Melihat Sejarah Lahirnya Revolusi Industri (Industrial Revolution) di Eropa

Perubahan jaman selalu ditandai dengan peristiwa penting yang terjadi sebagai tonggak kelahiran era baru; demikian halnya pada perubahan kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Eropa pada pertengahan abad ke-17, melalui revolusi industri (industrial revolution) yang terjadi ketika itu.

Melihat Sejarah Lahirnya Revolusi Industri (Industrial Revolution) di Eropa
Artikel ini akan mengulas sejarah lahirnya revolusi industri di Eropa, faktor yang menyebabkan lahirnya revolusi industri, serta perubahan apa saja yang dibawa oleh revolusi tersebut.

Sebagai catatan: oleh beberapa studi, lahirnya revolusi industri di Eropa sering disebut sebagai revolusi industri gelombang pertama (industrial revolution 1.0).



Secara leksikal, kata ‘revolution’ memiliki beberapa makna, diantaranya:
  1. a sudden, radical, or complete change.
  2. a fundamental change in the way of thinking about or visualizing something.
  3. a changeover in use or preference especially in technology.
(www.merriam-webster.com).

Dari pengertian diatas, terdapat tiga faktor penting yang perlu digarisbawahi terkait revolusi, yakni:
  1. perubahan yang berlangsung cepat.
  2. perubahan pada pola pikir.
  3. perubahan pada pendayagunaan suatu instrumen.
Tiga faktor tersebut akan membantu kita memahami bagaimana revolusi industri terjadi di Eropa beberapa abad silam. Untuk itu, kita perlu terlebih dahulu melihat kondisi Eropa sebelum revolusi industri.

Perekonomian Eropa pada era 1500’an – 1750’an.

Pada periode 1500’an hingga 1750’an, mayoritas masyarakat Eropa tinggal di area perdesaan dan bekerja di sektor pertanian.

Adapun metode pertanian yang digunakan masih bersifat manual dan tradisional. Dalam hal ini tenaga kerja manusia menjadi tumpuan utama kinerja sektor tersebut, sehingga berdampak pada rendahnya produktivitas hasil pertanian serta minimnya pendapatan yang diperoleh.

Di sisi lain, kayu menjadi bahan bakar utama yang digunakan masyarakat dalam aktivitas sehari-hari; namun terbatasnya kuantitas kayu yang tersedia berimbas negatif pada pemenuhan kebutuhan mereka (Allen, Robert C. The British Industrial Revolution in Global Perspective, 2009).

Revolusi Industri di Inggris pada Pertengahan Abad ke-17.

Secara umum, revolusi industri dimaknai sebagai percepatan perubahan struktur perekonomian, termasuk dalam peningkatan output produksi, kontribusi industri manufaktur pada pendapatan nasional, serta aktivitas produksi yang berbasis inovasi dan teknologi.

Terdapat beberapa faktor yang mendorong terjadinya revolusi industri di Eropa, diantaranya:
  • berkembangnya budidaya tanaman baru seperti jagung dan kentang.
  • ditemukannya metode pertanian yang lebih modern, termasuk dalam pengolahan tanah, sistem rotasi tanaman, serta pembibitan tanaman.
  • berkembangnya teknologi pada sektor pertanian, antara lain berupa mesin pertanian (misalnya traktor dan mesin untuk menempatkan benih tanaman).
  • munculnya penemuan-penemuan teknologi seperti mesin uap, mesin tenun, serta kapal uap, yang mendorong peningkatan produktivitas perekonomian dan mobilitas perdagangan.
  • maraknya urbanisasi, terutama dilakukan oleh masyarakat perdesaan yang tidak memiliki lahan pertanian. Kaum urban ini rata-rata bekerja di industri manufaktur seperti pabrik tektil dan industri terkait sektor pertanian.
  • berkembangnya perdagangan antar wilayah (misalnya permintaan barang manufaktur seperti kain katun dan wool), yang mendorong pesatnya pertumbuhan ekonomi.
  • digunakannya batubara sebagai sumber bahan bakar untuk menggantikan kayu.

Lebih lanjut, revolusi industri bukan hanya berpengaruh pada peningkatan kinerja sektor pertanian dan tumbuhnya sektor industri, melainkan juga pada tatanan kehidupan bermasyarakat. Hal ini ditandai oleh beberapa faktor, yakni:
  • mulai terbentuknya organisasi tenaga kerja yang terstruktur.
  • peningkatan produktivitas yang berkorelasi positif pada peningkatan pendapatan per kapita masyarakat; peningkatan pendapatan tersebut mengakibatkan perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat.
  • meningkatnya urbanisasi yang mendorong perubahan tatanan sosial, yang semula bersifat kekerabatan dan tradisional menjadi lebih majemuk dan modern.

Penelitian menyebut bahwa revolusi industri di Eropa pertama kali terjadi di Inggris. Adapun alasan mengapa Inggris menjadi negara pertama yang mengalami revolusi industri antara lain karena:
  • melimpahnya jumlah tenaga kerja, didukung oleh pertumbuhan populasi yang tinggi.
  • masyarakat urban yang bekerja di perkotaan secara umum memiliki keterampilan dalam sektor industri tekstil.
  • adanya aturan pemerintah yang mendukung usaha dan investasi.
  • munculnya para entrepreneur yang berinvestasi dan membuka usaha rintisan.
  • keberhasilan para pedagang, baik domestik maupun internasional, dari sisi usaha dan finansial.
  • maraknya pemanfaatan teknologi, terutama di industri tekstil seperti mesin tenun.
  • berkembangnya metode transportasi yang lebih maju, misalnya kereta api dan kapal uap.

Dari perspektif ekonomi, pencapaian Inggris hingga 1850 adalah sebagai berikut:
  • mampu memproduksi lebih dari 65% batubara secara global.
  • menghasilkan tak kurang dari 50% besi secara global.
  • mampu memasok hasil produksi kain katun hingga 50% dari total kebutuhan perdagangan.
  • mampu meningkatkan Gross National Product (GNP) hingga 350% dalam kurun 1801-1850.
  • mengalami peningkatan populasi penduduk dari 9 juta jiwa di 1780 menjadi hampir 21 juta jiwa pada 1851.
  • mampu meningkatkan perdapatan per kapita hingga 100% dalam periode 1801-1850.
(www.HistorySage.com. The Industrial Revolution: 1750 – 1850, AP European History: Unit 6).

Perkembangan Revolusi Industri di Kawasan Lain Eropa dan Dunia.

Industrialisasi yang di mulai di Inggris merebak ke banyak negara di Eropa seperti Belgia, Perancis, dan Jerman pada awal abad ke-19; serta negara-negara di kawasan Amerika Utara, terutama Amerika Serikat.

Kebangkitan revolusi industri bahkan berdampak pada perkembangan teknologi dan industrialisasi di Jepang pada era 1860’an melalui Restorasi Meiji (Meiji Restoration).

Perkembangan tersebut bukan hanya berkaitan dengan pemanfaatan teknologi di sektor industri, melainkan juga dalam sistem perbankan, perkreditan, hingga pasar saham.

Penutup.

Uraian diatas menegaskan bahwa perubahan jaman merupakan suatu keniscayaan, dibuktikan dengan lahirnya revolusi industri di Eropa, khususnya di Inggris; yang diikuti dengan revolusi industri di negara lain, baik di Eropa, Amerika, maupun Asia. **



ARTIKEL TERKAIT :
Perkembangan Revolusi Industri 4.0 (Industrial Revolution 4.0) dan Tantangan ke Depan
Peran dan Tantangan Industri FinTech (Financial Technology) dalam Perekonomian
Menyoroti Perkembangan Industri Ritel (Retail Industry) di Era Digitalisasi
Memahami Konsep Ekonomi Digital (Digital Economy)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar