Pembangunan Perdesaan (Rural Development)

Dunia makin terhubung, interkoneksi antar wilayah bukan lagi menjadi sesuatu yang mustahil. Keterhubungan antara wilayah urban (perkotaan) dengan kawasan rural (perdesaan) menjadi elemen penting dalam mewujudkan keseimbangan pembangunan disetiap daerah. Artikel ini dimaksudkan untuk mengulas beberapa poin penting dalam rangka pembangunan kawasan perdesaan.

Pembangunan Perdesaan (Rural Development)
Setidaknya ada tiga kunci penting yang harus diperhatikan dalam rangka peningkatan pembangunan perdesaan dan pemberdayaan masyarakat desa, yakni:
melalui penetapan kebijakan (oleh pemerintah pusat maupun daerah), melalui investasi di sektor perdesaan, serta dengan meningkatkan keterhubungan (interkonektivitas) antara wilayah perdesaan dan perkotaan.

Dari sisi kebijakan, terdapat beberapa langkah yang bisa dilakukan dalam menjawab tantangan pembangunan kawasan perdesaan, yakni dengan mengentaskan keterbelakangan sektor rural melalui peran komunitas masyarakat, mengurangi tingkat kemiskinan di perdesaan, serta memberikan kesempatan yang setara kepada setiap individu.



Proses desentralisasi dan pembangunan berperspektif komunitas menjadi kunci penting untuk menjawab tantangan-tantangan tersebut.

Hal penting lainnya adalah dengan mempromosikan investasi di sektor rural, sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan produktivitas masyarakat perdesaan dan penciptaan lapangan kerja. Dalam hal ini pemerintah pusat dan daerah berperan aktif dalam memberikan insentif/dana bantuan khusus untuk masyarakat perdesaan agar mampu menciptakan perekonomian yang terbuka (inclusive), tahan uji (reliable), dan berkelanjutan (sustainable).

Berikutnya adalah dengan meningkatkan interkonektivitas antara perkotaan dan perdesaan, baik dalam wujud infrastruktur, transportasi, maupun komunikasi. Kemudian yang tidak kalah penting adalah penyediaan sarana pendukung seperti listrik, air bersih, serta pemenuhan ketersediaan pangan.

Lebih lanjut, upaya peningkatan di sektor pertanian meliputi beberapa aktivitas, yaitu:
  • penyediaan benih dan pupuk bagi para petani sehingga meringankan beban pada awal masa tanam.
  • penyediaan aliran irigasi dengan kapasitas air yang mencukupi untuk menjaga agar sawah tidak mengalami kekeringan.
  • pembelian hasil panen dengan harga yang layak oleh pemerintah melalui institusi yang ditunjuk, agar jangan sampai hasil panen tersebut jatuh ke tangan tengkulak (middleman) yang justru akan merugikan petani.
  • peningkatan hasil pertanian melalui pemanfaatan teknologi dan kerjasama antar komunitas masyarakat.
  • peningkatan pemenuhan kebutuhan hasil pertanian oleh masyarakat diwilayah perdesaan itu sendiri, dengan kata lain mewujudkan swasembada pangan ditingkat daerah.
  • pelaksanaan aktivitas pendukung yang diperlukan komunitas petani (misalnya penyuluhan tentang ilmu bertani berdasarkan pendekatan/teknologi tertentu).
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana cara meningkatkan hasil pertanian apabila lahan yang tersedia sangat terbatas, apalagi beberapa anggota masyarakat perdesaan tidak memiliki lahan pertanian sendiri. Permasalahan berikutnya adalah pendekatan seperti apa yang mampu meningkatkan hasil pertanian. Persoalan terakhir ialah bagaimana jika masyarakat tradisional di kawasan perdesaan menolak terjadinya perubahan/transformasi dalam sistem pertanian (Todaro and Smith. Economic Development, 2006).

Mengutip dari literatur yang sama, terdapat perbedaan mencolok mengenai sistem pertanian di negara maju dengan negara berkembang. Di negara maju, sistem pertanian diterapkan dengan efektif melalui  pemanfaatan teknologi dalam penanaman benih, pemupukan dan pengairan, serta pemetikan (pemanenan) hasil pertanian.

Sementara di negara-negara berkembang, sistem pertanian hampir sepenuhnya bergantung kepada cuaca. Jika satu siklus musim tanam berada pada periode cuaca yang mendukung (ditandai dengan tingkat curah hujan dan sinar matahari), bisa diharapkan bahwa panen yang akan didapatkan akan bagus, baik dari sisi kualitas hasil panen maupun kuantitasnya. Sebaliknya, apabila kondisi cuaca tidak mendukung pada saat penanaman benih, maka kemungkinan hasil yang akan diperoleh nantinya tidak seperti yang diharapkan.

Selanjutnya, untuk meningkatkan pembangunan di sektor selain pertanian (non-agriculture) sekaligus sebagai upaya pemberdayaan masyarakat desa, langkah-langkah yang bisa dilakukan diantaranya melalui:
  • pembekalan keterampilan tangan (hand-made products), misalnya dalam pembudidayaan kerajinan khas daerah. 
  • pembudidayaan hewan ternak (sapi, kambing, ayam) untuk menunjang kondisi perekonomian masyarakat.
  • penyediaan fasilitas pendidikan yang dilengkapi dengan perpustakaan dan laboratorium, sehingga mampu merangsang anggota masyarakat, khususnya anak-anak, agar berminat pada penelitian dan ilmu-ilmu terapan. 
  • penyediaan fasilitas kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat, sehingga tidak perlu ke kota besar untuk memeriksakan kesehatannya.
Sebagai kesimpulan, untuk mewujudkan pembangunan kawasan perdesaan serta pemberdayaan masyarakat desa membutuhkan usaha lintas sektor (agriculture dan non-agriculture), dan dukungan pemerintah pusat maupun daerah. **



ARTIKEL TERKAIT :
Problem Ketersediaan Perumahan di Kota Besar
Tinjauan tentang Modal Sosial (Social Capital) serta Kaitannya dengan Ekonomi dan Pembangunan
Mencermati Perkembangan Kekuatan Ekonomi China
Pertumbuhan Populasi Penduduk Dunia beserta Permasalahannya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar