencapai titik tertentu, pelaku ekonomi memilih memegang uang daripada menggunakannya untuk aktivitas ekonomi (konsumsi, investasi), karena beranggapan kalau tingkat suku bunga sudah terlalu rendah.<br />
<br />
Hal ini biasanya terjadi apabila perekonomian mengalami <a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/11/mengenal-konsep-deflasi-deflation-dan.html" target="_blank">deflasi</a>, dalam kondisi krisis, atau saat permintaan agregat menurun drastis.<br />
<br />
Untuk mempemudah penjelasan, kita bisa melihatnya melalui Gambar 7.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXXwM1TFug39neC1RnQphb-8yQT_0ZqXlZUiAV7U9C6zIhxa3viZsK1aDmVS8jQ5bSH8hyGqPPKxmrBq01odWr0u9_9Eky-HsoC2MlYRJ4s8VESGj2jKyAQS6tN6Tk5dokqOdC1qYG48pm/s1600/030.7.+Liquidity+Trap.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Liquidity Trap - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgXXwM1TFug39neC1RnQphb-8yQT_0ZqXlZUiAV7U9C6zIhxa3viZsK1aDmVS8jQ5bSH8hyGqPPKxmrBq01odWr0u9_9Eky-HsoC2MlYRJ4s8VESGj2jKyAQS6tN6Tk5dokqOdC1qYG48pm/s1600/030.7.+Liquidity+Trap.jpg" title="Liquidity Trap - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>pada kondisi awal, ekuilibrium tercapai di titik X, dengan tingkat suku bunga sebesar rz dan <i>supply for real money balances</i> sebesar (Ms/P)'.</li>
<li>pada titik tersebut, jika bank sentral menambah jumlah uang beredar (menjadi (Ms/P)''), maka hasilnya tidak memberi dampak apapun pada tingkat suku bunga. Pada saat itu, perekonomian berada dalam jebakan likuiditas.</li>
<li>dengan kata lain, saat tingkat suku bunga sebesar rz, kebijakan moneter tidak mampu mempengaruhi variabel ekonomi lain, seperti konsumsi dan investasi.</li>
</ul><br />
Demikian penjelasan terkait teori preferensi likuiditas. *<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Referensi:<br />
<ol><li>Blanchard, Olivier, and David R. Johnson. (2013). <i>Macroeconomics</i>, 6th Edition. Pearson Education, Inc.</li>
<li>Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz. (2011). <i>Macroeconomics</i>, 11th Edition, McGraw-Hill.</li>
<li>Mankiw, N. Gregory. (2010). <i>Macroeconomics</i>, 7th Edition, Worth Publishing.</li>
</ol><b>Materi sebelumnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/02/pergeseran-kurva-is-akibat-perubahan.html" target="_blank">Pergeseran Kurva IS akibat Perubahan Kebijakan Fiskal</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/02/memahami-terbentuknya-kurva-is.html" target="_blank">Memahami Terbentuknya Kurva IS</a> <br />
<br />
<b>Materi selanjutnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/02/terbentuknya-kurva-lm-dan-pergeseran.html" target="_blank">Terbentuknya Kurva LM dan Pergeseran pada Kurva LM</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/03/kurva-is-lm-ekuilibrium-di-pasar-barang.html" target="_blank">Kurva IS-LM, Ekuilibrium di Pasar Barang dan Pasar Uang</a> Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-20666498250914420682019-02-08T08:38:00.000+07:002019-02-22T08:17:20.090+07:00Pergeseran Kurva IS akibat Perubahan Kebijakan FiskalSejauh ini kita telah mempelajari terbentuknya kurva IS yang merepresentasikan besarnya <i>income</i> (Y) untuk berbagai tingkat suku bunga (r), yang membentuk ekuilibrium di pasar barang (<i>goods market</i>).<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK6chNKmDQSmProDVE9UN3xeT1clkPZNUX4_BcHKZ6ambzUzJkbmvICbOHw6BtXOP2HKlgIF8brw3ZTvThFsj3Ycv2vpneIs46St4tEtdOaVeovMGC2TXfuLTcsDufmfqqARoWvQah4aDw/s1600/029.+Pergeseran+Kurva+IS+-+Pict.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Pergeseran Kurva IS akibat Perubahan Kebijakan Fiskal" border="0" data-original-height="321" data-original-width="448" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK6chNKmDQSmProDVE9UN3xeT1clkPZNUX4_BcHKZ6ambzUzJkbmvICbOHw6BtXOP2HKlgIF8brw3ZTvThFsj3Ycv2vpneIs46St4tEtdOaVeovMGC2TXfuLTcsDufmfqqARoWvQah4aDw/s1600/029.+Pergeseran+Kurva+IS+-+Pict.jpg" title="Pergeseran Kurva IS akibat Perubahan Kebijakan Fiskal " width="360" /></a></div>Kita juga telah memahami terbentuknya ekuilibrium <i>income</i> pada kurva Keynesian Cross, serta pergeseran ekuilibrium <i>income</i> yang dipengaruhi oleh perubahan pada instrumen <i>government spending</i> (G) dan pajak (T). <br />
<br />
Untuk materi kali ini, kita akan melihat bagaimana perubahan kebijakan fiskal berpengaruh pada pergeseran kurva IS.<br />
<a name='more'></a><br />
<b>1. PENINGKATAN GOVERNMENT SPENDING.</b><br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Untuk memudahkan pemahaman, kita <span style="color: #990000;"><b>asumsikan tingkat suku bunga (r) tidak mengalami perubahan</b></span>.<br />
<br />
Misalnya pada tingkat suku bunga sebesar r, <span style="color: #990000;"><b>terjadi peningkatan belanja pemerintah sebesar ∆G</b></span>. Hal ini akan <span style="color: #990000;"><b>menggeser kurva PE pada kurva Keynesian Cross ke atas</b></span>, seperti terlihat pada Gambar 1.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggaVmUhAB7090YRhrDKuW1AaHfJc9N8LwnZim_myp35K9NSRTBdjrsoZCPcmi1-kxpSRqq7AKrDE1WYdJw9lhrriwBKVWG2R4QHGU6tJVUhRsoVuDr_OWciMWTkG96Q9BC5CimVp08mYVj/s1600/029.1.+Kurva+Keynesian+Cross+-+Peningkatan+G.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Keynesian Cross - peningkatan Government Spending (G) - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggaVmUhAB7090YRhrDKuW1AaHfJc9N8LwnZim_myp35K9NSRTBdjrsoZCPcmi1-kxpSRqq7AKrDE1WYdJw9lhrriwBKVWG2R4QHGU6tJVUhRsoVuDr_OWciMWTkG96Q9BC5CimVp08mYVj/s1600/029.1.+Kurva+Keynesian+Cross+-+Peningkatan+G.jpg" title="Kurva Keynesian Cross - peningkatan Government Spending (G) - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li><span style="color: #990000;"><b>peningkatan <i>government spending</i></b></span> sebesar ∆G akan <span style="color: #990000;"><b>menggeser kurva PE keatas</b></span> (dari PE ke PE').</li>
<li>akibatnya, <span style="color: #990000;"><b>ekuilibrium <i>income</i> bergeser kekanan (dari Y ke Y')</b></span> sebesar ∆G/(1 – MPC) (Ingat lagi materi Keynesian Multiplier).</li>
</ul><br />
<span style="color: #990000;"><b>Pergeseran ekuilibrium <i>income</i></b></span> tersebut pada gilirannya akan <span style="color: #990000;"><b>menggeser ekuilibrium di pasar barang</b></span>, seperti tercermin pada Gambar 2. berikut.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguQ1T-4KMPdICbQ832ca7-QKBgRsALwMRm1s3Nh7nplBXkAFXO7khoLg3p0vrxZ99sUcffyxddAX-BLuafW1q5FQBEvUGFVloyqx82lqkFnwSKTMUAYBvROKRhJ3e1edwo9Z8wb5gGLrlj/s1600/029.2.+Kurva+IS+-+Setelah+Peningkatan+G.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Pergeseran Kurva IS - setelah peningkatan Government Spending (G) - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEguQ1T-4KMPdICbQ832ca7-QKBgRsALwMRm1s3Nh7nplBXkAFXO7khoLg3p0vrxZ99sUcffyxddAX-BLuafW1q5FQBEvUGFVloyqx82lqkFnwSKTMUAYBvROKRhJ3e1edwo9Z8wb5gGLrlj/s1600/029.2.+Kurva+IS+-+Setelah+Peningkatan+G.jpg" title="Pergeseran Kurva IS - setelah peningkatan Government Spending (G) - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>pada tingkat suku bunga tertentu (r), pergeseran ekuilibrium <i>income</i> (dari Y ke Y'), akan menggeser kurva IS kekanan secara sejajar (dari IS ke IS').</li>
</ul><br />
Prinsip diatas (pergeseran kurva IS kekanan), juga <span style="color: #990000;"><b>berlaku ketika pemerintah mengambil kebijakan menurunkan tarif pajak</b></span> (T) (Ingat, penurunan tarif pajak akan meningkatkan porsi konsumsi sebesar MPC x ∆T, sehingga menggeser kurva PE keatas).<br />
<br />
<b>2. PENURUNAN GOVERNMENT SPENDING.</b><br />
<br />
Bagaimana jika pemerintah mengambil kebijakan mengurangi besaran belanja pemerintah? <br />
<br />
Kita bisa melihatnya melalui Gambar 3. dibawah ini.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhp-eurNTwcOVavtqLxyDr4tcH0_BsD_4FexKvsnkTwJaBiSJHH715nW-RKBrvwERMVrT9k1oVEwhddwiRDgvaqZ9vxKP1iQRFRrJOmD9M5yRbrOnbAMTNXb9ybicecVroQLAGN6bK-_Qoh/s1600/029.3.+Kurva+Keynesian+Cross+-+Penurunan+G.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Keynesian Cross - penurunan Government Spending (G) - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhp-eurNTwcOVavtqLxyDr4tcH0_BsD_4FexKvsnkTwJaBiSJHH715nW-RKBrvwERMVrT9k1oVEwhddwiRDgvaqZ9vxKP1iQRFRrJOmD9M5yRbrOnbAMTNXb9ybicecVroQLAGN6bK-_Qoh/s1600/029.3.+Kurva+Keynesian+Cross+-+Penurunan+G.jpg" title="Kurva Keynesian Cross - penurunan Government Spending (G) - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li><span style="color: #990000;"><b>penurunan <i>government spending</i></b></span> sebesar ∆G akan <span style="color: #990000;"><b>menggeser kurva PE kebawah</b></span> (dari PE ke PE'').</li>
<li>dampaknya, <span style="color: #990000;"><b>terjadi pergeseran ekuilibrium <i>income</i> (dari Y ke Y'')</b></span> sebesar ∆G/(1 – MPC).</li>
</ul><br />
<span style="color: #990000;"><b>Pergeseran ekuilibrium <i>income</i> akan menggeser kurva IS</b></span>, seperti terlihat pada Gambar 4.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlHqXryFC5R-ThmkSvzW81RsigIz-eroGWHLt_kZi9SVraD4s5J4iK1q9s58PlBoCZVi7ILLyHht_ulsw5HZtVbcUxd2hYCoj9ukK1FvT-XdZZUkZ9Bi7IF5-YpgABE9gFyYBaNBMn0O-Z/s1600/029.4.+Kurva+IS+-+Setelah+Penurunan+G.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Pergeseran Kurva IS - setelah penurunan Government Spending (G) - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlHqXryFC5R-ThmkSvzW81RsigIz-eroGWHLt_kZi9SVraD4s5J4iK1q9s58PlBoCZVi7ILLyHht_ulsw5HZtVbcUxd2hYCoj9ukK1FvT-XdZZUkZ9Bi7IF5-YpgABE9gFyYBaNBMn0O-Z/s1600/029.4.+Kurva+IS+-+Setelah+Penurunan+G.jpg" title="Pergeseran Kurva IS - setelah penurunan Government Spending (G) - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>pada tingkat suku bunga sebesar r, <span style="color: #990000;"><b>pergeseran ekuilibrium <i>income</i> dari Y ke Y''</b></span> akan <span style="color: #990000;"><b>menggeser kurva IS kekiri secara sejajar</b></span> (dari IS ke IS'').</li>
</ul><br />
Prinsip diatas <span style="color: #990000;"><b>juga berlaku jika pemerintah mengambil kebijakan menaikkan tarif pajak</b></span> (kenaikan tarif pajak akan menurunkan besaran konsumsi sebesar MPC x ∆T.<br />
<br />
Demikian penjelasan terkait pergeseran kurva IS akibat perubahan kebijakan fiskal. *<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Referensi:<br />
<ol><li>Blanchard, Olivier, and David R. Johnson. (2013). <i>Macroeconomics</i>, 6th Edition. Pearson Education, Inc.</li>
<li>Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz. (2011). <i>Macroeconomics</i>, 11th Edition, McGraw-Hill.</li>
<li>Mankiw, N. Gregory. (2010). <i>Macroeconomics</i>, 7th Edition, Worth Publishing.</li>
</ol><b>Materi sebelumnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/02/memahami-terbentuknya-kurva-is.html" target="_blank">Memahami Terbentuknya Kurva IS</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/12/pergeseran-ekuilibrium-kurva-keynesian.html" target="_blank">Pergeseran Ekuilibrium Kurva Keynesian Cross akibat Perubahan Kebijakan Fiskal</a> <br />
<br />
<b>Materi selanjutnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/02/memahami-teori-preferensi-likuiditas.html" target="_blank">Memahami Teori Preferensi Likuiditas (Liquidity Preference Theory)</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/02/terbentuknya-kurva-lm-dan-pergeseran.html" target="_blank">Terbentuknya Kurva LM dan Pergeseran pada Kurva LM</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-78593259921696887262019-02-01T15:22:00.001+07:002019-02-22T08:19:29.659+07:00Memahami Terbentuknya Kurva ISPada materi-materi sebelumnya, kita telah membahas tentang konsep konsumsi (C), investasi (I), tabungan (S), serta <i>government spending</i> (G). <br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGq0PdeXMbPhpebS6lmUiEIHruKwOsMcQEp7CIu4O6D_U8dLWvijwT_edwfvI76JKyoWp1fjuI7dLzcWFqkolpLVpdmIvlHnC5BupzZtGDVbnc8D5H1nsVFPEX-DInSL4MS8rmXYFWUpqF/s1600/029.+Terbentuknya+Kurva+IS+-+Pict.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Terbentuknya Kurva IS" border="0" data-original-height="329" data-original-width="448" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGq0PdeXMbPhpebS6lmUiEIHruKwOsMcQEp7CIu4O6D_U8dLWvijwT_edwfvI76JKyoWp1fjuI7dLzcWFqkolpLVpdmIvlHnC5BupzZtGDVbnc8D5H1nsVFPEX-DInSL4MS8rmXYFWUpqF/s1600/029.+Terbentuknya+Kurva+IS+-+Pict.jpg" title="Terbentuknya Kurva IS" width="360" /></a></div>
Kita juga sudah mempelajari konsep <i>Keynesian Cross</i> beserta terbentuknya kurva <i>Keynesian Cross</i>. <br />
<br />
Kurva tersebut membantu menunjukkan bagaimana rencana belanja dari sektor rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah, sebagai pelaku ekonomi.<br />
<a name='more'></a><br />
Sekarang kita akan membahas terbentuknya kurva IS, dengan memperkenalkan satu instrumen lain, yakni tingkat suku bunga/<i>interest rate</i> (r).<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Perlu dicatat bahwa kurva IS-LM merupakan materi inti untuk model makroekonomi jangka pendek (<i>economy in the short-run</i>).<br />
<br />
<b>1. TINGKAT SUKU BUNGA (r).</b><br />
<br />
Jika pada materi terdahulu, kita mengasumsikan instrumen investasi sebagai faktor yang bersifat tetap; maka agar sesuai dengan realita, kita memperkenalkan faktor yang mempengaruhi besarnya investasi, yakni tingkat suku bunga.<br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Bagaimana tingkat suku bunga mempengaruhi besaran investasi?</b></span> <br />
<br />
Penjelasan sederhananya: misalnya perusahaan hendak meningkatkan kapasitas output dengan menambah mesin produksi. Perusahaan dihadapkan pada pilihan untuk menyewa atau membeli mesin produksi secara kredit. <br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Jika</b></span> saat itu <span style="color: #990000;"><b>tingkat suku bunga pinjaman sedang tinggi</b></span>, maka <span style="color: #990000;"><b>perusahaan cenderung memilih opsi lain atau menunda rencana</b></span>, <span style="color: #990000;"><b>daripada</b></span> harus <span style="color: #990000;"><b>melakukan pembelian secara kredit</b></span>. <br />
<br />
Dalam hal ini, <span style="color: #990000;"><b>tingkat suku bunga</b></span> bisa diperlakukan <span style="color: #990000;"><b>sebagai biaya peminjaman atas instrumen investasi</b></span>.<br />
<br />
Bila digambarkan dalam sebuah persamaan, akan terlihat sebagai berikut:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9YVe2Q0IL7Lj71cRhfyOro3eyHTd4AlBMRjktKeQmV17O2aa9vr01PpuNGgsNuKzavgs7FQlaVCpdU2dy9hr65xZhJwgYHcwKevG7OilwNnuUg4vwKJ41JAWrTckWvn-3O61N6nEIv6lE/s1600/029.A.+Persamaan+Fungsi+Investasi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Persamaan Fungsi Investasi (dengan tingkat suku bunga) - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="78" data-original-width="448" height="100" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj9YVe2Q0IL7Lj71cRhfyOro3eyHTd4AlBMRjktKeQmV17O2aa9vr01PpuNGgsNuKzavgs7FQlaVCpdU2dy9hr65xZhJwgYHcwKevG7OilwNnuUg4vwKJ41JAWrTckWvn-3O61N6nEIv6lE/s1600/029.A.+Persamaan+Fungsi+Investasi.jpg" title="Persamaan Fungsi Investasi (dengan tingkat suku bunga) - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li>seperti pada penjelasan diatas, <span style="color: #990000;"><b>I dan r mempunyai relasi negatif</b></span>, dimana jika r tinggi, I akan cenderung turun; demikian pula sebaliknya.</li>
</ul>
<br />
Adapun <span style="color: #990000;"><b>kurva fungsi investasi </b></span>tersebut bisa dilihat pada Gambar 1.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjD8Cjr5kCx8Z86BZC01K-YogCm2esH795-2i0PzMtGagpkwDDUqUolQ9LFXIz6XLpSs0CUFYV2l6-Ea4sUZ20jyQZsmEK8OY-87fNlJECdsvLylJNNrrVPYxUTLYM-bMStaRb5aacLruBk/s1600/029.1.+Kurva+I+dan+r.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Fungsi Investasi dengan Faktor Tingkat Suku Bunga - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjD8Cjr5kCx8Z86BZC01K-YogCm2esH795-2i0PzMtGagpkwDDUqUolQ9LFXIz6XLpSs0CUFYV2l6-Ea4sUZ20jyQZsmEK8OY-87fNlJECdsvLylJNNrrVPYxUTLYM-bMStaRb5aacLruBk/s1600/029.1.+Kurva+I+dan+r.jpg" title="Kurva Fungsi Investasi dengan Faktor Tingkat Suku Bunga - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li>karena relasi I dan r negatif, maka kurva yang terbentuk ber'<i>slope</i> negatif.</li>
<li>kenaikan tingkat suku bunga (dari r1 ke r2) akan menurunkan tingkat investasi sebesar ∆I (dari I(r1) ke I(r2)).</li>
</ul>
<br />
<b>2. PENGARUH PERUBAHAN TINGKAT SUKU BUNGA PADA KURVA KEYNESIAN CROSS.</b><br />
<br />
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, perubahan tingkat suku bunga akan mengubah besaran investasi; maka <span style="color: #990000;"><b>kenaikan tingkat suku bunga</b></span> (Gambar 1.) juga <span style="color: #990000;"><b>akan menggeser kurva <i>Planned Expenditure</i> (PE) pada kurva <i>Keynesian Cross</i></b></span>.<br />
<br />
Adapun penjelasannya tersaji pada Gambar 2. berikut:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0CS5T1MpQ-4BhT_42AYwcHvgL_ZJTddbZPXTp8Jv1ryc-KelfF-I2ILEsJMZHI8E9uSu90jt9BP9qtrH8UUwDQ4HfT18FXBvcy1r0mlWeOrFAkwbv6GcVWHYnJLBR0TZldHJAiBw37C8h/s1600/029.2.+Kurva+Keynesian+Cross+-+Pergeseran+I.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Keynesian Cross - pergeseran pada kurva PE - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0CS5T1MpQ-4BhT_42AYwcHvgL_ZJTddbZPXTp8Jv1ryc-KelfF-I2ILEsJMZHI8E9uSu90jt9BP9qtrH8UUwDQ4HfT18FXBvcy1r0mlWeOrFAkwbv6GcVWHYnJLBR0TZldHJAiBw37C8h/s1600/029.2.+Kurva+Keynesian+Cross+-+Pergeseran+I.jpg" title="Kurva Keynesian Cross - pergeseran pada kurva PE - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li>penurunan investasi (∆I) menggeser kurva <i>Planned Expenditure</i> (PE) kebawah (dari PE1 ke PE2). Ingat! PE ≡ C + I + G.</li>
<li>akibatnya, terjadi pergeseran ekuilibrium <i>income, output</i>; dari Y1 ke Y2.</li>
</ul>
<br />
<b>3. TERBENTUKNYA KURVA IS.</b><br />
<br />
Kurva IS terbentuk dari relasi antara Gambar 1. (kurva fungsi investasi dengan perubahan pada tingkat suku bunga) dengan Gambar 2. (pergeseran ekuilibrium pada kurva <i>Keynesian Cross</i> akibat perubahan besaran investasi).<br />
<br />
Secara sederhana bisa dikatakan jika <span style="color: #990000;"><b>kurva IS menggambarkan kombinasi antara <i>income</i> (Y) dengan tingkat suku bunga (r), yang merepresentasikan ekuilibrium di pasar barang (<i>good markets</i>)</b></span>.<br />
<br />
Adapun terbentuknya kurva IS terlihat pada Gambar 3. dibawah ini:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhC22Q1593QF0NGYsc1PQaV0wgXeA8UWP6R3NyTwHXaUseOdBGls98VBYBMoDg1QitpfjTzEYInJy3lhd5qpMhM_VKJ7ryiVv6inA8MxYH7hwi1v-yJmIwwmSXJo7XSYMcDn6EFbRpw7eqe/s1600/029.3.+Kurva+IS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva IS - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhC22Q1593QF0NGYsc1PQaV0wgXeA8UWP6R3NyTwHXaUseOdBGls98VBYBMoDg1QitpfjTzEYInJy3lhd5qpMhM_VKJ7ryiVv6inA8MxYH7hwi1v-yJmIwwmSXJo7XSYMcDn6EFbRpw7eqe/s1600/029.3.+Kurva+IS.jpg" title="Kurva IS - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li>kurva IS menggambarkan keseluruhan perubahan dari kedua kurva sebelumnya; dengan kata lain menunjukkan kombinasi ekuilibrium di pasar barang.</li>
</ul>
<br />
Demikian penjelasan tentang terbentuknya kurva IS. *<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Referensi:<br />
<ol>
<li>Blanchard, Olivier, and David R. Johnson. (2013). <i>Macroeconomics</i>, 6th Edition. Pearson Education, Inc.</li>
<li>Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz. (2011). <i>Macroeconomics</i>, 11th Edition, McGraw-Hill.</li>
<li>Mankiw, N. Gregory. (2010). <i>Macroeconomics</i>, 7th Edition, Worth Publishing.</li>
</ol>
<b>Materi sebelumnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/12/pergeseran-ekuilibrium-kurva-keynesian.html" target="_blank">Pergeseran Ekuilibrium Kurva Keynesian Cross akibat Perubahan Kebijakan Fiskal</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/12/konsep-keynesian-cross-dan-tercapainya.html" target="_blank">Konsep Keynesian Cross dan Tercapainya Ekuilibrium</a> <br />
<br />
<b>Materi selanjutnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/02/pergeseran-kurva-is-akibat-perubahan.html" target="_blank">Pergeseran Kurva IS akibat Perubahan Kebijakan Fiskal</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/02/memahami-teori-preferensi-likuiditas.html" target="_blank">Memahami Teori Preferensi Likuiditas (Liquidity Preference Theory)</a>Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-88973177144497062302019-01-22T15:53:00.001+07:002019-01-22T17:18:57.403+07:00Mengenal Konsep Gig Economy dan Perkembangannya di Era DigitalPerkembangan teknologi menawarkan banyak kesempatan bagi setiap individu untuk mengembangkan potensi, sekaligus mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya. <br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkFkudu_m5TfFMR3qi91oG97us2wLZ2k9Sqp2KIr6NRbSthOJByEJPK_GXORmsIuKR_rZlp356285rzlY7IgxZN2LsrgDiUFk1sz1u8JNE6Ct1hSF2kLxkzHOehiRu-Ipc_81oGRGdprIV/s1600/197.+Gig+Economy.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Mengenal Konsep Gig Economy dan Perkembangannya di Era Digital" border="0" data-original-height="336" data-original-width="336" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkFkudu_m5TfFMR3qi91oG97us2wLZ2k9Sqp2KIr6NRbSthOJByEJPK_GXORmsIuKR_rZlp356285rzlY7IgxZN2LsrgDiUFk1sz1u8JNE6Ct1hSF2kLxkzHOehiRu-Ipc_81oGRGdprIV/s1600/197.+Gig+Economy.jpg" title="Mengenal Konsep Gig Economy dan Perkembangannya di Era Digital" width="350" /></a></div>
Disrupsi teknologi telah menumbuhkan model bisnis baru bagi para pelaku ekonomi, seperti maraknya <i>online-store</i> dan <i>video blogging</i>.<br />
<br />
Dalam era ini juga dikenal aktivitas ekonomi yang disebut dengan <i>gig economy</i>. <br />
<br />
Artikel ini akan mengulas pengertian <i>gig economy</i> dan perkembangannya di era digital.<br />
<a name='more'></a><br />
<b>1. PENGERTIAN GIG ECONOMY.</b><br />
<br />
Hingga kini belum ada definisi yang pasti terkait dengan <i>gig economy</i>. Namun demikian, kita bisa memahaminya melalui makna kata <i>gig economy</i> itu sendiri.<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Menurut <i>Merriam-Webster Dictionary</i>, kata <i>gig</i> mengandung arti:<br />
<ul>
<li><i>a job usually for a specified time</i>.</li>
<li><i>to work as a musician</i>.</li>
</ul>
(www.merriam-webster.com).<br />
<br />
Salah satu studi menyatakan jika <span style="color: #990000;"><b>istilah <i>gig</i> mengacu pada dunia musik</b></span>, yakni situasi dimana individu mendatangi studio musik untuk melakukan rekaman satu lagu, secara <i>solo</i> atau dalam sebuah <i>band</i>.<br />
<br />
Karena hanya memainkan satu lagu, maka tidak ada ekspektasi apakah individu tersebut akan melakukan rekaman lagi di studio yang sama pada kesempatan berikutnya.<br />
<br />
Dari sini muncullah istilah <span style="color: #990000;"><b><i>gig employment</i></b></span>, yang dimaknai sebagai <span style="color: #990000;"><b>pekerjaan yang dilakukan satu kali</b></span>, dimana <span style="color: #990000;"><b>pekerja diberi tugas tertentu dalam periode waktu yang sudah ditentukan</b></span> (Abraham, Katharine G., et.al. <i>Measuring the Gig Economy: Current Knowledge and Open Issues</i>, March 2, 2017).<br />
<br />
Sementara Brinkley dalam studinya menggambarkan <span style="color: #990000;"><b><i>gig economy</i></b></span> sebagai <span style="color: #990000;"><b>sektor ekonomi yang terdiri dari pekerja profesional yang bekerja secara independen</b></span> (sering disebut dengan <i>freelancer</i>), dimana mereka <span style="color: #990000;"><b>menerima pekerjaan dari proyek-proyek tunggal berjangka pendek</b></span>, dari institusi (perusahaan maupun organisasi nir-laba) maupun perorangan.<br />
<br />
Adapun <span style="color: #990000;"><b>pondasi utama dari aktivitas ini adalah <i>platform online</i></b></span> yang tersedia pada jaringan internet (Brinkley, Ian. <i>In search of the Gig Economy</i>, The Work Foundation, August, 2016).<br />
<br />
Studi lain menjelaskan aktivitas <span style="color: #990000;"><b><i>gig economy</i> sebagai kesepakatan kerja jangka pendek dengan imbal-balik penghasilan (uang)</b></span>, antara individu dengan individu atau institusi, melalui <i>platform</i> digital yang memfasilitasi kedua pihak.<br />
<br />
Dalam pengertian ini tidak termasuk individu yang menemukan pekerjaan melalui aplikasi lowongan kerja secara <i>online</i>, atau individu yang bergabung dengan <i>platform</i> penjualan <i>online</i>.<br />
<br />
Dengan kata lain, <span style="color: #990000;"><b><i>platform</i> digital</b></span> ini <span style="color: #990000;"><b>semata-mata menghubungkan pemberi kerja dengan <i>freelancer</i></b></span> dalam kaitan dengan pekerjaan yang ditawarkan (Lepanjuuri, Katriina, Robert Wishart, and Peter Cornick. <i>The Characteristics of Those in the Gig Economy</i>, Department for Business, Energy & Industrial Strategy, Final Report, February, 2018).<br />
<br />
<b>2. PERKEMBANGAN AKTIVITAS GIG ECONOMY.</b><br />
<br />
Dari penelitian Lepanjuuri, Wishart, dan Cornick seperti tersebut diatas, diketahui <span style="color: #990000;"><b>jumlah profesional yang bekerja di sektor <i>gig economy</i> di wilayah Inggris Raya</b></span>, sekitar <span style="color: #990000;"><b>2.8 juta jiwa</b></span>, atau setara dengan 4.4% populasi.<br />
<br />
Dari jumlah tersebut, sekitar <span style="color: #990000;"><b>56% merupakan anak muda berusia 18 – 34 tahun</b></span>, dan <span style="color: #990000;"><b>35% lainnya berusia 35 – 54 tahun</b></span>.<br />
<br />
Sementara Brinkley mencatat peningkatan <span style="color: #990000;"><b>jumlah <i>freelancer</i></b></span> yang cukup signifikan <span style="color: #990000;"><b>di wilayah Eropa</b></span>, dari sekitar <span style="color: #990000;"><b>6.2 juta pada 2004</b></span>, menjadi <span style="color: #990000;"><b>8.9 juta di 2013</b></span> (Brinkley, Ian. <i>In search of the Gig Economy</i>, The Work Foundation, August, 2016).<br />
<br />
Dalam laporannya, McKinsey Global Institute mengungkapkan sekitar <span style="color: #990000;"><b>20 – 30% usia produktif</b></span> di Amerika Serikat, Perancis, Spanyol, Inggris, Swedia, dan Jerman, atau tak kurang dari <span style="color: #990000;"><b>162 juta individu</b></span>, <span style="color: #990000;"><b>terlibat dalam pekerjaan profesional independen pada 2016</b></span>.<br />
<br />
Adapun <span style="color: #990000;"><b>alasan para profesional melakukan pekerjaan independen</b></span> antara lain:<br />
<ol>
<li>mereka menjadikan <span style="color: #990000;"><b>pekerjaan independen sebagai sumber penghasilan utama</b></span>.</li>
<li>mereka bekerja sebagai pekerja independen untuk <span style="color: #990000;"><b>memperoleh penghasilan tambahan</b></span>; dalam hal ini, mereka telah memiliki sumber penghasilan utama yang memadai.</li>
<li>mereka sebenarnya <span style="color: #990000;"><b>menginginkan pekerjaan rutin</b></span>, namun <span style="color: #990000;"><b>belum menemukan</b></span> yang sesuai.</li>
<li>mereka melakukan pekerjaan independen karena <span style="color: #990000;"><b>penghasilan utama tidak mencukupi</b></span>.</li>
</ol>
(McKinsey Global Institute. <i>Independent Work: Choice, Necessity, and the Gig Economy</i>, October 2016).<br />
<br />
Penelitian lain memproyeksikan peningkatan <span style="color: #990000;"><b>pekerja independen di Amerika Serikat</b></span> dari <span style="color: #990000;"><b>16.9 juta jiwa di 2016</b></span>, menjadi <span style="color: #990000;"><b>19.2 juta jiwa pada 2021</b></span>.<br />
<br />
Dari jumlah tersebut, tak kurang dari <span style="color: #990000;"><b>50% tenaga kerja di institusi swasta</b></span> terlibat secara <span style="color: #990000;"><b>aktif sebagai pekerja profesional independen</b></span> (Emerge. <i>The Rise of the Gig Economy</i>, Emerge White Paper, 2018).<br />
<br />
<b>3. KEUNGGULAN DAN TANTANGAN GIG ECONOMY.</b><br />
<br />
Terdapat berbagai <span style="color: #990000;"><b>keunggulan pada model aktivitas <i>gig economy</i></b></span>, baik dari sisi pemberi kerja maupun para pekerja profesional, antara lain:<br />
<br />
dari <span style="color: #990000;"><b>perspektif pemberi kerja</b></span>:<br />
<ul>
<li>pemberi kerja bisa <span style="color: #990000;"><b>menentukan</b></span> dari sekian banyak pilihan <span style="color: #990000;"><b>pekerja profesional independen yang akan dipekerjakan</b></span>.</li>
<li>berpotensi <span style="color: #990000;"><b>menghemat biaya</b></span>, daripada jika pekerjaan tersebut dilakukan sendiri.</li>
</ul>
<br />
dari <span style="color: #990000;"><b>sudut-pandang pekerja independen</b></span>:<br />
<ul>
<li>pekerja independen sangat senang dengan <span style="color: #990000;"><b>waktu kerja yang fleksibel</b></span>.</li>
<li>pekerja independen bisa <span style="color: #990000;"><b>menghasilkan lebih banyak kreasi dan inovasi</b></span> yang dibutuhkan pemberi kerja.</li>
</ul>
<br />
Namun demikian, berbagai <span style="color: #990000;"><b>tantangan</b></span> juga melekat <span style="color: #990000;"><b>pada <i>gig economy</i></b></span>, diantaranya:<br />
<ul>
<li>karena <span style="color: #990000;"><b>pekerjaan tidak selalu tersedia</b></span> dan <span style="color: #990000;"><b>persaingan ketat</b></span> diantara para <i>freelancer</i>, maka <span style="color: #990000;"><b>penghasilan yang diperoleh juga tidak menentu</b></span>. Dalam jangka panjang, hal ini harus benar-benar menjadi pertimbangan.</li>
<li>beberapa <span style="color: #990000;"><b>aspek seperti regulasi, perlindungan hukum, dan kewajiban perpajakan</b></span>, perlu mendapatkan perhatian dari pengambil kebijakan publik. </li>
</ul>
<br />
Demikian pemaparan tentang <i>gig economy</i> dan perkembangannya di era digital. **<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>ARTIKEL TERKAIT :</b><br />
<a href="http://www.ajarekonomi.com/2018/05/perkembangan-revolusi-industri-40.html" target="_blank">Perkembangan Revolusi Industri 4.0 (Industrial Revolution 4.0) dan Tantangan ke Depan</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/01/peran-dan-tantangan-industri-fintech.html" target="_blank">Peran dan Tantangan Industri FinTech (Financial Technology) dalam Perekonomian</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/12/menyoroti-perkembangan-industri-ritel.html" target="_blank">Menyoroti Perkembangan Industri Ritel (Retail Industry) di Era Digitalisasi</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/01/digital-economy-ketika-perekonomian-dan.html" target="_blank">Memahami Konsep Ekonomi Digital (Digital Economy)</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-9032798994845849612019-01-08T10:17:00.000+07:002019-01-22T16:10:37.568+07:00Proyeksi Perekonomian Global di 20192019 baru saja dimulai, perekonomian global diprediksi mengalami dinamika menarik, terutama terkait ekonomi domestik di beberapa negara maju dan berkembang, perdagangan internasional yang masih diwarnai perang tarif, serta perkembangan teknologi yang menggeser perilaku produksi dan konsumsi.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicgD_PabdRG4CXC6oM8SO7HxFzHB8PiRvZVz2e3DWVWI0-gGfzzhva_srdI0zJgCB_E9rtH3Dn3q2r-p3Kox7grHDZcr7mXnnJXnJeb7olTxB0Lokc-MW9YrhVoPkzO176SV8Plf_owWC7/s1600/196.+Perekonomian+Global+2019.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Proyeksi Perekonomian Global 2019" border="0" data-original-height="299" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicgD_PabdRG4CXC6oM8SO7HxFzHB8PiRvZVz2e3DWVWI0-gGfzzhva_srdI0zJgCB_E9rtH3Dn3q2r-p3Kox7grHDZcr7mXnnJXnJeb7olTxB0Lokc-MW9YrhVoPkzO176SV8Plf_owWC7/s1600/196.+Perekonomian+Global+2019.jpg" title="Proyeksi Perekonomian Global 2019" width="360" /></a></div>
Pada artikel ini kita akan melihat proyeksi perekonomian global di 2019 beserta dinamika yang berkembang didalamnya.<br />
<br />
Dalam studinya, IMF memprediksikan <span style="color: #990000;"><b>pertumbuhan ekonomi global pada 2019 dikisaran 3.7%</b></span>, terutama didukung oleh stabilnya ekonomi domestik Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa dan beberapa negara berkembang.<br />
<a name='more'></a><br />
Adapun rata-rata pertumbuhan ekonomi di negara maju (terdapat 39 negara yang termasuk dalam <i>developed countries</i>) berada di angka 2.1%, sementara untuk negara berkembang (ada 155 negara dalam kategori <i>emerging markets and developing countries</i>) mencapai 4.7%.<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Jumlah <span style="color: #990000;"><b>populasi penduduk dunia di 2019</b></span> diperkirakan mencapai <span style="color: #990000;"><b>7.55 miliar</b></span> jiwa, dengan rincian sekitar 1.07 miliar jiwa tinggal di negara maju, dan lebih dari 6.48 miliar penduduk berada di negara berkembang.<br />
<br />
Sedangkan besaran <span style="color: #990000;"><b>GDP global pada 2019</b></span> diproyeksikan mencapai <span style="color: #990000;"><b>US$ 88.08 triliun</b></span>, dimana GDP untuk negara maju sebesar US$ 53.04 triliun dan GDP negara berkembang sekitar US$ 35.04 triliun.<br />
<br />
Secara keseluruhan, <span style="color: #990000;"><b>GDP per kapita (<i>current-price based</i>) global pada 2019</b></span> mencapai <span style="color: #990000;"><b>US$ 11.67 ribu</b></span>, dengan rata-rata GDP per kapita di negara maju sebesar US$ 49.4 ribu dan di negara berkembang US$ 5.41 ribu.<br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Inflasi</b></span> untuk tahun ini diprediksikan mencapai <span style="color: #990000;"><b>3.8%</b></span> secara global, dimana inflasi di negara maju berkisar di angka 1.9% dan negara berkembang 5.2% (International Monetary Fund. <i>World Economic Outlook: Chalenges to Steady Growth</i>, October 2018). <br />
<br />
Sementara dalam penelitiannya, Bank Dunia menegaskan beberapa <span style="color: #990000;"><b>poin penting terkait perekonomian dunia di 2019</b></span>, terutama dalam hubungannya dengan perkembangan teknologi, kesempatan memperoleh pendidikan dan keterampilan, ketersediaan lapangan kerja, serta peranan teknologi terapan dalam berbagai bidang kehidupan. <br />
<br />
Berikut rangkumannya:<br />
<ul>
<li><span style="color: #990000;"><b>perkembangan teknologi digital mampu mempercepat proses</b></span>, baik di sektor manufaktur, logistik, hingga jasa layanan pada konsumen.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>platform <i>marketplace</i> menyediakan kesempatan bagi setiap individu</b></span> untuk mengembangkan bisnis dan inovasi, sehingga mampu mendorong percepatan laju perekonomian. </li>
<li><span style="color: #990000;"><b>otomasi (<i>automation</i>) berdampak positif dalam berbagai hal</b></span>, baik dalam proses percepatan produksi hingga peningkatan layanan kesehatan.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>teknologi berperan penting dalam mengasah keterampilan individu</b></span>, melalui berbagai aplikasi yang disediakan jaringan internet.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>di negara-negara maju</b></span> seperti Korea Selatan, Singapura, dan Inggris, <span style="color: #990000;"><b>penerapan teknologi telah memangkas tenaga kerja hingga lebih dari 10%</b></span>.</li>
<li>di wilayah Eropa, <span style="color: #990000;"><b>perubahan teknologi</b></span> mampu <span style="color: #990000;"><b>menggantikan tugas-tugas rutin</b></span> yang ada sebelumnya, dan <span style="color: #990000;"><b>menciptakan lebih dari 23 juta jenis pekerjaan baru</b></span> pada periode 1999 – 2016.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>teknologi mampu meningkatkan standar hidup</b></span> secara global, namun tidak merata di berbagai wilayah.</li>
<li>secara umum <span style="color: #990000;"><b>platform-plaform teknologi membawa dampak positif</b></span>, namun terbatas untuk kalangan yang melek teknologi.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>teknologi menyediakan fasilitas untuk bekerja secara <i>online</i></b></span>, sehingga bisa menggerakkan perekonomian agregat. Fenomena ini dikenal dengan istilah <a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/01/mengenal-konsep-gig-economy-dan.html" target="_blank"><i>gig economy</i></a>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>teknologi meningkatkan daya jelajah pasar dan proses layanan</b></span> (penjualan dan purna jual) secara ringkas dan cepat.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>usia harapan hidup mengalami peningkatan akibat kemajuan teknologi</b></span> pangan, kesehatan, dan medis. Namun demikian hal ini belum merata di tiap negara, dimana masih terdapat banyak kasus anak kurang gizi, kelaparan, dan kematian akibat penyakit yang tidak tertangani secara profesional.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>pendidikan yang menjamin anak-anak memperoleh pengetahuan secara luas juga masih terbatas</b></span>, terutama di negara miskin dan berkembang.</li>
</ul>
<br />
Bank Dunia menyebutkan beberapa <span style="color: #990000;"><b>faktor penting yang harus menjadi perhatian</b></span> negara-negara dalam menghadapi perkembangan perekonomian ke depan, yakni:<br />
<ul>
<li><span style="color: #990000;"><b>investasi pada SDM merupakan prioritas utama</b></span> untuk memenangkan persaingan global.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>pengembangan keterampilan</b></span>, terutama keterampilan kognitif, kemampuan bekerjasama, serta kemampuan beradaptasi terhadap perkembangan jaman.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>investasi pada <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/08/konsep-dan-masalah-pembangunan.html" target="_blank">infrastruktur</a></b></span>, antara lain jalan, pelabuhan, serta penghubung wilayah perdesaan-perkotaan; dengan demikian mampu menjadi daya ungkit untuk pemerataan pembangunan.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>perlindungan sosial bagi setiap individu</b></span>, sehingga mereka mampu mengembangkan potensi diri secara maksimal.</li>
<li>tersedianya <span style="color: #990000;"><b>akses telekomunikasi dan internet yang cepat dan terjangkau</b></span>, sehingga memungkinkan setiap individu meningkatkan kapasitas dan kesempatan kerja.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>SDM berkualitas</b></span> hanya akan berhasil jika <span style="color: #990000;"><b>dikembangkan sejak usia dini</b></span>, meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, dan kesehatan.</li>
</ul>
(World Bank. <i>World Development Report 2019: The Changing Nature of Work</i>, 2019).<br />
<br />
Demikian proyeksi perekonomian global di 2019 beserta dinamika yang berkembang didalamnya. **<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>ARTIKEL TERKAIT :</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/12/melihat-progress-pelaksanaan-agenda.html" target="_blank">Melihat Progress Pelaksanaan SDGs (the Sustainable Development Goals)</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/12/mencermati-situasi-perekonomian-dunia.html" target="_blank">Mencermati Situasi Perekonomian Dunia di 2018</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2017/08/perkembangan-perekonomian-global-2017.html" target="_blank">Perkembangan Perekonomian Global 2017: bertumbuh dalam ketidakpastian</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/07/melihat-situasi-perekonomian-global-2016.html" target="_blank">Melihat Situasi Perekonomian Global 2016</a> Unknownnoreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-79616692678287855122018-12-28T18:52:00.000+07:002019-02-08T08:43:23.763+07:00Pergeseran Ekuilibrium Kurva Keynesian Cross akibat Perubahan Kebijakan FiskalPada materi sebelumnya, kita telah mempelajari konsep <i>Keynesian Cross</i> beserta bentuk persamaan dan kurva’nya.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxBck91bQ0dpOC776RJrdRf97rtZrz1kK7j-wpPPfzFh-AZY6B_-aFZHLJprgaAhnqRuJ5mgyWGGVq_hk00bDKDmI-zkuEqwhhMiynJfIN0-nmbni4Rp_0e3ZSZiYYzBpWJqPZuN7irVkF/s1600/027.+Kebijakan+Pict.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Pergeseran Ekuilibrium pada Kurva Keynesian Cross akibat Perubahan Kebijakan Fiskal" border="0" data-original-height="299" data-original-width="448" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhxBck91bQ0dpOC776RJrdRf97rtZrz1kK7j-wpPPfzFh-AZY6B_-aFZHLJprgaAhnqRuJ5mgyWGGVq_hk00bDKDmI-zkuEqwhhMiynJfIN0-nmbni4Rp_0e3ZSZiYYzBpWJqPZuN7irVkF/s1600/027.+Kebijakan+Pict.jpg" title="Pergeseran Ekuilibrium pada Kurva Keynesian Cross akibat Perubahan Kebijakan Fiskal" width="300" /></a></div>Sekarang kita akan melihat pergeseran ekuilibrium pada kurva <i>Keynesian Cross</i> sebagai dampak dari perubahan kebijakan fiskal, dalam hal ini belanja pemerintah (<i>government spending</i>) dan kebijakan pajak (<i>taxes</i>).<br />
<a name='more'></a><br />
Namun demikian, kita harus mengingat lagi konsep <a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/11/teori-konsumsi-keynes-marginal.html" target="_blank"><i>Keynesian Multiplier</i></a> yang pernah kita pelajari, sehingga mempermudah pemahaman.<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>1. EKUILIBRIUM AWAL KURVA KEYNESIAN CROSS.</b><br />
<br />
Gambar 1. dibawah ini menunjukkan ekuilibrium awal kurva <i>Keynesian Cross</i>.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3yfYqfNDbWqJUShyphenhyphenVgfniVnmoSh3WcNQv9zQ2LRPmaYnFZyN-60EvZnlBDGro4XUIlsBbF8ARZIR77oyyBY5Z55rEv2EYY83qdrJgWkB5z28XkC1qDAOK6KIvoFTLePGi87qWMM-G9f_p/s1600/027.1.+Kurva+Keynesian+Cross.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Keynesian Cross - Ekuilibrium Awal - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi3yfYqfNDbWqJUShyphenhyphenVgfniVnmoSh3WcNQv9zQ2LRPmaYnFZyN-60EvZnlBDGro4XUIlsBbF8ARZIR77oyyBY5Z55rEv2EYY83qdrJgWkB5z28XkC1qDAOK6KIvoFTLePGi87qWMM-G9f_p/s1600/027.1.+Kurva+Keynesian+Cross.jpg" title="Kurva Keynesian Cross - Ekuilibrium Awal - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>X merupakan titik ekuilibrium awal (Y<span style="font-size: x-small;">1</span>, PE<span style="font-size: x-small;">1</span>).</li>
</ul><br />
<b>2. PERUBAHAN KEBIJAKAN BELANJA PEMERINTAH.</b><br />
<br />
Perubahan pada kebijakan belanja pemerintah berpengaruh pada perekonomian agregat; dimana <span style="color: #990000;"><b>semakin besar belanja pemerintah, semakin tinggi besaran PE</b></span> (<i>Planned Expenditure</i>).<br />
<br />
Jadi jika <span style="color: #990000;"><b>belanja pemerintah meningkat sebesar ∆G</b></span>, maka <span style="color: #990000;"><b>kurva PE juga akan bergeser ke atas sebesar ∆G</b></span>. <br />
<br />
Penjelasannya terlihat pada Gambar 2. berikut.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8A9cSjgwFImVUEFp4Y5l8Hv_Z0crj_9Tclv_SJskyfYEu47M1HGsbCj-mVmJC9yJwg07gw0iT1gH-nQpcKA8bQPFcpqYm9RbMsBXKeU2PcmHIhniOIxQE93MdzFuZl7I7xW7lQaZOT3eG/s1600/027.2.+Kurva+Keynesian+Cross+-+Gov+Spending.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Pergeseran Ekuilibrium pada Kurva Keynesian Cross - Gov Spending - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi8A9cSjgwFImVUEFp4Y5l8Hv_Z0crj_9Tclv_SJskyfYEu47M1HGsbCj-mVmJC9yJwg07gw0iT1gH-nQpcKA8bQPFcpqYm9RbMsBXKeU2PcmHIhniOIxQE93MdzFuZl7I7xW7lQaZOT3eG/s1600/027.2.+Kurva+Keynesian+Cross+-+Gov+Spending.jpg" title="Pergeseran Ekuilibrium pada Kurva Keynesian Cross - Gov Spending - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li><span style="color: #990000;"><b>peningkatan belanja pemerintah</b></span> sebesar ∆G akan <span style="color: #990000;"><b>menggeser kurva PE ke atas menjadi PE'</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>ekuilibrium bergeser dari X ke X'</b></span>.</li>
<li>peningkatan ini <span style="color: #990000;"><b>memicu kenaikan <i>level of income</i></b></span> sebesar ∆Y.</li>
<li>perhatikan bahwa ∆Y > ∆G, ini menunjukkan bekerjanya efek multiplier (<i>Keynesian Multiplier</i>).</li>
</ul><br />
<span style="color: #990000;"><b><i>“Mengapa terjadi efek multiplier?”</i></b></span> <br />
<br />
Kita bisa menjelaskan hal tersebut <span style="color: #990000;"><b>melalui fungsi konsumsi</b></span>, <br />
dimana C = C(Y – T). <br />
<br />
Logika sederhananya:<br />
<ul><li><span style="color: #990000;"><b>semakin tinggi <i>level of income</i> (Y), semakin besar konsumsi (C)</b></span>. </li>
<li>kenaikan <span style="color: #990000;"><b>belanja pemerintah berdampak pada peningkatan <i>level of income</i></b></span>, hal ini akan <span style="color: #990000;"><b>memicu peningkatan konsumsi</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>peningkatan konsumsi</b></span> tersebut akan <span style="color: #990000;"><b>mendorong peningkatan <i>level of income</i></b></span>, kemudian <span style="color: #990000;"><b>memicu peningkatan konsumsi</b></span>, dan seterusnya.</li>
</ul><br />
<b>3. PERUBAHAN KEBIJAKAN PAJAK.</b><br />
<br />
Sekarang kita akan melihat <span style="color: #990000;"><b>dampak kebijakan pajak terhadap pergeseran ekuilibrium</b></span> pada kurva <i>Keynesian Cross</i>.<br />
<br />
Kita asumsikan <span style="color: #990000;"><b>terjadi peningkatan besaran pajak sebesar ∆T</b></span>. <br />
<br />
Pergeseran ekuilibrium terlihat pada Gambar 3. <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSMsDIOLmYCAu_1aaLA6L4kSywcxrd3syG3pd4yjzPIMpcXviQlzkiG0TAvh7QDaLIO4fu5ce7JlGS5ENNwCjaFXM5uBJTX5SJlk6oUXYAfCHJ44t3Izp02yxlWkWqb0WxbYIhKmtHsQEL/s1600/027.3.+Kurva+Keynesian+Cross+-+Taxes.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Pergeseran Ekuilibrium pd Kurva Keynesian Cross - Kebijakan Pajak - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgSMsDIOLmYCAu_1aaLA6L4kSywcxrd3syG3pd4yjzPIMpcXviQlzkiG0TAvh7QDaLIO4fu5ce7JlGS5ENNwCjaFXM5uBJTX5SJlk6oUXYAfCHJ44t3Izp02yxlWkWqb0WxbYIhKmtHsQEL/s1600/027.3.+Kurva+Keynesian+Cross+-+Taxes.jpg" title="Pergeseran Ekuilibrium pd Kurva Keynesian Cross - Kebijakan Pajak - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li><span style="color: #990000;"><b>peningkatan pajak</b></span> sebesar ∆T akan <span style="color: #990000;"><b>menggeser kurva PE menjadi PE''</b></span>, yakni sebesar MPC x ∆T (Ingat! peningkatan pajak akan mengurangi kemampuan konsumsi).</li>
<li>terjadi <span style="color: #990000;"><b>pergeseran ekuilibrium dari X ke X''</b></span>.</li>
<li>perhatikan! <span style="color: #990000;"><b>penurunan pada ekuilibrium <i>income</i></b></span> (Y<span style="font-size: x-small;">1</span> ke Y<span style="font-size: x-small;">3</span>) <span style="color: #990000;"><b>lebih besar daripada pergeseran kurva PE</b></span> (dari PE ke PE''); artinya, <span style="color: #990000;"><b>perubahan kebijakan pajak memicu <i>multiplier effect</i></b></span> pada perekonomian.</li>
</ul><br />
Demikian pemaparan tentang pergeseran ekuilibrium pada kurva <i>Keynesian Cross</i> sebagai akibat dari perubahan kebijakan fiskal. *<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Referensi:<br />
<ol><li>Blanchard, Olivier, and David R. Johnson. (2013). <i>Macroeconomics</i>, 6th Edition. Pearson Education, Inc.</li>
<li>Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz. (2011). <i>Macroeconomics</i>, 11th Edition, McGraw-Hill.</li>
<li>Mankiw, N. Gregory. (2010). <i>Macroeconomics</i>, 7th Edition, Worth Publishing.</li>
</ol><b>Materi sebelumnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/12/konsep-keynesian-cross-dan-tercapainya.html" target="_blank">Konsep Keynesian Cross dan Tercapainya Ekuilibrium</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/12/mengenal-pendekatan-investment-i-dan.html" target="_blank">Mengenal Pendekatan Investment (I) dan Saving (S) dalam Konsep Pasar Barang (Goods Market)</a><br />
<br />
<b>Materi selanjutnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/02/memahami-terbentuknya-kurva-is.html" target="_blank">Memahami Terbentuknya Kurva IS</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/02/pergeseran-kurva-is-akibat-perubahan.html" target="_blank">Pergeseran Kurva IS akibat Perubahan Kebijakan Fiskal</a>Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-83262811430892839962018-12-21T08:57:00.000+07:002019-02-14T09:29:17.685+07:00Konsep Keynesian Cross dan Tercapainya EkuilibriumSampai sejauh ini, kita telah memahami Teori Konsumsi Keynes dan Kurva Fungsi Konsumsi. Untuk materi kali ini, kita akan mempelajari konsep <i>Keynesian Cross</i> sebagai pondasi untuk memahami model IS.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7XCrNkkclanOdPYDwe6xzPn1us6NszZoP_6-l-tY-WQmUoTd6l562jZwFhAJYlZu3rn83k2XkDVjF8L3beZWNWHnGsycNWKsVbTp8XZQEiiTmHyxzXIMP4RdYeVgYs18iGPvnsAgh9yVP/s1600/026.+Keynesian+Cross+-+Pict.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="252" data-original-width="448" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7XCrNkkclanOdPYDwe6xzPn1us6NszZoP_6-l-tY-WQmUoTd6l562jZwFhAJYlZu3rn83k2XkDVjF8L3beZWNWHnGsycNWKsVbTp8XZQEiiTmHyxzXIMP4RdYeVgYs18iGPvnsAgh9yVP/s320/026.+Keynesian+Cross+-+Pict.jpg" width="360" /></a></div>
<b>1. PENGERTIAN KEYNESIAN CROSS.</b><br />
<br />
Pada prinsipnya, <span style="color: #990000;"><b>kurva IS menjelaskan hubungan antara suku bunga (<i>interest rate</i>) dengan tingkat pendapatan (<i>level of income</i>)</b></span> yang ada di pasar barang.<br />
<br />
Untuk memahami konstruksi kurva IS, kita perlu terlebih dahulu mengerti konsep <i>Keynesian Cross</i>.<br />
<a name='more'></a><br />
<span style="color: #990000;"><b><i>Keynesian Cross</i></b></span> pada dasarnya merupakan <span style="color: #990000;"><b>interpretasi sederhana atas teori Keynes tentang bagaimana level pendapatan nasional (<i>national income</i>) ditentukan</b></span>, sekaligus menjadi pondasi konsep yang lebih kompleks, yakni model IS-LM.<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Keynes menyatakan bahwa <span style="color: #990000;"><b>dalam jangka pendek, <i>total income</i> ditentukan oleh rencana pengeluaran/belanja sektor rumahtangga (<i>households</i>), perusahaan (<i>firms</i>), dan pemerintah (<i>government</i>)</b></span> (Ingat! Y ≡ C + I + G).<br />
<br />
Secara sederhana, <span style="color: #990000;"><b>pandangan Keynes tersebut mengandung arti</b></span> sebagai berikut:<br />
<ul>
<li><span style="color: #990000;"><b>semakin banyak jumlah yang dibelanjakan, semakin banyak pula output barang/jasa yang bisa terjual</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>semakin banyak kuantitas penjualan dari perusahaan, semakin banyak pula output yang mereka produksi dan semakin banyak juga serapan tenaga kerja</b></span>.</li>
</ul>
<br />
Pandangan inilah yang menjadi salah satu <span style="color: #990000;"><b>basis pendapat Keynes tentang pemicu krisis ekonomi Amerika Serikat di era 1930’an</b></span> (<i>the Great Depression</i>), yakni <span style="color: #990000;"><b>kurangnya aktivitas belanja</b></span>.<br />
<br />
Pendapat Keynes tersebut dijelaskan melalui konsep <i>Keynesian Cross</i>.<br />
<br />
Terdapat <span style="color: #990000;"><b>dua instrumen penting dalam <i>Keynesian Cross</i></b></span>, yakni:<br />
<ul>
<li><span style="color: #990000;"><b><i>Actual Expenditure</i> (AE)</b></span> atau pengeluaran aktual. Ini merupakan <span style="color: #990000;"><b>jumlah pengeluaran riil</b></span> dari sektor rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah, untuk belanja barang/jasa. AE ini tidak lain adalah GDP (Ingat! Y ≡ Z ≡ GDP).</li>
<li><span style="color: #990000;"><b><i>Planned Expenditure</i> (PE)</b></span> atau rencana pengeluaran. Ini menunjukkan <span style="color: #990000;"><b>pengeluaran yang direncanakan/disiapkan</b></span> oleh sektor rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah, untuk belanja barang/jasa.</li>
</ul>
<br />
<span style="color: #990000;"><b><i>"Mengapa dibedakan antara AE dan PE?"</i></b></span> <br />
<br />
Karena <span style="color: #990000;"><b>ada kemungkinan, misalnya perusahaan tidak mampu menjual output sesuai rencana</b></span>; artinya, terdapat output yang tidak terjual. Output ini menjadi persediaan barang (<i>inventory</i>), sekaligus menjadi komponen investasi (I) bagi perusahaan.<br />
<br />
Dengan demikian, <span style="color: #990000;"><b>ekonomi akan mencapai ekuilibrium apabila besarnya <i>actual expenditure</i> sama dengan <i>expected expenditure</i></b></span>. <br />
<br />
Persamaannya sebagai berikut:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOwQEZIn78FvmaLSFQ5121szRwvx8Um9QY_Xo5KZXGHe7LzYMockmN4Vx9k0TCbucZCqQtivnT9YlsPk1oq1PQ8Yfd1PhwJkKbjvN3BvPR7XVFBf7OaYnDlnWMQbiaJO_ndCSsHBCJT6Pj/s1600/026.A.+Persamaan+AE+dan+PE.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Ekuilibrium tercapai ketika AE = PE - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="78" data-original-width="448" height="100" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhOwQEZIn78FvmaLSFQ5121szRwvx8Um9QY_Xo5KZXGHe7LzYMockmN4Vx9k0TCbucZCqQtivnT9YlsPk1oq1PQ8Yfd1PhwJkKbjvN3BvPR7XVFBf7OaYnDlnWMQbiaJO_ndCSsHBCJT6Pj/s1600/026.A.+Persamaan+AE+dan+PE.jpg" title="Ekuilibrium tercapai ketika AE = PE - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div>
<br />
Jika ekuilibrium tercapai ketika <span style="color: #990000;"><b>AE = PE</b></span>, sementara <span style="color: #990000;"><b>AE = GDP</b></span>, maka kita bisa membuat persamaan baru seperti berikut:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMzrbYbikGVXqcX4va3m_0VhUaAy19qc5QRoXQh3WIxn1BqPCqazck3oTKFhN9hw2AGBJsmG5wTSTm_RemLXH0XUipreXyWBLq9JfR4M003fPYqCUCCP5HBydvWyaRfZska1LO1e0sI1JT/s1600/026.B.+Persamaan+GDP%252C+Y%252C+dan+PE.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Ekuilibrium tercapai ketika GDP = Y = Planned Expenditure - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="212" data-original-width="448" height="270" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMzrbYbikGVXqcX4va3m_0VhUaAy19qc5QRoXQh3WIxn1BqPCqazck3oTKFhN9hw2AGBJsmG5wTSTm_RemLXH0XUipreXyWBLq9JfR4M003fPYqCUCCP5HBydvWyaRfZska1LO1e0sI1JT/s1600/026.B.+Persamaan+GDP%252C+Y%252C+dan+PE.jpg" title="Ekuilibrium tercapai ketika GDP = Y = Planned Expenditure - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div>
<br />
Sekarang kita menggunakan <span style="color: #990000;"><b>asumsi perekonomian tertutup</b></span>, dimana <span style="color: #990000;"><b>Y ≡ GDP ≡ C + I + G</b></span>.<br />
<br />
Maka jika <span style="color: #990000;"><b>persamaan diatas digabungkan</b></span>, akan menjadi:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLWeTAmo9d-ORGAHiQdlQHfIaHpPi3ZQwGzou8Gv6a31A-tcoEFDOd6YDyzsThTS31pmhX56_j6aD6YbvvALLyvREPN0e9M6oHoroxA8jJpOQsO0Ylh7s5QCQPEnaJoOGI432qXbOH3egG/s1600/026.C.+Persamaan+PE+sebagai+Fungsi+Income.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Persamaan Planned Expenditure sebagai Fungsi Income - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="210" data-original-width="448" height="270" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgLWeTAmo9d-ORGAHiQdlQHfIaHpPi3ZQwGzou8Gv6a31A-tcoEFDOd6YDyzsThTS31pmhX56_j6aD6YbvvALLyvREPN0e9M6oHoroxA8jJpOQsO0Ylh7s5QCQPEnaJoOGI432qXbOH3egG/s1600/026.C.+Persamaan+PE+sebagai+Fungsi+Income.jpg" title="Persamaan Planned Expenditure sebagai Fungsi Income - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div>
<br />
Untuk saat ini, kita <span style="color: #990000;"><b>asumsikan T, I, dan G, merupakan faktor tetap (<i>exogenous factor</i>)</b></span>.<br />
<br />
Dengan demikian <span style="color: #990000;"><b>PE bisa dilihat sebagai fungsi pendapatan</b></span>, dimana <span style="color: #990000;"><b>besarnya PE ditentukan oleh besarnya <i>income</i></b></span> (prinsip ini mengingatkan kita kembali pada materi fungsi konsumsi, dimana besarnya konsumsi ditentukan oleh besarnya <i>income</i>).<br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Kurva <i>Planned Expenditure</i></b></span> terlihat seperti pada Gambar 1. <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYCdEMOj1GkWc1PBjn2F3YbHUxOuKigFhuCqaNcBBXH8MN3W6C1N-D5nTM8I1z2viYROxEfQptBsMHYbSiZ_k3PuBmvE1vchuHhDQZDyN1lw5Edyi4hhs6Q-QNTGYcvu6dNRdEVHNGFJip/s1600/026.1.+Kurva+Planned+Expenditure.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Planned Expenditure - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYCdEMOj1GkWc1PBjn2F3YbHUxOuKigFhuCqaNcBBXH8MN3W6C1N-D5nTM8I1z2viYROxEfQptBsMHYbSiZ_k3PuBmvE1vchuHhDQZDyN1lw5Edyi4hhs6Q-QNTGYcvu6dNRdEVHNGFJip/s1600/026.1.+Kurva+Planned+Expenditure.jpg" title="Kurva Planned Expenditure - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li>ingat kembali, pada fungsi konsumsi terdapat <i>autonomous consumption</i> (selalu ada konsumsi meskipun pendapatan sebesar nol), prinsip ini juga berlaku untuk kurva PE.</li>
</ul>
<br />
<b>2. KURVA KEYNESIAN CROSS.</b><br />
<br />
Dari pemahaman diatas, kita bisa <span style="color: #990000;"><b>menggambarkan kurva AE dan PE dalam sebuah diagram</b></span>.<br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Relasi antara kurva AE dan kurva PE inilah yang disebut dengan <i>Keynesian Cross</i></b></span>.<br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Kurva <i>Keynesian Cross</i></b></span> terlihat sebagai berikut:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxlEQONSjd2l5Ec10SW3LbYHRVRXZ_kMz6fEcijLE_wbNvVK6lmu2bcdVfA60hZ5G9y-mxZmkUPx6frHxgM_yZ2Vaim_zshOtEM3DC3E5K-khyphenhyphenYTnAVSKsWph4CWo9mxeujRk6xwcAEict/s1600/026.2.+Kurva+Keynesian+Cross.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Keynesian Cross - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxlEQONSjd2l5Ec10SW3LbYHRVRXZ_kMz6fEcijLE_wbNvVK6lmu2bcdVfA60hZ5G9y-mxZmkUPx6frHxgM_yZ2Vaim_zshOtEM3DC3E5K-khyphenhyphenYTnAVSKsWph4CWo9mxeujRk6xwcAEict/s1600/026.2.+Kurva+Keynesian+Cross.jpg" title="Kurva Keynesian Cross - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<ul>
<li><span style="color: #990000;"><b>kurva AE merupakan garis lurus membentuk sudut 45˚</b></span>, dimana Y ≡ PE.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>X adalah titik ekuilibrium</b></span>, dimana <span style="color: #990000;"><b>terjadi persinggungan (<i>cross</i>) antara kurva AE dengan kurva PE</b></span>.</li>
</ul>
<br />
<b>3. PENYESUAIAN EKUILIBRIUM.</b><br />
<br />
Seperti kita pahami sebelumnya, ekuilibrium tercapai saat AE = PE. <br />
<br />
<span style="color: #990000;"><i><b>"Lantas bagaimana jika AE ≠ PE, bagaimana perekonomian menyesuaikan diri menuju ekuilibrium?"</b></i></span><br />
<br />
Dalam hal ini, <span style="color: #990000;"><b>komponen persediaan barang (<i>inventory</i>) memainkan peranan</b></span>. <br />
<br />
Logika berpikirnya demikian:<br />
<ul>
<li><span style="color: #990000;"><b>jika keseimbangan ekonomi belum tercapai</b></span>, maka <span style="color: #990000;"><b>perusahaan akan melakukan perubahan pada <i>inventory</i></b></span> (dengan mengurangi atau menambah). Akibatnya, <span style="color: #990000;"><b>terjadi perubahan pada tingkat produksi</b></span>.</li>
<li>perubahan tingkat produksi pada gilirannya akan <span style="color: #990000;"><b>memicu perubahan pada <i>expenditure</i> dan <i>level of income</i></b></span> (Ingat lagi hukum permintaan-penawaran!), sehingga akan <span style="color: #990000;"><b>mendorong ekonomi menuju ekuilibrium</b></span>.</li>
</ul>
<br />
Penjelasannya bisa dilihat melalui Gambar 3. dibawah ini.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4ydku_zTulFiNGcwUFNltvvBJT2HMvBNT_vwuLpxEYy8NKPx4oBuNzbia7UEaAy5a_aQilKrRfbFTX9fjIsQE4-mV0SZo9bVs5HNQxC9zOYWAdX5ew3h9ACdPS5ocWN8o1SrbzJY4olVc/s1600/026.3.+Penyesuaian+Ekuilibrium+pada+Kurva+Keynesian+Cross.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Penyesuaian Ekuilbrium pada Kurva Keynesian Cross - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4ydku_zTulFiNGcwUFNltvvBJT2HMvBNT_vwuLpxEYy8NKPx4oBuNzbia7UEaAy5a_aQilKrRfbFTX9fjIsQE4-mV0SZo9bVs5HNQxC9zOYWAdX5ew3h9ACdPS5ocWN8o1SrbzJY4olVc/s1600/026.3.+Penyesuaian+Ekuilibrium+pada+Kurva+Keynesian+Cross.jpg" title="Penyesuaian Ekuilbrium pada Kurva Keynesian Cross - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>
keterangan:<br />
<b>Situasi I:</b><br />
<ul>
<li>saat <span style="color: #990000;"><b>perusahaan berproduksi di level Y<span style="font-size: xx-small;">1</span></b></span>, maka <span style="color: #990000;"><b>PE < AE</b></span> (besanya adalah selisih antara PE<span style="font-size: xx-small;">1</span> dengan Y<span style="font-size: xx-small;">1</span>, atau <span style="color: #990000;"><b><span style="font-size: large;">a</span></b></span>). </li>
<li>dalam hal ini, <span style="color: #990000;"><b>perusahaan memproduksi output lebih banyak dari kebutuhan</b></span>, sehingga <span style="color: #990000;"><b>menambah jumlah persediaan barang</b></span>. </li>
<li>hal ini <span style="color: #990000;"><b>mendorong perusahaan untuk mengurangi kapasitas produksi</b></span>, sehingga <span style="color: #990000;"><b>berdampak pada penurunan pendapatan</b></span>. </li>
<li>kondisi ini akan <span style="color: #990000;"><b>mendorong perekonomian menuju ekuilibrium</b></span>.</li>
</ul>
<b>Situasi II:</b><br />
<ul>
<li>ketika <span style="color: #990000;"><b>perusahaan berproduksi di level Y<span style="font-size: xx-small;">2</span></b></span>, maka <span style="color: #990000;"><b>PE > AE</b></span> (besarnya adalah selisih antara PE<span style="font-size: xx-small;">2</span> dengan Y<span style="font-size: xx-small;">2</span>, atau <span style="color: #990000;"><b><span style="font-size: large;">b</span></b></span>); artinya <span style="color: #990000;"><b>penjualan mengalami peningkatan</b></span>. </li>
<li>akibatnya, <span style="color: #990000;"><b><i>inventory</i> akan berkurang</b></span>.</li>
<li>untuk itu, <span style="color: #990000;"><b>perusahaan akan meningkatkan kapasitas produksi</b></span>. </li>
<li>peningkatan produksi akan <span style="color: #990000;"><b>memicu peningkatan jumlah tenaga kerja, pendapatan, serta GDP</b></span>.</li>
<li>hal tersebut akan <span style="color: #990000;"><b>mendorong perekonomian menuju ekuilibrium</b></span>.</li>
</ul>
<br />
Demikian penjelasan tentang konsep <i>Keynesian Cross</i> dan tercapainya ekuilibrium. *<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Referensi:<br />
<ol>
<li>Blanchard, Olivier, and David R. Johnson. (2013). <i>Macroeconomics</i>, 6th Edition. Pearson Education, Inc.</li>
<li>Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz. (2011). <i>Macroeconomics</i>, 11th Edition, McGraw-Hill.</li>
<li>Mankiw, N. Gregory. (2010). <i>Macroeconomics</i>, 7th Edition, Worth Publishing.</li>
</ol>
<b>Materi sebelumnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/12/mengenal-pendekatan-investment-i-dan.html" target="_blank">Mengenal Pendekatan Investment (I) dan Saving (S) dalam Konsep Pasar Barang (Goods Market)</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/11/teori-konsumsi-keynes-marginal.html" target="_blank">Teori Konsumsi Keynes, Marginal Propensity to Consume (MPC), Marginal Propensity to Save (MPS), dan Kurva Fungsi Konsumsi</a> <br />
<br />
<b>Materi selanjutnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/12/pergeseran-ekuilibrium-kurva-keynesian.html" target="_blank">Pergeseran Ekuilibrium Kurva Keynesian Cross akibat Perubahan Kebijakan Fiskal</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2019/02/memahami-terbentuknya-kurva-is.html" target="_blank">Memahami Terbentuknya Kurva IS</a> Unknownnoreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-2718079193116219342018-12-14T08:03:00.000+07:002019-02-14T09:26:33.907+07:00Mengenal Pendekatan Investment (I) dan Saving (S) dalam Konsep Pasar Barang (Goods Market)Pada materi terdahulu, kita telah mempelajari output ekonomi agregat melalui pendekatan total permintaan (<i>agregate demand</i>), maupun <i>income allocation</i>, dimana Z ≡ Y ≡ C + I + G + NX. <br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhauChqtC-hXr3LfDebgTPptx3ms6l_ET8OFOwrN0tuOp3PpJPw6tYmfPH4pXcXKWqEhh4wWsKNRHc5a4xfpfeDaY4T-On9WVGmRZJFL7Ac8pc8YZb2gDpRT5EXJi38OQ8WWBqINet21z5F/s1600/025.+Pendekatan+Model+Investment+-+Pict.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Pendekatan Investment (I) dan Saving (S) untuk Memahami Pasar Barang (Goods Market)" border="0" data-original-height="252" data-original-width="448" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhauChqtC-hXr3LfDebgTPptx3ms6l_ET8OFOwrN0tuOp3PpJPw6tYmfPH4pXcXKWqEhh4wWsKNRHc5a4xfpfeDaY4T-On9WVGmRZJFL7Ac8pc8YZb2gDpRT5EXJi38OQ8WWBqINet21z5F/s1600/025.+Pendekatan+Model+Investment+-+Pict.jpg" title="Pendekatan Investment (I) dan Saving (S) untuk Memahami Pasar Barang (Goods Market)" width="320" /></a></div>Mulai materi ini hingga beberapa ulasan mendatang, kita akan memahami konteks tersebut secara lebih mendalam, terutama dalam kaitannya dengan pasar barang (<i>goods market</i>) dan pasar uang (<i>money market</i>).<br />
<br />
Sebagai permulaan, kita akan mengenal pendekatan <i>investment</i> (I) dan <i>saving</i> (S) dalam konsep pasar barang.<br />
<a name='more'></a><br />
Tulisan ini sekaligus sebagai pengantar untuk materi selanjutnya, yakni model IS, terbentuknya kurva IS, dan tercapainya ekuilibrium pasar barang (<i>goods-market equilibrium</i>).<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>1. PENDEKATAN I DAN S DALAM KONSEP PASAR BARANG.</b><br />
<br />
Sebelumnya harus dipahami bahwa komponen <span style="color: #990000;"><b><i>saving</i> terdiri dari dua unsur</b></span>, yaitu:<br />
<ul><li><span style="color: #990000;"><b><i>private saving</i></b></span> atau tabungan perorangan/sektor rumahtangga.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b><i>public saving</i></b></span> atau tabungan pemerintah.</li>
</ul><br />
Adapun <span style="color: #990000;"><b>persamaan <i>private saving</i></b></span> sesuai dengan Teori Konsumsi Keynes adalah:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqIiqNyF7u75Mbr6Or6evJg9wys9RmiIH60riLoQtHGjBUHujnTLhW64ZWRiYuzQb7UVZZx27MBsryDoZ_b9zMoucZOkYOwshPzmHXDZsqOxf1BC5fKsG3YsIrZ8hRg5qmiMocuVCexD5d/s1600/025.A.+Persamaan+Private+Saving.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Persamaan Private Saving - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="142" data-original-width="448" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqIiqNyF7u75Mbr6Or6evJg9wys9RmiIH60riLoQtHGjBUHujnTLhW64ZWRiYuzQb7UVZZx27MBsryDoZ_b9zMoucZOkYOwshPzmHXDZsqOxf1BC5fKsG3YsIrZ8hRg5qmiMocuVCexD5d/s1600/025.A.+Persamaan+Private+Saving.jpg" title="Persamaan Private Saving - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div><br />
Sementara besarnya <span style="color: #990000;"><b><i>public saving</i> dihitung dari pendapatan pemerintah minus belanja pemerintah</b></span>.<br />
<br />
Persamaannya sebagai berikut:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicKUDUNj6nJt7P0O0Ba-DJo3jby80Inm2lxIKrzjexesZOJcW3PkTo-NMRidZtE7Ib5MrgDNsRUtm0pm5_XJrkjJ2WpEomDsCW6LYPO27RCP5jC-FcJc3uKZnahHHwg4ltT_6qJf8plH58/s1600/025.B.+Persamaan+Public+Saving.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Persamaan Public Saving - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="77" data-original-width="448" height="100" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicKUDUNj6nJt7P0O0Ba-DJo3jby80Inm2lxIKrzjexesZOJcW3PkTo-NMRidZtE7Ib5MrgDNsRUtm0pm5_XJrkjJ2WpEomDsCW6LYPO27RCP5jC-FcJc3uKZnahHHwg4ltT_6qJf8plH58/s1600/025.B.+Persamaan+Public+Saving.jpg" title="Persamaan Public Saving - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>jika <span style="color: #990000;"><b>T > G</b></span>, artinya pemerintah mengalami <span style="color: #990000;"><b>surplus anggaran (<i>budget surplus</i>)</b></span>.</li>
<li>jika <span style="color: #990000;"><b>T < G</b></span>, maka terjadi <span style="color: #990000;"><b>defisit anggaran (<i>budget deficit</i>)</b></span>. </li>
<li>dalam realita, <span style="color: #990000;"><b>penerimaan pemerintah tidak hanya berasal dari pajak (T)</b></span>. Ada komponen penerimaan yang disebut dengan Penerimaan Negara Bukan Pajak (<i>Non-tax State Revenue</i>), misalnya cukai dan hasil lelang atas barang sitaan negara. Persamaan diatas merupakan bentuk penyederhanaan untuk mempermudah pemahaman.</li>
</ul><br />
Sekarang kita <span style="color: #990000;"><b>gunakan kembali persamaan Y ≡ C + I +G</b></span>.<br />
<br />
Kita <span style="color: #990000;"><b>masukkan komponen T pada bilah kiri dan kanan</b></span> (sebagai unsur pengurang), serta <span style="color: #990000;"><b>memindahkan komponen C ke bilah kiri</b></span>, sehingga persamaannya menjadi:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj70kWLwGBXEgUqJho0n3pZJTF-nXinZELPh1sEG6O79hk1GEnJQ5ffomatntnI5aVyfmym4pS92abmnIXsFJWFQ8grg6jO0Yb2V4Ds7YDWRWe0-EGgWK-l8nGHU0tpTHD_-DjwnkmDoemR/s1600/025.C.+Persamaan+Private+Public+Saving.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Konstruksi Persamaan Private Saving dan Public Saving - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="210" data-original-width="448" height="270" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj70kWLwGBXEgUqJho0n3pZJTF-nXinZELPh1sEG6O79hk1GEnJQ5ffomatntnI5aVyfmym4pS92abmnIXsFJWFQ8grg6jO0Yb2V4Ds7YDWRWe0-EGgWK-l8nGHU0tpTHD_-DjwnkmDoemR/s1600/025.C.+Persamaan+Private+Public+Saving.jpg" title="Konstruksi Persamaan Private Saving dan Public Saving - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>persamaan diatas membuktikan bahwa <span style="color: #990000;"><b>besarnya investasi merupakan gabungan antara <i>private saving</i> dan <i>public saving</i></b></span>.</li>
</ul><br />
<b>2. MENUJU EKUILIBRIUM PASAR BARANG DAN MODEL IS.</b><br />
<br />
Pemahaman diatas sekaligus menjelaskan mengapa <span style="color: #990000;"><b>ekuilibrium di pasar barang disebut dengan istilah IS (<i>Investment equals Saving</i>)</b></span>. Ulasan terkait hal tersebut akan kita pelajari secara lebih terperinci pada materi-materi berikutnya.<br />
<br />
Pemahaman tersebut juga mengandung makna bahwa <span style="color: #990000;"><b>untuk mencapai keseimbangan, besarnya investasi yang dilakukan oleh perusahaan (<i>firms</i>) harus setara dengan tabungan yang dilakukan oleh sektor rumahtangga dan pemerintah</b></span>. <br />
<br />
Demikian uraian terkait pendekatan <i>investment</i> dan <i>saving</i> untuk memahami pasar barang. *<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Referensi:<br />
<ol><li>Blanchard, Olivier, and David R. Johnson. (2013). <i>Macroeconomics</i>, 6th Edition. Pearson Education, Inc.</li>
<li>Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz. (2011). <i>Macroeconomics</i>, 11th Edition, McGraw-Hill.</li>
<li>Mankiw, N. Gregory. (2010). <i>Macroeconomics</i>, 7th Edition, Worth Publishing.</li>
</ol><b>Materi sebelumnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/11/teori-konsumsi-keynes-marginal.html" target="_blank">Teori Konsumsi Keynes, Marginal Propensity to Consume (MPC), Marginal Propensity to Save (MPS), dan Kurva Fungsi Konsumsi</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/11/indeks-harga-konsumen-indeks-harga.html" target="_blank">Indeks Harga Konsumen, Indeks Harga Produsen, dan Penentuan Tingkat Inflasi</a><br />
<br />
<b>Materi selanjutnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/12/konsep-keynesian-cross-dan-tercapainya.html" target="_blank">Konsep Keynesian Cross dan Tercapainya Ekuilibrium</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/12/pergeseran-ekuilibrium-kurva-keynesian.html" target="_blank">Pergeseran Ekuilibrium Kurva Keynesian Cross akibat Perubahan Kebijakan Fiskal</a> Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-64295284579376401142018-11-30T08:30:00.001+07:002019-02-14T09:38:01.544+07:00Teori Konsumsi Keynes, Marginal Propensity to Consume (MPC), Marginal Propensity to Save (MPS), dan Kurva Fungsi KonsumsiSejauh ini kita telah mempelajari komposisi GDP pada beberapa model perekonomian. Untuk materi berikut, kita akan memahami teori konsumsi Keynes (<i>Keynes’ consumption theory</i>), <i>Marginal Propensity to Consume</i> (MPC), dan <i>Marginal Propensity to Save</i> (MPS).<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjrpViZfnZnJK-jFBrkeaL4VYbDo05MXMy2sbfxDdGf_9lF5KSS71y8cQFxB-HvoCNifjT863mJdAyhlJ4x8eA0Kpy_6TXqFU2NDE-UOwFRl7odjyKVwpVGuHjGElfF2aLKviCo-HAIYgD/s1600/024.+Teori+Konsumsi+Keynes+-+Pict.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Teori Konsumsi Keynes, Marginal Propensity to Consume (MPC), Marginal Propensity to Save (MPS), dan Kurva Fungsi Konsumsi" border="0" data-original-height="315" data-original-width="448" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgjrpViZfnZnJK-jFBrkeaL4VYbDo05MXMy2sbfxDdGf_9lF5KSS71y8cQFxB-HvoCNifjT863mJdAyhlJ4x8eA0Kpy_6TXqFU2NDE-UOwFRl7odjyKVwpVGuHjGElfF2aLKviCo-HAIYgD/s1600/024.+Teori+Konsumsi+Keynes+-+Pict.jpg" title="Teori Konsumsi Keynes, Marginal Propensity to Consume (MPC), Marginal Propensity to Save (MPS), dan Kurva Fungsi Konsumsi" width="350" /></a></div><b>1. TEORI KONSUMSI KEYNES.</b><br />
<br />
Untuk menjelaskan teori konsumsi Keynes, pertama-tama kita harus selalu mengingat persamaan <i>agregate output</i> (Z) atau <i>national income</i> (Y), dimana Z ≡ Y, dan Y ≡ C + I + G +NX; harus dicatat juga bila persamaan tersebut tidak memasukkan faktor depresiasi dan <i>transfer payment</i>.<br />
<a name='more'></a><br />
Selanjutnya, kita mesti memahami <span style="color: #990000;"><b>asumsi-asumsi yang mendasari teori konsumsi Keynes</b></span>, yakni:<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<ul><li>semua perusahaan memproduksi output yang dikonsumsi oleh konsumen, perusahaan, atau pemerintah; dalam hal ini, <span style="color: #990000;"><b>fokus utama adalah pada pasar barang (<i>goods market</i>)</b></span>. </li>
<li>perusahaan mau menyediakan produk dengan harga berapapun; dengan demikian, <span style="color: #990000;"><b>fokusnya pada perilaku permintaan (<i>demand</i>) dalam menentukan output</b></span>. </li>
<li>teori ini hanya <span style="color: #990000;"><b>berlaku untuk model ekonomi jangka pendek (<i>the short-run approach</i>)</b></span>.</li>
<li>sistem ekonomi yang digunakan adalah <span style="color: #990000;"><b>sistem tertutup (<i>closed-economy</i>)</b></span>; sehingga dengan tidak adanya ekspor dan impor, <span style="color: #990000;"><b>fokusnya terletak pada permintaan domestik</b></span>.</li>
</ul><br />
<b>1.1. Fungsi Konsumsi (Consumption Function).</b><br />
<br />
Perilaku konsumsi dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama <i>income</i> (Y), lebih tepatnya <i>disposable income</i> atau pendapatan yang tersedia untuk dibelanjakan (Y<span style="font-size: xx-small;">D</span>).<br />
<br />
Dengan demikian, <span style="color: #990000;"><b>fungsi konsumsi merupakan persamaan yang menjelaskan perilaku konsumen rumahtangga dalam menggunakan pendapatan yang tersedia untuk dibelanjakan</b></span>.<br />
<br />
Adapun besarnya <span style="color: #990000;"><b><i>disposable income</i> (Y<span style="font-size: xx-small;">D</span>) setara dengan <i>income</i> setelah dikurangi pajak (T)</b></span>. <br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Persamaannya</b></span> sebagai berikut: <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdmSb-LDhkzOTCDW3vl6B6N6qUwpqZg1nGYsHjkGEieZmWhDLbEAmyAlzNOV0XktqzBL3wW4MatbSX259T_L7me-YK9RxrDwHv9KBwYw0i8JY6d9OEsvh4DPip4F0l2w0N5jG5bIrDGNmP/s1600/024.A.+Persamaan+Disposable+Income+%2528YD%2529.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Persamaan Disposable Income (YD) - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="78" data-original-width="448" height="100" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdmSb-LDhkzOTCDW3vl6B6N6qUwpqZg1nGYsHjkGEieZmWhDLbEAmyAlzNOV0XktqzBL3wW4MatbSX259T_L7me-YK9RxrDwHv9KBwYw0i8JY6d9OEsvh4DPip4F0l2w0N5jG5bIrDGNmP/s1600/024.A.+Persamaan+Disposable+Income+%2528YD%2529.jpg" title="Persamaan Disposable Income (YD) - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div><br />
Secara konseptual, <span style="color: #990000;"><b>konsumsi terdiri dari dua unsur</b></span>, yakni:<br />
<ol><li><span style="color: #990000;"><b><i>autonomous consumption</i> (C<span style="font-size: xx-small;">0</span>)</b></span>, yakni besaran konsumsi minimal pada saat <i>income</i> sebesar nol (Ingat! meskipun tidak memiliki pendapatan, setiap individu pasti melakukan konsumsi).</li>
