Konsep Perestroika dan Glasnost, Transformasi ala Negeri Beruang Merah

Dalam setiap pengenalan ide atau konsep baru, tidak jarang timbul pro-kontra antara mereka yang memegang teguh prinsip-prinsip lama dan menolak ide tersebut, dengan yang mendukung adanya perubahan. Demikian pula yang terjadi di negara Uni Soviet (the Union of Soviet Socialist Republics/USSR) pada saat diperkenalkannya perestroika dan glasnost. Artikel ini akan menyajikan pemahaman dasar mengenai konsep perestroika dan glasnost yang diperkenalkan oleh salah satu tokoh penting Uni Soviet kala itu, sekaligus pemenang Nobel perdamaian 1990, yakni Mikhail Sergeyevich Gorbachev.

Perestroika dan Glasnost, Transformasi ala Negeri Beruang Merah
Mengingat luasnya ruang lingkup diskusi tentang dua konsep tersebut, maka tulisan ini membatasi ulasan pada hal-hal yang berkaitan dengan sosial-ekonomi.

Dasarwarsa 1980’an, Uni Soviet berada dalam fase gelombang ketiga (third wave) setelah perang dunia dan perang dingin, yang ditandai dengan perubahan sosial-ekonomi-politik, antara lain berupa peningkatan kebutuhan masyarakat Uni Soviet akan pengetahuan baru yang lebih luas serta lingkungan yang mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi.



Pada pertengahan 1985, perestroika dan glasnost diperkenalkan oleh Gorbachev, dalam usahanya untuk mengubah citra negara yang lekat dengan ketertutupan dan hal-hal yang tersembunyi. Beberapa studi menyebutkan tiga pilar pemikiran Gorbachev tentang reformasi, selain perestroika dan glasnost, ada satu elemen lagi, yakni demokratizatsiia (demokratisasi) (Freeze, G (editor). Russia: A History, 2009). Namun demikian, demokratizatsiia tidak akan dibahas dalam tulisan ini.

Secara umum, perestroika bisa digambarkan sebagai restrukturisasi atau upaya modernisasi dan meningkatkan standar kehidupan, sedangkan glasnost dapat diartikan sebagai keterbukaan (beberapa literatur memakai istilah publicity sebagai padan kata, sedangkan yang lain menggunakan istilah openness).

Berikut beberapa pokok pikiran Gorbachev mengenai konsep reformasi yang menjadi gagasannya:
  • Gorbachev mengungkapkan bahwa telah terjadi perubahan dalam pola hubungan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat, yang sebelumnya kental dengan nuansa konfrontasi, menjadi lebih pada pola interaksi, dan dalam beberapa hal menjadi partner kerja.
  • Lebih lanjut, Gorbachev meyakini bahwa komunikasi telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. Hal ini menciptakan pola-pola komunikasi yang menghubungkan berbagai negara.
  • Dalam pandangannya, Gorbachev menyatakan bahwa tatanan global hanya bisa dibangun melalui kebebasan untuk menentukan pilihan hidup dan kepentingan-kepentingan yang saling menguntungkan semua pihak.
  • Menurut Gorbachev, perestroika merupakan transisi dari totalitarianisme menuju demokrasi, pluralisme dalam politik dan ekonomi, serta manifestasi atas kebebasan berpendapat dan memeluk keyakinan.
  • Di bidang ekonomi, perestroika diwujudkan dalam upaya mereformasi pasar domestik, mempromosikan investasi kepada dunia luar, memberikan kesempatan luas pada sektor swasta, memberikan insentif pada tenaga kerja, serta melakukan restrukturisasi harga.
  • Gorbachev percaya bahwa apabila perestroika berjalan dengan efektif, maka konsep ini akan membawa Uni Soviet ke dalam tata kelola dunia baru yang lebih baik.
(Gorbachev, M. The Road We Traveled The Challenges We Face, 2006).

Sementara dalam glasnost terdapat beberapa poin yang menjadi dasar pemikiran, diantaranya:
  • Konsep glasnost antara lain dimanifestasikan dalam kebebasan memperoleh informasi dan menyatakan pendapat di depan publik.
  • Selain itu, glasnost menyediakan ruang untuk mengkritisi atau mendebat topik/masalah riil, misalnya menyangkut ekonomi, sosial, jurnalistik, serta kebudayaan.
  • Glasnost juga berfungsi sebagai media untuk menata sistem politik, ekonomi, serta melawan fenomena negatif seperti korupsi, tata kelola pemerintahan yang buruk, serta hal-hal negatif lain.
  • Lebih lanjut, glasnost menciptakan kondisi dimana setiap warga negara berhak mengambil peranan dalam diskusi mengenai hal apapun serta menentukan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat.
Lebih jauh, seperti dikemukakan sebelumnya, setiap konsep baru yang diperkenalkan hampir selalu diwarnai dengan pertentangan pendapat antara yang mendukung dengan yang menentang.

Pandangan yang mengapresiasi konsep perestroika dan glasnost.
Jajak pendapat publik mengenai upaya transformasi tata kelola pemerintahan ditanggapi positif oleh mayoritas masyarakat.

Dampak reformasi terhadap perekonomian antara lain terlihat dari terbukanya kesempatan yang lebih luas bagi investasi asing untuk mengambil peran dalam perekonomian domestik, diperkenalkannya sistem ekonomi pasar, adanya unsur kompetisi yang lebih terbuka, restrukturisasi sistem perburuhan dan pengupahan, serta terbukanya kesempatan ekspor produk-produk domestik.

Di sisi sosial-budaya, perkembangan positif terlihat dari semakin banyaknya kegiatan pertukaran pelajar antara Uni Soviet dengan negara-negara lain, sehingga memberikan kontribusi positif berupa lahirnya pemikiran-pemikiran dan ilmuwan-ilmuwan baru.

Bidang jurnalistik berkembang pesat, ditandai dengan bermunculannya berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, majalah, koran, dan buku-buku literatur.

Semakin terbukanya peluang untuk mempromosikan kebudayaan dan pariwisata domestik ke dunia internasional, sehingga berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam negeri (Magstadt, T. Gorbachev and Glasnost: A New Soviet Order?, Cato Institute Policy Analysis No. 117, March 20, 1989).

Pendapat yang mengkritisi kebijakan perestroika dan glasnost.
Kebebasan yang ditawarkan oleh konsep ini diyakini memicu timbulnya silang pendapat yang tajam hingga mengakibatkan meluasnya pertikaian antar etnis.

Beberapa kalangan akademisi menyatakan bahwa konsep yang diperkenalkan Gorbachev ini lebih ditujukan untuk meraih simpati publik, terutama kaum pekerja, serta perhatian dari dunia internasional dalam rangka suksesi kepemimpinan negara (Merkushev, A. The Russian and Soviet Press: A Long Journey From Suppression to Freedom via Suppression and Glasnost, Discussion Paper, August, 1991).

Reformasi ekonomi yang ditawarkan dianggap tidak berhasil memperbaiki perekonomian negara, sebab reformasi ekonomi pada hakikatnya memberikan peluang kepada sektor swasta untuk masuk dalam aktivitas usaha, dengan mendapatkan perlindungan hukum dari negara, sementara reformasi ekonomi pada perestroika sebenarnya hanya memodifikasi sistem lama (sosialis) yang sudah berjalan puluhan tahun dengan tujuan efisiensi. Dengan kata lain, tidak ada perubahan signifikan dalam sistem perekonomian.

Studi lain mengungkapkan bahwa konsep perestroika hanyalah taktik Gorbachev untuk meraih simpati dunia internasional, terutama negara-negara kapitalis, untuk membantu perekonomian Uni Soviet. Tujuan sebenarnya adalah agar sistem sosialis mampu bangkit dan berdiri sejajar dengan sistem kapitalis. (Crozier, B. The Other Side of Perestroika: The Hidden Dimension of the Gorbachev Era, Demokratizatsiya 4 No. 1, 1996).

Akhir kata, reformasi, transformasi, serta istilah lain yang menggambarkan adanya proses perubahan hampir selalu memantik berbagai pendapat yang bertentangan, dimana satu pihak ingin tetap mempertahankan kenyamanan yang sudah dirasakan seraya memandang sinis pemikiran baru, sementara pihak lain berkeyakinan bahwa konsep baru akan membawa perubahan yang lebih baik daripada sebelumnya. **



ARTIKEL TERKAIT :
Memahami Teori Pertumbuhan Populasi Thomas Robert Malthus
Mengenal Kebijakan Proteksionisme dalam Perekonomian dan Perdagangan
Memahami Konsep Ekonomi Digital (Digital Economy)
Indonesia Membangun: mewujudkan kemandirian ekonomi, menuju poros maritim dunia

1 komentar:

  1. Spot on with this write-up, I honestly feel this amazing site needs
    a lot more attention. I?ll probably be back again to see more, thanks for the info!

    BalasHapus