<li><span style="color: #990000;"><b><i>induced consumption</i> (cY<span style="font-size: xx-small;">D</span>)</b></span>, yaitu konsumsi yang muncul akibat adanya <i>income</i>.</li>
</ol>Adapun <span style="color: #990000;"><b>persamaan konsumsi</b></span> adalah:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsoKu4yRdlx2GoZSgSe2AXbCU3sLr4EsNkA5vur0JeZcWtvSQXTZTHjqJ8li1gfknvpmPqHhvdhBpuBV8l54GYS9C2dOe3y2ERZMq3t4P6vSEFLXphcQAQYiXVEPPqw-oEG5zv3RcCCg-q/s1600/024.B.+Fungsi+Konsumsi+Lengkap.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Persamaan Fungsi Konsumsi - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="210" data-original-width="448" height="270" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsoKu4yRdlx2GoZSgSe2AXbCU3sLr4EsNkA5vur0JeZcWtvSQXTZTHjqJ8li1gfknvpmPqHhvdhBpuBV8l54GYS9C2dOe3y2ERZMq3t4P6vSEFLXphcQAQYiXVEPPqw-oEG5zv3RcCCg-q/s1600/024.B.+Fungsi+Konsumsi+Lengkap.jpg" title="Persamaan Fungsi Konsumsi - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div><br />
<b>1.2. Marginal Propensity to Consume (MPC) dan Average Propensity to Consume (APC).</b><br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b><i>Marginal Propensity to Consume</i> (MPC) menunjukkan dampak penambahan setiap unit <i>disposable income</i> pada besarnya konsumsi</b></span>.<br />
<br />
Adapun <span style="color: #990000;"><b>persamaan MPC</b></span> adalah sebagai berikut:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4Tl3rsRXLaO8YaY2CZPPUt0N5-Fs7omiL622RscWN-Tb-UdDaJKCd1EceynOzmXIsB96qdnmYNnlp2Iyet4PsXbSdjjU2CUvW5bq9GE5G_qN5i4SBvIjM77WbiVTldl-MnTU4xls3u6je/s1600/024.C.+Persamaan+MPC.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Persamaan Marginal Propensity to Consume (MPC) - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="78" data-original-width="448" height="100" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4Tl3rsRXLaO8YaY2CZPPUt0N5-Fs7omiL622RscWN-Tb-UdDaJKCd1EceynOzmXIsB96qdnmYNnlp2Iyet4PsXbSdjjU2CUvW5bq9GE5G_qN5i4SBvIjM77WbiVTldl-MnTU4xls3u6je/s1600/024.C.+Persamaan+MPC.jpg" title="Persamaan Marginal Propensity to Consume (MPC) - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div><br />
Gambaran sederhananya:<br />
<ul><li>jika MPC = 0.5, maka setiap tambahan $ 1 <i>disposable income</i> akan meningkatkan konsumsi sebesar: 0.5 x $ 1 = $ 0.5.</li>
</ul><br />
Dalam persamaan konsumsi, <span style="color: #990000;"><b>MPC tak lain adalah c</b></span>. MPC juga <span style="color: #990000;"><b>menunjukkan <i>slope</i> dari kurva konsumsi</b></span>.<br />
<br />
Sedangkan <span style="color: #990000;"><b><i>Average Propensity to Consume</i> (APC) adalah perbandingan antara konsumsi dengan <i>disposable income</i> pada setiap level</b></span>.<br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Persamaan APC</b></span> terlihat seperti berikut:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiccQyCEUxK76WusAFJXshSE3tXAg9bYrTOGKUmFpnH_YKAlPHXBubl4OMQ79xpCZ-gQKH18ucTUb4w8r3HoQHPSK4gmBSLNz94KADqkL1VGYG15UCHqxYw1HWqyrFr1WgiRdVFV8_3OVQ/s1600/024.D.+Persamaan+APC.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Persamaan Average Propensity to Consume (APC) - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="77" data-original-width="448" height="100" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgiccQyCEUxK76WusAFJXshSE3tXAg9bYrTOGKUmFpnH_YKAlPHXBubl4OMQ79xpCZ-gQKH18ucTUb4w8r3HoQHPSK4gmBSLNz94KADqkL1VGYG15UCHqxYw1HWqyrFr1WgiRdVFV8_3OVQ/s1600/024.D.+Persamaan+APC.jpg" title="Persamaan Average Propensity to Consume (APC) - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div><br />
Contoh sederhana penghitungan MPC dan APC terlihat pada Tabel 1. dibawah ini.<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikzw3qUXd9wGnL-pmk9dnKbn9ie1QOlzqj_4xZUiVjLr7P_SYM5LL21S7-RB1RpfpyRH7tzR3GJsi45bFAAAyLuy9a-yQi0MNe7eNMlheganmuLGVjYIvFZV20ij62soVSGfgnGBwXRFso/s1600/024.T1.+Tabel+Penghitungan+MPC+dan+APC.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Tabel Penghitungan MPC dan APC - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="223" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikzw3qUXd9wGnL-pmk9dnKbn9ie1QOlzqj_4xZUiVjLr7P_SYM5LL21S7-RB1RpfpyRH7tzR3GJsi45bFAAAyLuy9a-yQi0MNe7eNMlheganmuLGVjYIvFZV20ij62soVSGfgnGBwXRFso/s1600/024.T1.+Tabel+Penghitungan+MPC+dan+APC.jpg" title="Tabel Penghitungan MPC dan APC - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>ketika <i>income</i> mengalami peningkatan, maka MPC akan turun dengan laju yang lebih besar daripada penurunan APC; sebaliknya jika <i>income</i> mengalami penurunan, maka MPC akan naik dengan laju yang lebih tinggi daripada kenaikan APC.</li>
</ul><br />
Catatan tambahan: untuk analisa perilaku konsumsi dalam jangka pendek, MPC lebih sering digunakan. Sementara APC banyak diterapkan untuk analisa jangka panjang.<br />
<br />
<b>2. PSIKOLOGI KONSUMSI MENURUT KEYNES.</b><br />
<br />
Keynes mengungkapkan <span style="color: #990000;"><b>faktor psikologis yang mempengaruhi perilaku konsumsi</b></span>. Berikut ringkasannya.<br />
<br />
Keynes menyatakan bahwa secara kodrati, <span style="color: #990000;"><b>saat individu memperoleh tambahan pendapatan</b></span>, maka <span style="color: #990000;"><b>konsumsinya akan ikut meningkat</b></span>, namun <span style="color: #990000;"><b>dengan proporsi yang lebih kecil daripada peningkatan pendapatan</b></span>.<br />
<br />
Gambaran sederhananya: <br />
<ul><li>saat individu memperoleh gaji $ 200/bulan, konsumsinya mencapai $ 80/bulan; ketika gajinya meningkat menjadi $ 400, maka konsumsinya akan ikut meningkat (lebih dari $80), namun tidak sampai $ 160/bulan. </li>
<li>inilah mengapa <span style="color: #990000;"><b>besaran MPC ada diantara 0 – 1</b></span>, atau (0 < MPC < 1). </li>
</ul><br />
Konsekuensi dari hal diatas, <span style="color: #990000;"><b>peningkatan pendapatan</b></span> yang diperoleh individu <span style="color: #990000;"><b>akan dialokasikan pada dua instrumen</b></span>, yakni <span style="color: #990000;"><b>konsumsi (C) dan tabungan (S)</b></span>. <br />
<br />
Dengan demikian, <span style="color: #990000;"><b>peningkatan konsumsi akan diikuti oleh peningkatan tabungan</b></span>. <br />
<br />
Hal ini sekaligus membantah pandangan J.B. Say (<i>Say’s Law</i> atau <i>the Law of Markets</i>), yang menyatakan bahwa penawaran akan menciptakan permintaan dalam proporsi yang sama (<i>supply creates its own demand</i>); sebab dengan adanya peningkatan tabungan, maka <i>supply</i> bisa melebihi <i>demand</i>.<br />
<br />
Namun perlu digaris-bawahi bahwa pandangan Keynes ini <span style="color: #990000;"><b>berlaku untuk jangka pendek (<i>in the short-run</i>)</b></span> dan pada <span style="color: #990000;"><b>model perekonomian bebas (<i>laissez faire capitalist economy</i>)</b></span>, dimana tidak ada intervensi pemerintah.<br />
<br />
<b>3. KURVA FUNGSI KONSUMSI.</b><br />
<br />
Kurva fungsi konsumsi digambarkan sebagai berikut:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKI6eE52EXEQndfEa5_TN3toIuEgS8PkO1MnRYF9-hmflM7GUlop2TYZaVZ8o8AyEIbJ1zhbn33QdKGZB2KhJHjEP41DDb5kpoUZtS4tuvQjYs1FSRXzpIAlAyP3QidhKiVA_hbyuay6Af/s1600/024.1.+Kurva+Fungsi+Konsumsi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kurva Fungsi Konsumsi - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKI6eE52EXEQndfEa5_TN3toIuEgS8PkO1MnRYF9-hmflM7GUlop2TYZaVZ8o8AyEIbJ1zhbn33QdKGZB2KhJHjEP41DDb5kpoUZtS4tuvQjYs1FSRXzpIAlAyP3QidhKiVA_hbyuay6Af/s1600/024.1.+Kurva+Fungsi+Konsumsi.jpg" title="Kurva Fungsi Konsumsi - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li><span style="color: #990000;"><b>titik X</b></span> menunjukkan <span style="color: #990000;"><b>persinggungan antara kurva Z dengan kurva C (dimana Y = C)</b></span>. Ini adalah titik saat <span style="color: #990000;"><b>besaran konsumsi setara dengan besaran <i>income</i></b></span>. </li>
<li><span style="color: #990000;"><b>C<span style="font-size: xx-small;">0</span></b></span> mengindikasikan bahwa <span style="color: #990000;"><b>konsumsi akan tetap dilakukan walaupun <i>income</i> sebesar nol</b></span>.</li>
<li>ingat bahwa <span style="color: #990000;"><b>proporsi tambahan konsumsi lebih rendah dari pada proporsi tambahan <i>income</i></b></span>, sehingga <span style="color: #990000;"><b>menimbulkan ruang dimana kurva C menjadi lebih landai daripada kurva Z</b></span>. Ruang inilah yang <span style="color: #990000;"><b>menjadi proporsi untuk tabungan (S)</b></span>.</li>
<li>ruang <span style="color: #990000;"><b>sebelum titik X menunjukkan konsumsi > <i>income</i></b></span>; untuk memenuhi hal tersebut bisa diambil dari tabungan terdahulu atau melakukan pinjaman.</li>
</ul><br />
<b>4. FUNGSI TABUNGAN (SAVING FUNCTION) DAN MARGINAL PROPENSITY TO SAVE (MPS).</b><br />
<br />
Pada bagian ini kita akan mempelajari terbentuknya fungsi tabungan dan <i>marginal propensity to save</i> (MPS).<br />
<br />
<b>4.1. Fungsi Tabungan.</b><br />
<br />
Seperti telah kita pahami sebelumnya, <span style="color: #990000;"><b>tambahan <i>income</i> (∆C) yang tidak digunakan untuk konsumsi akan menjadi tambahan <i>saving</i> (∆S)</b></span>; artinya, <span style="color: #990000;"><b>∆C + ∆S = ∆Y<span style="font-size: xx-small;">D</span></b></span>.<br />
<br />
Dengan demikian <span style="color: #990000;"><b><i>marginal propensity to consume</i> (MPC) ditambah <i>marginal propensity to save</i> (MPS) adalah 1</b></span>.<br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Persamaannya</b></span> seperti berikut:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirWhv77g4vmO8iIR0GN2HlDvY4tzH13Yunf6YnyHBPXRzxlGEpp3RJ3SgoXAk7GnQ28cJapkV2tRHDk-5gHnWJROURMMBgwGSFQ_dmijYrSbF71-aiW-GG7zkpZgLf-CbeetfOmu8YpO3Q/s1600/024.E.+Persamaan+MPC+dan+MPS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="MPC + MPS = 1 - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="78" data-original-width="448" height="100" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEirWhv77g4vmO8iIR0GN2HlDvY4tzH13Yunf6YnyHBPXRzxlGEpp3RJ3SgoXAk7GnQ28cJapkV2tRHDk-5gHnWJROURMMBgwGSFQ_dmijYrSbF71-aiW-GG7zkpZgLf-CbeetfOmu8YpO3Q/s1600/024.E.+Persamaan+MPC+dan+MPS.jpg" title="MPC + MPS = 1 - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div><br />
Sedangkan <span style="color: #990000;"><b>fungsi tabungan menunjukkan besarnya <i>induced saving</i> (besarnya tabungan yang timbul akibat adanya <i>income</i>) dikurangi <i>autonomous consumption</i></b></span>. <br />
<br />
Adapun <span style="color: #990000;"><b>persamaannya</b></span> seperti dibawah ini:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg88NxWUrY3mCStElgDeAIwekw2uX9j3qyRmoV0TsCvMsQOqTkkSuvI7Y3_hZH0hjGaqujxh9WK3iT2B6HbFdOjvyzACBOkIZF9KbszvAvlsGJcmARL5EKUk5YZpu9ovdFivlw_9uit1KyK/s1600/024.F.+Persamaan+Fungsi+Tabungan.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Persamaan Fungsi Tabungan - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="144" data-original-width="448" height="180" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg88NxWUrY3mCStElgDeAIwekw2uX9j3qyRmoV0TsCvMsQOqTkkSuvI7Y3_hZH0hjGaqujxh9WK3iT2B6HbFdOjvyzACBOkIZF9KbszvAvlsGJcmARL5EKUk5YZpu9ovdFivlw_9uit1KyK/s1600/024.F.+Persamaan+Fungsi+Tabungan.jpg" title="Persamaan Fungsi Tabungan - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div><br />
<b>4.2. Marginal Propensity to Save (MPS).</b><br />
<br />
Dari fungsi tabungan diatas, kita juga bisa mengetahui konstruksi MPS.<br />
<br />
Ingat! pada materi tentang komposisi GDP, kita menggunakan <span style="color: #990000;"><b>asumsi bahwa besarnya tabungan (S) setara dengan investasi (I)</b></span>, atau <span style="color: #990000;"><b>S ≡ I</b></span>; sementara <span style="color: #990000;"><b>untuk <i>income</i></b></span>, kita <span style="color: #990000;"><b>menggunakan Y<span style="font-size: xx-small;">D</span> (<i>disposable income</i>)</b></span>.<br />
<br />
Dengan demikian, <span style="color: #990000;"><b>Y<span style="font-size: xx-small;">D</span> = C + S</b></span>.<br />
<br />
Sedangkan <span style="color: #990000;"><b>MPS merupakan dampak penambahan nilai tabungan untuk setiap penambahan satu unit <i>disposable income</i></b></span>.<br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Persamaannya</b></span> adalah:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibKmm_NXlnDqmiFDhpNuXAwDLlBUH0eggvLbEe8Trh4lWlf29TCoHFaj9_k4TIbRGmIC1SULkONv4AoJUqtDdzNvyxgc0jCSBRVX_MdtoTPyBRScwyYPfvA4DabcfHrvqZ7YG90vBX6BnS/s1600/024.G.+Persamaan+MPS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Rumus Penghitungan Marginal Propensity to Save (MPS) - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="78" data-original-width="448" height="100" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEibKmm_NXlnDqmiFDhpNuXAwDLlBUH0eggvLbEe8Trh4lWlf29TCoHFaj9_k4TIbRGmIC1SULkONv4AoJUqtDdzNvyxgc0jCSBRVX_MdtoTPyBRScwyYPfvA4DabcfHrvqZ7YG90vBX6BnS/s1600/024.G.+Persamaan+MPS.jpg" title="Rumus Penghitungan Marginal Propensity to Save (MPS) - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div><br />
<span style="color: #990000;"><b>Untuk membuktikan bahwa MPC + MPS = 1</b></span>, kita bisa melihat konstruksi berikut:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJ0PhtzCAyJtTV2k3Y5EwSSBLlaKufIp1iHMQL0IIxqRFlDOqWeWfF4_7U-ZaIYcC4QMvhzgqcfR7nJ8d7XHadBgLVEUl2S2WObfmIzq3cY-nt0HGlROtHfbmi9gF0oeLKjMXSQIbOp9-j/s1600/024.H.+Konstruksi+MPC+dan+MPS.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Konstruksi Pembuktian MPC + MPS = 1 - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="360" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJ0PhtzCAyJtTV2k3Y5EwSSBLlaKufIp1iHMQL0IIxqRFlDOqWeWfF4_7U-ZaIYcC4QMvhzgqcfR7nJ8d7XHadBgLVEUl2S2WObfmIzq3cY-nt0HGlROtHfbmi9gF0oeLKjMXSQIbOp9-j/s1600/024.H.+Konstruksi+MPC+dan+MPS.jpg" title="Konstruksi Pembuktian MPC + MPS = 1 - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div><br />
<b>5. KEYNESIAN MULTIPLIER.</b><br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>MPC dan MPS merupakan komponen krusial untuk menjelaskan adanya perubahan GDP secara agregat</b></span>. Hal inilah yang menjadi dasar konsep <i>Keynesian Multiplier</i>.<br />
<br />
Adapun <span style="color: #990000;"><b>persamaan <i>multiplier</i></b></span> adalah: <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4wxpqkwiEda4r210gx30R7GlX1KROQ1gaYfmD-24kXN2pY2-imvMzwb-TKgLu7lqsaRgCYNORaGRU5cVAfuWamt8Oyr4jHeCIRdoXgjTGJEUQOTZ5WHbxOGv7GGA4CXG2AsACXNDeRlnw/s1600/024.I.+Rumus+Persamaan+Keynesian+Multiplier.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Rumus Persamaan Keynesian Multiplier - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="79" data-original-width="448" height="100" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi4wxpqkwiEda4r210gx30R7GlX1KROQ1gaYfmD-24kXN2pY2-imvMzwb-TKgLu7lqsaRgCYNORaGRU5cVAfuWamt8Oyr4jHeCIRdoXgjTGJEUQOTZ5WHbxOGv7GGA4CXG2AsACXNDeRlnw/s1600/024.I.+Rumus+Persamaan+Keynesian+Multiplier.jpg" title="Rumus Persamaan Keynesian Multiplier - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div><br />
<i>Multiplier</i> ini <span style="color: #990000;"><b>menggambarkan kondisi ekonomi agregat yang mengalami peningkatan melebihi peningkatan konsumsi (C), investasi (I), atau <i>government spending</i> (G)</b></span>.<br />
<br />
Dalam hal ini, <span style="color: #990000;"><b>penambahan 1 unit moneter dari salah satu komponen tersebut (C, I, atau G)</b></span>, akan <span style="color: #990000;"><b>menghasilkan lebih banyak unit moneter secara agregat (tercermin pada peningkatan GDP)</b></span>, tergantung pada MPC dan MPS'nya.<br />
<br />
Gambaran sederhananya:<br />
<ul><li>misal pemerintah mengeluarkan kebijakan stimulus fiskal untuk meningkatkan GDP, melalui penambahan <i>government spending</i> (∆G) sebesar $ 10,000. </li>
<li>jika MPC diketahui sebesar 0.5, maka <i>multiplier</i>'nya adalah: 1 / (1 – 0.5) = 2</li>
<li>dari sini bisa kita proyeksikan dampak kebijakan tersebut pada peningkatan GDP, dengan penghitungan: ∆GDP = ∆G x multiplier = $ 10,000 x 2 = $ 20,000.</li>
</ul><br />
Demikian pembahasan terkait teori konsumsi Keynes, pengertian MPC dan MPS, fungsi konsumsi dan tabungan, kurva fungsi konsumsi, dan <i>Keynesian Multiplier</i>. *<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Referensi:<br />
<ol><li>Blanchard, Olivier, and David R. Johnson. (2013). <i>Macroeconomics</i>, 6th Edition. Pearson Education, Inc.</li>
<li>Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz. (2011). <i>Macroeconomics</i>, 11th Edition, McGraw-Hill.</li>
<li>Mankiw, N. Gregory. (2010). <i>Macroeconomics</i>, 7th Edition, Worth Publishing.</li>
</ol><b>Materi sebelumnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/11/indeks-harga-konsumen-indeks-harga.html" target="_blank">Indeks Harga Konsumen, Indeks Harga Produsen, dan Penentuan Tingkat Inflasi</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/11/komposisi-gdp-pada-sistem-perekonomian.html" target="_blank">Komposisi GDP pada Sistem Perekonomian Sederhana, Perekonomian Tertutup, dan Perekonomian Terbuka</a><br />
<br />
<b>Materi selanjutnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/12/mengenal-pendekatan-investment-i-dan.html" target="_blank">Mengenal Pendekatan Investment (I) dan Saving (S) dalam Konsep Pasar Barang (Goods Market)</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/12/konsep-keynesian-cross-dan-tercapainya.html" target="_blank">Konsep Keynesian Cross dan Tercapainya Ekuilibrium</a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-39042339636232814292018-11-27T14:37:00.003+07:002019-02-14T10:44:10.618+07:00Mengenal Konsep Deflasi (Deflation) dan Dampaknya bagi PerekonomianDi materi terdahulu, kita telah mempelajari pengertian inflasi, faktor pemicu, serta kebijakan ekonomi untuk mengatasinya. Pada artikel ini kita akan mempelajari situasi yang berkebalikan dengan inflasi, yakni <i>negative inflation</i> atau deflasi (<i>deflation</i>) dan dampaknya bagi perekonomian.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiR6qzBn5MBHjrOJmovHbyGW_R_hiSrhobFayoHsoVWoZT4Wvs411sZ6rV3AQfrFS22eOkke4JtMw3zu9GQc4s6hiu849GjH3UsqaESDHy5sRztF7TOhxGni1tKah11QjH5bCu2gplETdhH/s1600/182.+Konsep+Deflasi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Mengenal Konsep Deflasi (Deflation) dan Dampaknya bagi Perekonomian" border="0" data-original-height="317" data-original-width="448" height="260" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiR6qzBn5MBHjrOJmovHbyGW_R_hiSrhobFayoHsoVWoZT4Wvs411sZ6rV3AQfrFS22eOkke4JtMw3zu9GQc4s6hiu849GjH3UsqaESDHy5sRztF7TOhxGni1tKah11QjH5bCu2gplETdhH/s1600/182.+Konsep+Deflasi.jpg" title="Mengenal Konsep Deflasi (Deflation) dan Dampaknya bagi Perekonomian" width="320" /></a></div><b>1. PENGERTIAN DEFLASI.</b><br />
<br />
Pada prinsipnya, <span style="color: #990000;"><b>deflasi merupakan penurunan harga output secara umum</b></span>. Situasi ini sebenarnya merupakan hal yang lumrah dalam perekonomian. <br />
<br />
Perlu dicatat bahwa ketika penurunan harga hanya berlangsung sesaat, maka hal tersebut tidak bisa dikatakan sebagai deflasi. <br />
<a name='more'></a><br />
Demikian juga ketika penurunan harga hanya terjadi di sektor tertentu meskipun berlangsung dalam beberapa waktu, selama tidak menimbulkan dampak pada perekonomian agregat, belum bisa dikatakan sebagai deflasi.<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Dengan demikian, <span style="color: #990000;"><b>situasi deflatif berpotensi membahayakan perekonomian apabila penurunan harga secara umum terjadi dalam beberapa periode waktu (beberapa literatur menyebut setidaknya selama 1-2 triwulan), serta tercermin melalui penurunan indeks harga konsumen (IHK) atau GDP deflator</b></span>.<br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Penurunan harga</b></span> tersebut bisa <span style="color: #990000;"><b>disebabkan oleh beberapa faktor</b></span>, diantaranya: <br />
<ol><li><span style="color: #990000;"><b>peningkatan produktivitas</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>penerapan teknologi modern</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>perubahan kebijakan</b></span>, misalnya melalui deregulasi aturan.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>penurunan harga barang input</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>ekses kapasitas</b></span> (<i>excess supply</i>).</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>melemahnya permintaan</b></span>.</li>
</ol><br />
Apabila deflasi yang terjadi disebabkan oleh poin 1 s.d. 4, biasanya yang terjadi adalah <span style="color: #990000;"><b>deflasi ringan (<i>benign deflation</i>)</b></span> yang <span style="color: #990000;"><b>tidak menimbulkan ancaman bagi perekonomian</b></span>, karena penurunan harga cenderung diikuti dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi.<br />
<br />
Penjelasan sederhananya: <br />
<ul><li>ketika <span style="color: #990000;"><b>teknologi modern diterapkan</b></span> untuk meningkatkan produktivitas, maka akan <span style="color: #990000;"><b>membuahkan efisiensi</b></span> biaya dan waktu. Efisiensi ini akan <span style="color: #990000;"><b>memangkas biaya produksi dan biaya operasional</b></span>, sehingga <span style="color: #990000;"><b>menurunkan harga jual</b></span> output yang harus ditanggung konsumen.</li>
<li>pada gilirannya, situasi ini akan <span style="color: #990000;"><b>memicu peningkatan konsumsi</b></span> (peningkatan kuantitas penjualan output), sekaligus <span style="color: #990000;"><b>mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi</b></span>. Hal ini juga berlaku jika ada kebijakan deregulasi yang mendorong pertumbuhan produktivitas.</li>
</ul><br />
Lain halnya jika <span style="color: #990000;"><b>penurunan harga berlangsung lama dan mengakibatkan IHK dan GDP deflator menjadi negatif</b></span>, maka situasi ini <span style="color: #990000;"><b>berpotensi membahayakan perekonomian</b></span> (situasi deflatif seperti ini dikenal dengan istilah <span style="color: #990000;"><b><i>malign deflation</i></b></span>).<br />
<br />
Penjelasannya sederhananya: <br />
<ul><li>ketika <span style="color: #990000;"><b>harga-harga mengalami penurunan</b></span> untuk beberapa periode waktu, maka <span style="color: #990000;"><b>konsumen dan investor akan menahan likuiditas</b></span> (memilih memegang uang), dengan harapan harga-harga masih akan mengalami penurunan di waktu-waktu mendatang.</li>
<li>disisi lain, <span style="color: #990000;"><b>saat <i>supply</i> melebihi <i>demand</i></b></span> dengan durasi waktu yang lama, hal ini <span style="color: #990000;"><b>berakibat pada penurunan laba, peningkatan biaya input, hingga peningkatan angka pengangguran</b></span>.</li>
</ul><br />
Salah satu kasus deflasi adalah krisis ekonomi di Amerika Serikat pada 1930’an (<i>Great Depression</i>), dimana harga-harga output merosot sekitar 25%, GDP riil anjlok sampai dengan 30%, dan angka pengangguran naik tajam hingga 25% (Brooks, Douglas H., and Pilipinas F. Quising. <i>Danger of Deflation</i>, Asian Development Bank, ERD Policy Brief No. 12, December 2002).<br />
<br />
<b>2. PANDANGAN EKONOM TENTANG DEFLASI.</b><br />
<br />
Di bagian ini kita akan merangkum beberapa pandangan ekonom terkait deflasi.<br />
<br />
<b>2.1. Pandangan Kaum Monetaris.</b><br />
<br />
<span style="color: #990000;"><b>Sudut pandang kaum monetaris adalah sisi uang beredar (<i>money supply-side cause</i>)</b></span>. Adapun terjadinya deflasi bisa digambarkan melalui persamaan berikut: <br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAKFaylFvCQXMm_FDkaqmC1LADdBO9EOQxiaL44Hiwsp2MAZ3Z7t_aN5I8ViAnv66uj7zDGICc8RWxYMn6wDy3xfQCXOhKH5msbOmh8l3BotKp6G_XR8jqsE9x_jg4_fULAUQIh5V18TmH/s1600/182A.+Persamaan+Money+Supply.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Deflasi menurut Kaum Monetaris - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="78" data-original-width="448" height="100" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAKFaylFvCQXMm_FDkaqmC1LADdBO9EOQxiaL44Hiwsp2MAZ3Z7t_aN5I8ViAnv66uj7zDGICc8RWxYMn6wDy3xfQCXOhKH5msbOmh8l3BotKp6G_XR8jqsE9x_jg4_fULAUQIh5V18TmH/s1600/182A.+Persamaan+Money+Supply.jpg" title="Deflasi menurut Kaum Monetaris - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>M adalah jumlah uang beredar (<i>money supply</i>).</li>
<li>V adalah kecepatan sirkulasi uang (<i>velocity of money circulation</i>).</li>
<li>P adalah harga output, yang juga menandakan besaran GDP deflator.</li>
<li>Y adalah kuantitas output, yang juga menunjukkan besaran GDP riil.</li>
<li>(Ingat! Di materi terdahulu kita sudah mempelajari bahwa GDP deflator = GDP Nominal / GDP Riil. Ini berarti P x Y = GDP Nominal).</li>
</ul><br />
Penjelasannya sebagai berikut:<br />
<ul><li>Jika <span style="color: #990000;"><b>GDP riil dianggap konstan dalam jangka pendek</b></span> (Ingat kembali materi <a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/10/pemahaman-dasar-ilmu-ekonomi-makro.html" target="_blank">Tiga Model Pendekatan dalam Kajian Ilmu Ekonomi Makro</a>), <span style="color: #990000;"><b>turunnya M atau V melalui kebijakan moneter ketat, akan mengakibatkan turunnya GDP deflator atau tingkat inflasi</b></span>.</li>
<li>ketika penurunan <span style="color: #990000;"><b>tingkat inflasi terus berlanjut hingga dibawah nol</b></span>, maka <span style="color: #990000;"><b>terjadilah deflasi</b></span>.</li>
<li>Sebagai catatan: kebijakan moneter ketat (<i>contractionary monetary policy</i>) merupakan kebijakan bank sentral dengan cara mengurangi jumlah uang beredar (M), atau menaikkan tingkat suku bunga acuan (i).</li>
</ul><br />
<span style="color: #990000;"><b>Kaum monetaris menyarankan penerapan kebijakan moneter ekspansif (<i>expansionary monetary policy</i>)</b></span>, misalnya dengan <span style="color: #990000;"><b>menambah jumlah uang beredar</b></span> melalui pembelian aset keuangan (obligasi). Kebijakan ini juga <span style="color: #990000;"><b>dikenal dengan istilah <a href="https://www.ajarekonomi.com/2015/10/apa-sih-quantitative-easing-itu.html" target="_blank"><i>quantitative easing</i></a></b></span>.<br />
<br />
<b>2.2. Perspektif Irving Fisher (Fisher’s Effect).</b><br />
<br />
Situasi deflatif juga bisa diterangkan melalui efek Fisher, dimana:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAXo8gIZIl7L5nIrPxWV-KSSoq899d2JNG08LuYn9ARCfmi5kqoQi45nsjADSP2GgKhwbVEAGuAO3HWUd4S70G6ALMnow2x20xpoffH_5ptsPymExUOUc1CN9kbcBEgRQEL1FyifDdfRTT/s1600/182B.+Persamaan+Fisher+Effect.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Persamaan Fisher's Effect - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="78" data-original-width="448" height="100" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgAXo8gIZIl7L5nIrPxWV-KSSoq899d2JNG08LuYn9ARCfmi5kqoQi45nsjADSP2GgKhwbVEAGuAO3HWUd4S70G6ALMnow2x20xpoffH_5ptsPymExUOUc1CN9kbcBEgRQEL1FyifDdfRTT/s1600/182B.+Persamaan+Fisher+Effect.jpg" title="Persamaan Fisher's Effect - www.ajarekonomi.com" width="500" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>i adalah suku bunga nominal (<i>nominal interest rate</i>).</li>
<li>r adalah suku bunga riil (<i>real interest rate</i>).</li>
<li>n<span style="font-size: x-small;">ė</span> adalah inflasi yang diharapkan (<i>expected inflation</i>).</li>
</ul><br />
Adapun penjelasannya adalah:<br />
<ul><li>ketika <span style="color: #990000;"><b>konsumen dan investor masih memandang berlanjutnya penurunan harga</b></span> dimasa mendatang, hal ini akan <span style="color: #990000;"><b>mengakibatkan penurunan <i>expected inflation</i></b></span> sekaligus <span style="color: #990000;"><b>menurunkan tingkat suku bunga nominal</b></span>. </li>
<li>pada saat itu, <span style="color: #990000;"><b>konsumen dan investor cenderung memilih untuk memegang likuiditas</b></span> daripada melakukan belanja konsumsi atau investasi. Hal inilah yang memicu terjadinya deflasi.</li>
</ul><br />
<b>2.3. Pandangan Kaum Keynesian.</b><br />
<br />
Kaum Keynesian berpandangan bahwa <span style="color: #990000;"><b>deflasi terjadi karena penurunan agregat demand</b></span> (<i>demand-side cause</i>) (catatan: ingat kembali persamaan Y ≡ C + I + G +NX, persamaan ini akan sering dijumpai pada materi-materi selanjutnya; dan mengingat banyaknya materi terkait agregat demand, maka ulasannya akan disajikan pada artikel tersendiri).<br />
<br />
Menurut Keynesian, <span style="color: #990000;"><b>deflasi berasosiasi pada peningkatan angka pengangguran, penurunan profit dan <i>income</i>, serta timbulnya utang gagal-bayar (<i>debt default</i>)</b></span>.<br />
<br />
Salah satu fokus penting perspektif Keynesian adalah <span style="color: #990000;"><b>teori jebakan likuiditas (<i>liquidity trap</i>)</b></span>, dimana <span style="color: #990000;"><b>penambahan likuiditas oleh bank sentral tidak mampu menaikkan tingkat suku bunga dan <i>income</i>, serta mendorong pertumbuhan ekonomi</b></span>. <br />
<br />
Dalam konsep makroekonomi modern, <i>liquidity trap</i> merupakan <span style="color: #990000;"><b>keadaan dimana suku bunga nominal adalah nol</b></span>. Jadi <span style="color: #990000;"><b>jika suku bunga adalah nol</b></span>, maka <span style="color: #990000;"><b>konsumen dan investor lebih memilih memegang uang tunai daripada berinvestasi (misalnya pada instrumen obligasi) dengan tingkat keuntungan 0%</b></span>.<br />
<br />
Ini sekaligus mendebat pandangan kaum monetaris, dengan menyatakan bahwa <span style="color: #990000;"><b>kebijakan moneter tidak efektif untuk mengatasi deflasi</b></span>.<br />
<br />
Untuk menjawab persoalan tersebut, <span style="color: #990000;"><b>Keynesian menyarankan penerapan <a href="https://www.ajarekonomi.com/2015/12/stimulus-fiskal-fiscal-stimulus-suatu.html" target="_blank">kebijakan stimulus fiscal (<i>fiscal-stimulus</i>)</a></b></span> (Eurobank Research. <i>Is Deflation a Risk for Greece?</i>, Economy & Markets, Vol IX, Issue 3, April 2014).<br />
<br />
Demikian pemahaman tentang deflasi dan dampaknya bagi perekonomian. **<br />
<script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="9434645002" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>ARTIKEL TERKAIT :</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/11/indeks-harga-konsumen-indeks-harga.html" target="_blank">Indeks Harga Konsumen, Indeks Harga Produsen, dan Penentuan Tingkat Inflasi</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/12/mengenal-konsep-inflasi-dalam.html" target="_blank">Mengenal Konsep Inflasi dalam Perekonomian</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/05/memahami-kasus-hiperinflasi-di.html" target="_blank">Memahami Fenomena Hiperinflasi (Hyperinflation) di Perekonomian Modern: kasus Zimbabwe</a> <br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/03/kebijakan-moneter-tinjauan-dasar.html" target="_blank">Memahami Maksud dan Tujuan Kebijakan Moneter </a>Unknownnoreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3798661391756572210.post-89198700527261731602018-11-23T09:26:00.000+07:002019-01-18T07:05:12.576+07:00Indeks Harga Konsumen, Indeks Harga Produsen, dan Penentuan Tingkat InflasiPada materi sebelumnya kita telah membahas komponen GDP di berbagai model ekonomi, serta penghitungan GDP deflator. Materi kali ini masih berkaitan dengan instrumen yang digunakan untuk mengukur kinerja perekonomian, yakni Indeks Harga Konsumen (<i>Consumer Price Index</i>) dan Indeks Harga Produsen (<i>Producer Price Index</i>), serta penentuan tingkat inflasi.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJ-jcBJb0p6LB8AoranimeAt6PZTKTmgSft2Vt7wOpctmhyphenhyphen-iTcGER3StHNacAC-sTnvIFi5mGwGiIA51RR1ZUkCoUkWVaPC4GkWMnDby2NtfSs9-zPG5apaoprnH0L03Wh6ubVzd7YhFl/s1600/023.+IHK%252C+IHP+-+Pict.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 0em; margin-right: 1em;"><img alt="Indeks Harga Konsumen, Indeks Harga Produsen, dan Penentuan Tingkat Inflasi" border="0" data-original-height="299" data-original-width="448" height="220" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjJ-jcBJb0p6LB8AoranimeAt6PZTKTmgSft2Vt7wOpctmhyphenhyphen-iTcGER3StHNacAC-sTnvIFi5mGwGiIA51RR1ZUkCoUkWVaPC4GkWMnDby2NtfSs9-zPG5apaoprnH0L03Wh6ubVzd7YhFl/s1600/023.+IHK%252C+IHP+-+Pict.jpg" title="Indeks Harga Konsumen, Indeks Harga Produsen, dan Penentuan Tingkat Inflasi" width="320" /></a></div><b>1. PENGERTIAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK).</b><br />
<br />
Pada prinsipnya, <span style="color: #990000;"><b>Indeks Harga Konsumen (IHK)</b></span> merupakan <span style="color: #990000;"><b>instrumen yang digunakan untuk mengukur biaya konsumsi sektor rumahtangga (<i>household sector</i>) atas sejumlah barang/jasa dalam suatu periode waktu tertentu</b></span>.<br />
<a name='more'></a><br />
Ada beberapa <span style="color: #990000;"><b>karakteristik</b></span> yang harus diperhatikan <span style="color: #990000;"><b>terkait IHK</b></span>, yakni:<br />
<ul><li>kelompok <span style="color: #990000;"><b>barang/jasa</b></span> yang dimasukkan dalam penghitungan <span style="color: #990000;"><b>selalu sama setiap periodenya</b></span> (biasanya barang kebutuhan primer seperti beras, minyak goreng, telur, susu, dan sebagainya).</li>
<li>sektor rumahtangga yang dimaksud merupakan <span style="color: #990000;"><b>sektor rumahtangga di wilayah perkotaan (<i>urban household</i>)</b></span>.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>setiap negara memiliki pertimbangan sendiri</b></span> dalam memilih kelompok barang/jasa yang dimasukkan dalam indeks.</li>
<li>IHK <span style="color: #990000;"><b>secara rutin diumumkan kepada publik</b></span> (biasanya setiap bulan); hal ini untuk menggambarkan perkembangan tingkat inflasi bulanan.</li>
</ul><script async="" src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle" data-ad-client="ca-pub-3758242552598266" data-ad-format="fluid" data-ad-layout="in-article" data-ad-slot="7436891418" style="display: block; text-align: center;"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
<b>2. PERBEDAAN GDP DEFLATOR DENGAN INDEKS HARGA KONSUMEN.</b><br />
<br />
Terdapat <span style="color: #990000;"><b>perbedaan mendasar antara GDP deflator dan IHK</b></span> dalam mengukur tingkat inflasi, diantaranya:<br />
<ul><li><span style="color: #990000;"><b>GDP deflator mengukur rata-rata perubahan harga untuk barang/jasa secara umum</b></span>, sedangkan <span style="color: #990000;"><b>IHK hanya mengukur perubahan harga untuk barang/jasa tertentu</b></span>.</li>
<li>Kelompok <span style="color: #990000;"><b>barang/jasa yang dimasukkan dalam penghitungan IHK selalu sama setiap periode</b></span>, sementara produk <span style="color: #990000;"><b>barang/jasa yang dihitung dalam GDP deflator menyesuaikan output perekonomian</b></span> di tahun berjalan.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>GDP deflator memasukkan semua konsumsi, baik dari sektor rumahtangga, sektor usaha, maupun pemerintah</b></span>, sementara <span style="color: #990000;"><b>IHK hanya menggunakan konsumsi sektor rumahtangga</b></span> dalam penghitungannya.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>IHK memasukkan harga barang/jasa tertentu, termasuk yang berasal dari impor</b></span>; sedangkan <span style="color: #990000;"><b>GDP deflator hanya memasukkan output yang dihasilkan di dalam negeri</b></span>.</li>
</ul><br />
<b>3. PENGHITUNGAN INDEKS HARGA KONSUMEN.</b><br />
<br />
IHK merupakan <span style="color: #990000;"><b>perbandingan antara harga kelompok barang/jasa pada tahun berjalan, dengan harga kelompok barang/jasa yang sama di tahun dasar</b></span> yang telah ditetapkan.<br />
<br />
Adapun persamaannya sebagai berikut:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2trwl0mKY1m5gk0i89MYS5zXL2LlENdj4PrvtcgbyHc3NzC0dGeqhdxg3uxvS2FtvWLL8LvkJcTO0IapKSHuX6U-cU_ZCxp0VgekFLi3VX-UEbQ8qVdR2mAuYrQ3uODP9aqUtRgCsgpTO/s1600/023.A.+Penghitungan+IHK.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Rumus Penghitungan Indeks Harga Konsumen - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="78" data-original-width="448" height="80" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi2trwl0mKY1m5gk0i89MYS5zXL2LlENdj4PrvtcgbyHc3NzC0dGeqhdxg3uxvS2FtvWLL8LvkJcTO0IapKSHuX6U-cU_ZCxp0VgekFLi3VX-UEbQ8qVdR2mAuYrQ3uODP9aqUtRgCsgpTO/s1600/023.A.+Penghitungan+IHK.jpg" title="Rumus Penghitungan Indeks Harga Konsumen - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>Contoh sederhana: <br />
<ul><li>misalnya kelompok barang/jasa yang masuk dalam penghitungan IHK 2016 (sesuai dengan kebutuhan konsumen sektor rumahtangga perkotaan) adalah daging, beras, telur, dan susu; sedangkan tahun dasar yang digunakan adalah 2015. </li>
</ul><br />
Tabel 1. menunjukkan kelompok barang/jasa beserta harga untuk tahun dasar (2015) dan tahun berjalan (2016).<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZjmIXX4oNcHFTO0HuwLb_skweicTtpToihTuv7Fqqo2uMn0h-juppfcDXdRr8NN2hipV6GNzcrPOWAEGuHQRDv4kqjdlL2vCrfK_o0_xkEcDQq2yXbAFIR-BoZNGEHDMzXK2vFUSZa1OD/s1600/023.T1.+Tabel+Penghitungan+IHK.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Tabel Penghitungan Indeks Harga Konsumen - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="320" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZjmIXX4oNcHFTO0HuwLb_skweicTtpToihTuv7Fqqo2uMn0h-juppfcDXdRr8NN2hipV6GNzcrPOWAEGuHQRDv4kqjdlL2vCrfK_o0_xkEcDQq2yXbAFIR-BoZNGEHDMzXK2vFUSZa1OD/s1600/023.T1.+Tabel+Penghitungan+IHK.jpg" title="Tabel Penghitungan Indeks Harga Konsumen - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>penghitungan IHK adalah: (260 / 130) x 100 = 200.</li>
<li>dari penghitungan diatas dapat diartikan terjadi kenaikan rata-rata harga sebesar dua kali lipat pada periode tersebut (Ingat! Besarnya IHK untuk tahun dasar selalu 100).</li>
</ul><br />
Catatan tambahan: dalam pengukuran indeks harga konsumen (<i>consumer price index</i>) dikenal istilah <span style="color: #990000;"><b><i>core</i> CPI</b></span>; ini <span style="color: #990000;"><b>menunjukkan indeks harga barang/jasa tanpa memasukkan kelompok makanan (<i>food</i>) dan energi</b></span>, dengan alasan perubahan harga yang cenderung fluktuatif pada dua kelompok barang/jasa tersebut.<br />
<br />
<b>4. PENENTUAN TINGKAT INFLASI.</b><br />
<br />
Secara umum terdapat tiga <span style="color: #990000;"><b>perspektif yang digunakan untuk menghitung laju inflasi</b></span>, yakni:<br />
<ul><li>membandingkan <span style="color: #990000;"><b>rata-rata inflasi tahunan</b></span>.</li>
<li>membandingkan <span style="color: #990000;"><b>inflasi bulan ini dengan inflasi bulan yang sama di tahun sebelumnya</b></span>.</li>
<li>membandingkan <span style="color: #990000;"><b>inflasi bulan ini dengan bulan sebelumnya</b></span>.</li>
</ul><br />
Sedangkan penghitungan tingkat inflasi adalah sebagai berikut:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1bg5tJaHaNdfdAh6BRpeXvpfxYhHHmkgbEP9_8-Qrz9-s2ESlmVbkS2ECksJHnXpy9ZicDxhFQAEnWlpbTuEKrG90kppwCXpg9fXc8NjAkanjJV03DOqFxu23raYD_zZJybeaC_SSTVjt/s1600/023.B.+Penghitungan+Tingkat+Inflasi.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Penghitungan Tingkat Inflasi - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="77" data-original-width="448" height="80" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg1bg5tJaHaNdfdAh6BRpeXvpfxYhHHmkgbEP9_8-Qrz9-s2ESlmVbkS2ECksJHnXpy9ZicDxhFQAEnWlpbTuEKrG90kppwCXpg9fXc8NjAkanjJV03DOqFxu23raYD_zZJybeaC_SSTVjt/s1600/023.B.+Penghitungan+Tingkat+Inflasi.jpg" title="Penghitungan Tingkat Inflasi - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>IHK<span style="font-size: x-small;">(t)</span> = Indeks Harga Konsumen Periode Berjalan.</li>
<li>IHK<span style="font-size: x-small;">(t-1)</span> = Indeks Harga Konsumen Periode Sebelumnya (tergantung perspektif mana yang digunakan).</li>
</ul><br />
Contoh sederhana: <br />
<ul><li>misalnya pada bulan Maret 2017 besaran IHK adalah 140, sedangkan IHK bulan April 2017 sebesar 148; maka laju inflasi pada periode tersebut adalah: ((148 - 140) / 140) x 100% = 5.71%.</li>
</ul><br />
Untuk ulasan tentang hakikat inflasi dan faktor penyebab inflasi bisa dibaca pada artikel <a href="https://www.ajarekonomi.com/2016/12/mengenal-konsep-inflasi-dalam.html" target="_blank">Mengenal Konsep Inflasi dalam Perekonomian</a>.<br />
<br />
<b>5. PENGERTIAN INDEKS HARGA PRODUSEN (IHP).</b><br />
<br />
Selain Indeks Harga Konsumen, instrumen lain yang digunakan untuk mengukur laju inflasi adalah Indeks Harga Produsen (IHP).<br />
<br />
Pada prinsipnya, <span style="color: #990000;"><b>IHP adalah indeks pengukuran rata-rata perubahan harga barang/jasa yang terjual, dari sudut-pandang produsen domestik</b></span>. <br />
<br />
Perlu dicatat bahwa harga barang/jasa tersebut <span style="color: #990000;"><b>tidak termasuk beban pajak, biaya transportasi, maupun biaya lain yang ditanggung pembeli</b></span>.<br />
<br />
Terdapat beberapa <span style="color: #990000;"><b>kelompok barang/jasa yang pada umumnya digunakan untuk menghitung IHP</b></span>, yakni:<br />
<ol><li><span style="color: #990000;"><b>indeks komoditas (<i>commodity index</i>)</b></span>; indeks ini mengukur rata-rata perubahan harga untuk produk komoditas atau bahan mentah (<i>raw materials</i>), seperti minyak mentah, batu bara, dan lain-lain.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>indeks produk intermediate (<i>stage of processing index</i>)</b></span>; merupakan produk antara (produk belum jadi) yang dijual kepada perusahaan lain, yang nantinya digunakan sebagai bahan baku untuk membuat produk akhir, misalnya mesin diesel dan sebagainya.</li>
<li><span style="color: #990000;"><b>indeks industri (<i>industry index</i>)</b></span> atau dikenal dengan istilah <span style="color: #990000;"><b><i>core</i> PPI</b></span>; mengukur rata-rata perubahan harga untuk produk jadi yang dijual kepada konsumen (produk ritel).</li>
</ol><br />
<b>6. PENGHITUNGAN INDEKS HARGA PRODUSEN.</b><br />
<br />
Adapun persamaan IHP adalah:<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuyZtBXfbNdg4QgukfkbFKPY_mEudnaAdWDnRJcYJeBCweNO5gfgS6TK52zhNZs8vt23sbONJdsgPZrFPFDP7kSNsj7C8YxnV-VAyDmyPDTasH9L2x9lnL7C1B2QZIiAHHznp5RcZfMX6Q/s1600/023.B.+Penghitungan+IHP.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Rumus Penghitungan Indeks Harga Produsen - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="78" data-original-width="448" height="80" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjuyZtBXfbNdg4QgukfkbFKPY_mEudnaAdWDnRJcYJeBCweNO5gfgS6TK52zhNZs8vt23sbONJdsgPZrFPFDP7kSNsj7C8YxnV-VAyDmyPDTasH9L2x9lnL7C1B2QZIiAHHznp5RcZfMX6Q/s1600/023.B.+Penghitungan+IHP.jpg" title="Rumus Penghitungan Indeks Harga Produsen - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>Contoh sederhana: <br />
<ul><li>misalnya harga untuk masing-masing kategori (barang komoditi, barang intermediate, dan produk akhir) terlihat pada Tabel 2. berikut.</li>
</ul><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAonviYS650OS9wl_1SCs5lYdHUjZMGtDLohFF1VaggYQDve6X43yACmAtDH3blQzlwvdtmLl1woMR_tHpqUWUQYZ1UkNk2q3orI472wn1PlwL_JHWF0EHVs8odGBgcUXb8oIgWDBvY2jC/s1600/023.T2.+Tabel+Penghitungan+IHP.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Tabel Penghitungan Indeks Harga Produsen - www.ajarekonomi.com" border="0" data-original-height="275" data-original-width="448" height="280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhAonviYS650OS9wl_1SCs5lYdHUjZMGtDLohFF1VaggYQDve6X43yACmAtDH3blQzlwvdtmLl1woMR_tHpqUWUQYZ1UkNk2q3orI472wn1PlwL_JHWF0EHVs8odGBgcUXb8oIgWDBvY2jC/s1600/023.T2.+Tabel+Penghitungan+IHP.jpg" title="Tabel Penghitungan Indeks Harga Produsen - www.ajarekonomi.com" width="450" /></a></div>keterangan:<br />
<ul><li>penghitungan IHP adalah: ((200 + 300 + 400) / (100 + 150 + 250)) x 100 = (900 / 500) x 100 = 180.</li>
<li>angka tersebut mengindikasikan terjadinya kenaikan harga rata-rata sebesar 80% pada periode tersebut.</li>
</ul><br />
IHP termasuk instrumen penting dalam perekonomian, terutama dari sisi produsen; karena mencerminkan sejauh mana kemampuan/daya beli pelaku ekonomi, baik sektor rumahtangga maupun sektor usaha.<br />
<br />
Demikian uraian terkait Indeks Harga Konsumen, Indeks Harga Produsen, serta penentuan tingkat inflasi. *<br />
<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script><br />
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3758242552598266"
data-ad-slot="9434645002"></ins><br />
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script><br />
Referensi:<br />
<ol><li>Blanchard, Olivier, and David R. Johnson. (2013). <i>Macroeconomics</i>, 6th Edition. Pearson Education, Inc.</li>
<li>Dornbusch, Rudiger, Stanley Fischer, and Richard Startz. (2011). <i>Macroeconomics</i>, 11th Edition, McGraw-Hill.</li>
<li>Mankiw, N. Gregory. (2010). <i>Macroeconomics</i>, 7th Edition, Worth Publishing.</li>
</ol><b>Materi sebelumnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/11/komposisi-gdp-pada-sistem-perekonomian.html" target="_blank">Komposisi GDP pada Sistem Perekonomian Sederhana, Perekonomian Tertutup, dan Perekonomian Terbuka</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/10/memahami-konsep-gdp-gdp-nominal-gdp.html" target="_blank">Memahami Konsep GDP, GDP Nominal-GDP Riil, dan GDP Deflator</a><br />
<br />
<b>Materi selanjutnya:</b><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/11/teori-konsumsi-keynes-marginal.html" target="_blank">Teori Konsumsi Keynes, Marginal Propensity to Consume (MPC), Marginal Propensity to Save (MPS), dan Kurva Fungsi Konsumsi</a><br />
<a href="https://www.ajarekonomi.com/2018/12/mengenal-pendekatan-investment-i-dan.html" target="_blank">Mengenal Pendekatan Investment (I) dan Saving (S) dalam Konsep Pasar Barang (Goods Market)</a> Unknownnoreply@blogger.com1